PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP ASPIRASI KARIR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA.
i
PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP ASPIRASI KARIR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Elok Zakiyatus Sifah NIM. 11104241002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
ii
(3)
(4)
(5)
v MOTTO
“
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
”
(Q.S Al-Mujadilah 11)
“
Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep
moving
”
(6)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk :
1. Ibu dan Abi beserta keluarga tercinta atas segala ridho, cinta kasih,
kesabaran, dan doanya
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta
(7)
vii
PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP ASPIRASI KARIR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh:
Elok Zakiyatus Sifah NIM 11104241002
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta 2) untuk mengetahui tingkat aspirasi karir siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta 3) untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta yang berjumlah 186 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Untuk pengumpulan data digunakan skala aspirasi karir dan skala efikasi diri. Validitas instrumen diuji menggunakan validasi isi melalui uji ahli (expert judgement). Uji reliabilitas menggunakan data terpakai, untuk menghitung reliabilitas digunakan teknik alpha cronbach. Koefisien alpha cronbach skala efikasi diri yakni 0.757 dan koefisien alpha cronbach untuk skala aspirasi karir yakni 0.904. Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis regresi liniear sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan 1) efikasi diri siswa kelas X SMA Negeri Yogyakarta berada pada kategori tinggi, 2) aspirasi karir siswa kelas X SMA Negeri Yogyakarta berada pada kategori tinggi, 3) terdapat pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir secara positif dan signifikan, yang berarti efikasi diri dapat memprediksikan aspirasi karir. Hasil temuan tambahan yakni nilai R squareyang diperoleh 0.533, yang berarti efikasi diri memberikan kontribusi terhadap aspirasi karir sebesar 53.3%.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
nikmatNya serta memberikan kemudahan atas segala hal, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Aspirasi Karir Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta”.
Sebagai ungkapan syukur, penulis menyampaikan terimakasih kepada
berbagai pihak atas bantuan, dukungan, dan kerja sama dalam penyusunan skripsi
ini. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan
kesempatan penulis dalam melaksanakan penelitian.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin dan
kesempatan penulis dalam melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan banyak kesempatan dan pengalaman dalam mewakili jurusan
untuk berprestasi.
4. Ibu Dra. Yulia Ayriza, M.Si. Ph.D, sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan segenap ilmu dan waktu serta kesabaran beliau dalam
membimbing serta memberikan arahan selama proses penyusunan skripsi
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
5. Kedua orang tuaku tercinta, Abi Sulaiman dan Ibunda Yuspintatik yang
tiada henti memberikan motivasi, semangat, dan doa.
6. Kakakku satu-satunya, Mbak Icha yang selalu menjadi motivator penulis
(9)
(10)
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL………... i
PERSETUJUAN………... ii
PERNYATAAN………... iii
PENGESAHAN………... iv
MOTTO………... v
PERSEMBAHAN………... vi
ABSTRAK………... vii
KATA PENGANTAR………... viii
DAFTAR ISI………... x
DAFTAR TABEL………... xii
DAFTAR GAMBAR……….... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Identifikasi Masalah………. 7
C. Pembatasan Masalah……… 8
D. Rumusan Masalah……… 8
E. Tujuan Penelitian………. 8
F. Manfaat Penelitian……… 9
BAB II KAJIAN TEORI A.Efikasi Diri (Self Efficacy)………. 1. Definisi Efikasi Diri (Self Efficacy)……… 10
2. Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri………... 11
3. Aspek-aspek Efikasi Diri... 13
4. Dimensi Efikasi Diri... 15
(11)
xi
1. Definisi Aspirasi Karir……… 18
2. Jenis Aspirasi... 19
3. Aspek-Aspek Aspirasi... 21
4. Perkembangan Aspirasi Karir... 22
1. Teori Tahapan Perkembangan Karir Donald Super 22 2. Teori SCCT (Social Cognitive Career Theory) 24 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aspirasi... 28
C. Remaja………... 1. Definisi Remaja………. 33
2. Ciri-ciri Masa Remaja... 34
3. Tugas Perkembangan Remaja……… 37
D. Penelitian Sejenis yang Relevan... 39
E. Kerangka Berpikir... 41
F. Hipotesis Penelitian... 43
G. Definisi Operasional... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….. 45
B. Variabel Penelitian………. 45
C. Tempat dan Waktu Penelitian……… 46
D. Subjek Penelitian………... 46
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen……… 47
F. Instrumen Penelitian………. 48
1. Skala Efikasi Diri………... 48
2. Skala Aspirasi Karir ……….. 51
G. Pengujian Instrumen………... 54
1. Uji Validitas Instrumen………. 54
2. Uji Reliabilitas Instrumen………. 55
H. Teknik Analisis Data………... 56
1. Uji Prasyarat Analisis Data……… 57
(12)
xii
b. Uji Linearitas……… 58
2. Pengujian Hipotesis……… 59
a. Analisis Regresi………... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 61
1. Deskripsi Subyek... 61
2. Deskripsi Data Penelitian... 62
3. Analisis Data... 64
a. Pengujian Prasyarat Analisis... 64
1) Uji Normalitas Residual... 64
2) Uji Linearitas... 68
3) Uji Hipotesis... 68
a) Analisis Regresi Linear Sederhana... 68
B. Pembahasan... 71
1. Efikasi diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.. 71
2. Aspirasi karir siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. 72 3. Pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta... 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 77
B. Saran... 78
DAFTAR PUSTAKA... 79
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Tahapan-tahapan atau Periode dalam Perkembangan Karir... 24
Tabel 2 . Data Subyek Penelitian... 47
Tabel 3. Kisi-kisi Skala Efikasi Diri... 49
Tabel 4. Skor Penskalaan... 51
Tabel 5. Kisi-kisi Skala Aspirasi Karir... 53
Tabel 6 . Deskripsi Jumlah Subyek Penelitian... 61
Tabel 7 . Hasil Analisis Deskripsi Matematik... 62
Tabel 8. Distribusi Kecenderungan Variabel Aspirasi Karir... 63
Tabel 9. Distribusi Kecenderungan Variabel Efikasi Diri... 64
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Residual... 67
Tabel 11. Hasil Uji Linearitas... 68
Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis... 69
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1. Gambar Model SCCT (Social Cognitive Career Theory) 26 Gambar 2. Normal Probability Plot... 65 Gambar 3. Grafik Histogram Uji Normalitas Residual... 66
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian……… 84
Lampiran 2. Skala Efikasi Diri………. 88
Lampiran 3. Skala Aspirasi Karir……….……… 92
Lampiran 4. Data Penelitian Variabel Efikasi Diri………... 95
Lampiran 5. Data Penelitian Variabel Aspirasi Karir……….. 102
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Skala Efikasi Diri………. 109
Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Skala Aspirasi Karir……… 111
Lampiran 8. Hasil Frekuensi Deskriptif………... 114
Lampiran 9. Hasil Analisis Deskripsi Matematik... 116
Lampiran 10. Hasil Frekuensi Berdasarkan Kelas………... 118
Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Residual………..……….. 122 Lampiran 12. Hasil Uji Linearitas, Hasil Uji Hipotesis, dan Temuan
Tambahan………..………
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan suatu periode yang unik dan selalu menarik untuk
dikaji, karena terdapat pola-pola kehidupan baru yang harus dipenuhi oleh
individu pada masa ini. Remaja merupakan salah satu fase dalam rentang
perkembangan manusia. Menurut Papalia, Old, dan Feldman (2008: 534) masa
remaja adalah perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai oleh
periode transisional panjang yang menunjukkan perubahan fisik, kognitif, dan
psikososial. Pada fase remaja ini, aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, dan moral
mengalami perkembangan yang begitu pesat.
Menurut Cobb (2007: 27), untuk mendeskripsikan remaja perlu
mempertimbangkan perubahan biologis, psikologis, dan sosiologis. Secara
biologis, masa remaja menekankan pada kejadian pubertas yang mengalami
perubahan fisik dari anak-anak menjadi matang secara seksual dan fisik. Secara
psikologis, masa remaja adalah masa dimana mereka menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan, setiap tugas-tugas perkembangan saling berkaitan untuk
mencapai tugas utama, yaitu mencapai identitas diri. Secara sosiologis, remaja
dideskripsikan dalam masa dimana mereka tergabung di masyarakat,
khususnya, sebagai sebuah periode transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa. tugas utama seorang remaja adalah untuk mempersiapkan masa
dewasanya.
Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 124) berpendapat bahwa periodisasi remaja
(17)
2
pendekatan yang berbeda-beda. Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk, 2008:
124), menyatakan awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun
sampai 16 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun
sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum.
Menurut Santrock (2010: 16), rentangan usia remaja sangat tergantung
pada budaya dan keadaan historis di masing-masing negara. Di Amerika
Serikat dan di beberapa negara saat ini, masa remaja dimulai kira-kira pada
usia 10 sampai 13 tahun. Para ahli psikologi perkembangan membagi remaja
dalam dua periode, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal
merupakan masa di mana individu sedang memasuki jenjang Sekolah
Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Pada masa remaja awal ini
terjadi perubahan-perubahan yang sangat drastis baik itu fisik, kognitif,
maupun psikososial. Remaja akhir kira-kira dimulai pada usia 20 tahun sampai
usia 21 tahun. Pada masa remaja akhir ini, individu mulai tertarik
membicarakan perihal karir, pasangan, dan identitas diri.
Seiring dengan perkembangan remaja yang beragam, remaja juga
mengalami berbagai hambatan dan masalah dalam kehidupannya.
Permasalahan karir merupakan salah satu masalah yang dialami remaja, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Syamsuri (2009) yakni terdapat
permasalahan karir yang dialami oleh para remaja usia SMA, diantaranya: (1)
kurang mengetahui cara memilih program studi; (2) kurang memiliki motivasi
untuk mencari informasi tentang karir; (3) bingung dalam memilih pekerjaan;
(18)
3
tersebut selaras dengan pendapat Sarwono (dalam Dian Ratna Sawitri, 2009: 2)
bahwa di Indonesia dari tahun ke tahun permasalahan karir yang dialami siswa
SMA terkait penentuan karir antara lain mengenai ketidaktahuannya akan
meneruskan studi lanjutan di bidang apa.
Hal ini menjadikan perhatian penting bagi orang tua, pendidik dan siswa
sebagai pendukung dalam memperoleh cita-cita karir atau sering disebut
aspirasi karir. Aspirasi karir termasuk dalam teori perkembangan karir, aspirasi
berada pada tahap eksplorasi (Super, 1990). Super (dalam Suwi Wahyu, 2012:
18) menjelaskan bahwa dalam hubungan mengenai usia dengan tahapan
perkembangan karir dinamakan pelangi karir kehidupan (life-career rainbow),
yang meliputi masa pertumbuhan (growth), eksplorasi (exploration),
pemantapan (establishment), pembinaan (maintenance) dan kemunduran
(decline). Aspirasi dimulai pada tahap eksplorasi yakni sekitar usia 14 tahun
dan ditandai oleh pengerucutan pilihan karir, dari fantasi karir, identifikasi
pilihan tentatif, hingga keputusan akhir tentang karir pilihan.
Aspirasi berasal dari kata aspire, yang berarti bercita-cita atau
menginginkan. Aspirasi merupakan keinginan atau ambisi yang
sungguh-sungguh untuk keberhasilan pada masa mendatang yang memiliki arah untuk
lebih baik atau tinggi tingkatannya dengan tujuan mencapai kemajuan tertentu
(Purnawati, 2005: 18). Hurlock (1999, 20) mendefinisikan aspirasi sebagai
keinginan meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Sementara
menurut Sawrey dan Telford (dalam Rina Azhar, 2013: 5) mendefinisikan
(19)
4
perkembangan individu bahwa aspirasi akan berbeda di setiap tahap
perkembangannya. Karir adalah urutan pengalaman dan kegiatan yang
berkaitan dengan pekerjaan yang dapat menciptakan sikap dan perilaku tertentu
pada diri individu (Gibson, dan kawan-kawan dalam Edi Pringadi, 2008: 13).
Sementara itu definisi aspirasi karir menurut Caroline (dalam Rina Azhar,
2013: 6) adalah tujuan yang ditetapkan individu untuk dirinya sendiri dalam
suatu pekerjaan atau tugas yang memiliki arti penting bagi individu. Pendapat
lain mengemukakan bahwa aspirasi karir adalah cita-cita atau harapan karir
yang menimbulkan usaha untuk pencapaian harapan tersebut (Rojewski dalam
Nailil Faridah, 2014: 23).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspirasi adalah cita-cita
dan harapan individu untuk memperoleh suatu hal yang lebih baik dan
berharga di masa mendatang, sedangkan karir adalah suatu rangkaian kegiatan
pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh individu pada rentang
kehidupannya dalam dunia kerja. Dengan demikian, aspirasi karir dapat
mendorong individu untuk melakukan usaha pencapaian cita-cita karirnya
tersebut.
Menurut Singgih Gunarsah (dalam Nailil Faridah, 2014: 25) Aspirasi
karir dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah harapan orang tua,
keinginan untuk diakui oleh teman sebaya, persaingan, kebudayaan dimana
individu tersebut bertempat tinggal, media massa, pengalaman, minat, dan
keyakinan diri individu akan kemampuan yang dimilikinya atau sering dikenal
(20)
5
tersebut, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mengungkap bagaimana
tingkat pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir remaja kelas X SMA
Negeri 1 Depok, Sleman yang tentunya memiliki karakteristik subyek dan
jumlah subyek yang berbeda dengan penelitian terdahulu yang sejenis dengan
penelitian ini.
Menurut Santrock (2007) efikasi diriatau self efficacy adalah kepercayaan
individu atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan. Bandura (dalam Eko Ferridiyanto, 2012: 5)
berpendapat bahwa efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan
atas kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan. Keyakinan dalam
efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, seperti
besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau
kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi memilih melakukan usaha lebih
besar dan pantang menyerah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri (self
efficacy) adalah keyakinan akan kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam
mewujudkan sesuatu yang diinginkan dan sikap bertahan dalam menghadapi
hambatan dalam hidup untuk memperoleh tujuan hidup yang ideal.
Menurut David Baker (2009: 36) dalam psikologi sosial, aspirasi karir
dipandang sebagai refleksi dari efikasi diri (self efficacy) serta mediator penting
dari motivasi dan pengembangan karir. Sejalan dengan pendapat tersebut,
(21)
6
keyakinan diri pada individu sebagai motivasi internal dalam mencapai aspirasi
pendidikan dan karir siswa.
Permasalahan mengenai pemilihan karir di kalangan remaja ditemukan
peneliti pada saat PPL tahun 2014 di SMK Perindustrian Yogyakarta.
Berdasarkan analisis Daftar Cek Masalah (DCM) diketahui bahwa masalah
yang sering kali dialami remaja atau siswa SMK dalam rangka persiapan
memasuki dunia kerja diantaranya adalah siswa masih belum dapat
memutuskan jenis pekerjaan apa yang akan dijalaninya nanti serta belum
mampu menentukan pilihan untuk melanjutkan studi lanjutan dan pilihan
jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Hasil survei pendahuluan dilakukan dengan wawancara dengan guru
Bimbingan dan Konseling serta terhadap beberapa siswa terkait aspirasi karir.
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
rata-rata siswa kelas X di SMA Negeri 1 Depok masih belum dapat menentukan
secara pasti arah cita-cita karirnya walaupun beberapa siswa sudah ada pilihan
untuk jenis cita-cita tertentu, namun siswa masih belum memiliki keyakinan
apakah dapat mewujudkan cita-citanya tersebut atau tidak.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 5 Maret 2015 kepada
62 siswa kelas X di SMA Negeri 1 Depok, diketahui hasil kategorisasi aspirasi
karir diantaranya yakni terdapat 35 siswa (56.5%) memiliki aspirasi karir
dengan kategori rendah, kemudian 24 siswa (38.7%) memiliki aspirasi karir
dengan kategori sedang, dan terdapat 3 siswa (4.8%) yang memiliki aspirasi
(22)
7
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Depok
cenderung memiliki aspirasi karir dengan kategori rendah, sehingga peneliti
tertarik untuk mengetahui bagaimana tingkat aspirasi karir siswa kelas X di
SMA Negeri 1 Depok ditinjau dari efikasi diri mereka.
Harapan peneliti, hasil dari penelitian ini akan menjadi dasar intervensi
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling pada bidang
pengembangan diri dan karir siswa oleh guru Bimbingan dan Konseling di
SMA Negeri 1 Depok kaitannnya dengan efikasi diri atau keyakinan akan
kemampuan diri siswa dan cara mengembangkan aspirasi karir yang sesuai
dengan kemampuan dan minat yang dimiliki oleh siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat diambil identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Remaja awal memiliki berbagai permasalahan dalam aspek biologis,
psikologis, dan sosiologis, yang meliputi permasalahan fisik, kognitif, dan
sosio emosional.
2. Masih banyak siswa atau remaja yang memiliki permasalahan karir,
misalnya kesulitan dalam memperoleh cita-cita karir.
3. Masih banyak siswa yang memiliki aspirasi karir yang rendah atau belum
paham dengan pilihan jenis karir.
(23)
8 C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, agar
masalah yang dikaji lebih fokus dan jelas, maka peneliti membatasi masalah
yang akan diteliti, yaitu pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Depok.
D. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: 1) Seberapa tinggi tingkat efikasi diri siswa kelas X SMA Negeri 1
Depok?, 2) Seberapa tinggi tingkat apsirasi karir siswa kelas X SMA Negeri 1
Depok?, 3) Apakah terdapat pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir pada
siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok?.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok
2. Untuk mengetahui tingkat aspirasi karir kelas X SMA Negeri 1 Depok
3. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir pada siswa
(24)
9 F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan adanya kerjasama antara peneliti, guru BK SMA Negeri 1 Depok, dan siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok. Dari
pelaksanaan penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat berupa:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam bidang Bimbingan dan Konseling terutama kajian tentang pengaruh
efikasi diri terhadap aspirasi karir siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Depok
Dapat memberikan masukan berupa gambaran tentang efikasi diri
dan perilaku yang mencerminkan keyakinan akan kemampuan diri pada
siswa serta bentuk aspirasi karir siswa SMA Negeri 1 Depok, yang
nantinya diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling
yang sesuai.
b. Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Depok
Siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok secara keseluruhan dapat
mengetahui tingkat efikasi diri dan aspirasi karir mereka. Penelitian ini
juga diharapkan menjadi suatu bahan introspeksi bagi siswa untuk
pengembangan diri lebih lebih lanjut.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberikan dasar bagi pengembangan penelitian lebih lanjut yang
(25)
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Efikasi Diri
1. Definisi Efikasi Diri
Efikasi diri diperkenalkan oleh Bandura (dalam Friedman dan
Schustack, 2008: 283) yang diartikan sebagai ekspektasi-keyakinan
(harapan) tentang seberapa jauh individu mampu melakukan satu perilaku
dalam situasi tertentu. Efikasi diri atau yang sering disebut sebagai self
efficacy menurut Santrock (2007) adalah kepercayaan individu atas
kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan.
Efikasi diri (self efficacy) adalah keyakinan diri akan kemampuan yang
dimiliki individu untuk mempertimbangkan sesuatu, memecahkan masalah,
dan dapat menjalankan tugas kehidupan (task of life) dengan baik (Sweneey,
2009: 64). Menurut Sharf (2010: 288) efikasi diri (self efficacy) adalah
persepsi individu atas kemampuan dirinya untuk memutuskan sesuatu dalam
kondisi yang berbeda-beda, individu dengan efikasi diri yang tinggi
cenderung memiliki harapan sukses yang tinggi dan sebaliknya individu
dengan efikasi diri yang rendah memiliki keraguan akan kemampuannya
dalam menyelesaikan tugas.
Lebih lanjut Bandura (dalam Santrock, 2008: 523) mendefiniskan
efikasi diri adalah keyakinan bahwa individu dapat menguasai situasi dan
memproduksi hasil yang positif. Senada dengan pernyataan Bandura, Stipek
(26)
11
keyakinan dalam individu untuk mengatakan bahwa “aku bisa” dan ketidakberdayaan adalah keyakinan dalam individu yang mengatakan bahwa
“aku tidak bisa”.
Menurut Bandura (dalam Friedman & Schustack, 2008: 272),
menggambarkan efikasi diri sebagai keyakinan individu bahwa dirinya
dapat menunjukkan perilaku tertentu dengan sukses.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi
diri adalah keyakinan individu atas kemampuan dirinya dalam menghadapi
tugas-tugas tertentu yang ditunjukkan dengan sikap selalu percaya diri dan
tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas tersebut. Individu
dengan efikasi diri yang tinggi dan positif cenderung melakukan pekerjaan
dengan sukses.
2. Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri
Bandura (dalam William Crain, 2007: 317-318) menyatakan bahwa penaksiran individu atas efikasi diri atau keyakinan akan kemampuan
dirinya didasarkan pada empat sumber informasi, sumber informasi inilah
yang mempengaruhi proses pembentukan efikasi diri. Sumber informasi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sumber pengetahuan yang paling berpengaruh adalah performa
aktual individu. Jika individu berhasil berulang kali dalam
mengerjakan tugas-tugas yang ada, rasa keyakinan akan
(27)
12
kali gagal, maka rasa keyakinan akan kemampuan dirinya
menurun. Pada saat individu sanggup mengembangkan rasa
kemampuan dirinya yang besar di suatu bidang, individu tidak akan
terganggu oleh hambatan-hambatan yang membuat individu
tersebut mundur. Individu tersebut menganggap kegagalan sebagai
kurang kerasnya upaya yang dilakukannya, dan kurangnya konsep
pada saat menyelesaikan tugas sehingga mendorong individu untuk
mencoba lagi dan jika individu berhasil, maka rasa keyakinan akan
kemampuan yang ada pada dirinya mengalami kenaikan bahkan
lebih tinggi daripada sebelumnya.
b. Penaksiran individu atas efikasi diri juga dipengaruhi oleh
pengalaman lewat pengamatan, seolah-olah kita sendiri yang
mengalaminya (vicarious experiences). Jika individu melihat orang
lain berhasil dalam sebuah tugas, individu tersebut menyimpulkan
bahwa ia juga bisa melakukannya. Khususnya jika individu yakin
orang lain juga memiliki kemampuan yang setara dengan dirinya.
c. Sumber yang lain adalah persuasi verbal, yakni percakapan yang
penuh semangat atau biasa disebut pep talks. Jika orang lain
meyakinkan individu bahwa individu bisa melakukan sebuah tugas,
biasanya individu tersebut dapat mengerjakan tugas dengan lebih
baik. Dukungan semangat memang bisa membantu individu
menyelesaikan tugas, namun keberhasilan biasanya lebih
(28)
13
keyakinan atas kemampuan diri dalam menyelesaikan suatu tugas.
d. Bagaimana perasaan individu tentang perilaku yang dimaksud
(reaksi emosional). Sebagai contoh, seorang atlet yang melakukan
pemanasan untuk perlombaan lari menginterpretasikan
kecemasannya sebagai tanda kalau ia merasa tegang untuk
menampilkan upaya terbaiknya di hari perlombaan tersebut.
Sementara atlet lain mungkin menginterpretasikan isyarat tubuh
yang sama sebagai indikasi bahwa ia sedang “berada di puncak”, bahwa “adrenalinnya sedang mendidih” yang artinya ia siap menampilkan upaya terbaiknya.
Friedman dan Schustack (2008: 283) menyatakan bahwa dari empat
sumber informasi tersebut, pengalaman individu sendiri adalah sumber
informasi terpenting. Selanjutnya, secara berurutan ialah vicarious
experience, persuasi verbal dan reaksi emosional.
3. Aspek-aspek Efikasi Diri
Corsini (dalam Mita Aggraini, 2010: 18) membagi aspek-aspek efikasi
diri menjadi empat, yakni sebagi berikut:
a. Aspek Kognisi
Kemampuan individu memikirkan cara-cara yang digunakan dan
merancanng tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Agar tujuan tercapai maka setiap orang mempersiapkan diri
(29)
14
tindakan yang tepat. Fungsi utama berpikir memungkinkan individu
untuk memprediksi kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa
depan. Asumsi timbul pada aspek kognisi adalah semakin efektif
kemampuan individu dalam analisis berpikir dan dalam berlatih
mengungkapkan ide-ide atau gagasan pribadi maka akan mendukung
individu bertindak dengan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Aspek Motivasi
Kemampuan individu memotivasi diri melalui pikirannya dalam
melakukan suatu tindakan dan mengambil keputusan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Motivasi individu timbul dari pemikiran optimis
dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Setiap
orang berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada
tindakan yang akan dilakukan dan merencanakan tindakan yang akan
direalisasikan. Motivasi dalam efikasi diri digunakan untuk memprediksi
kesuksesan dan kegagalan.
c. Aspek Afeksi
Kemampuan mengatasi perasaan emosi yang timbul pada diri sendiri
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi terjadi secara alami
dalam diri individu dan berperan dalam menentukan intensitas
pengalaman emosional. Afeksi ditunjukkan dengan mengontrol
kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola pikir yang
(30)
15
d. Aspek Seleksi
Kemampuan individu untuk menyeleksi tingkah laku lingkungan
yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Seleksi
tingkah laku ini dapat mempengaruhi perkembangan individu. Asumsi
yang timbul pada aspek ini yaitu ketidakmampuan individu dalam
melakukan seleksi tingkah laku sehingga membuat perasaan tidak
percaya diri, bingung dan mudah menyerah ketika menghadapi situasi
yang sulit.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
aspek-aspek dalam efikasi diri meliputi aspek-aspek kognisi (kemampuan individu
dalam memikirkan rancangan tindakan yang akan diambil untuk
mencapai tujuan yang diharapkan), aspek motivasi (kemampuan individu
memotivasi diri melalui pikirannya dalam melakukan suatu tindakan dan
mengambil keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan), aspek
afeksi (kemampuan individu mengatasi perasaan emosi yang timbul pada
diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan) dan aspek seleksi
(kemampuan individu untuk menyeleksi tingkah laku lingkungan yang
tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan).
4. Dimensi Efikasi Diri
Bandura (dalam Arista Lukmayanti, 2012: 15) mengungkapkan bahwa
perbedaan efikasi diri (self efficacy) pada setiap individu terletak pada tiga
(31)
16
mempunyai implikasi penting di dalam performansi, yang secara lebih jelas
dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang
berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini
berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar
ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya
melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia
akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas
kemampuannya. Sebagai contoh seorang siswa memiliki kemampuan yang
cukup tinggi di bidang matematika dan memiliki kemampuan rendah di
bidang seni, ketika guru memberikan tugas dua mata pelajaran tersebut
secara bersamaan, siswa dengan efikasi diri tinggi di bidang matematika
tersebut akan terlebih dahulu menyelesaikan tugas matematika karena ia
memiliki keyakinan pada kemampuan dirinya bahwa ia mampu
menyelesaikan tugas matematika tersebut.
Kedua, strength (kekuatan dan keyakinan), yaitu berkaitan dengan
kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang
kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam
berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki
pengalaman-pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang
lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh
pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang. Sebagai contoh seorang
(32)
17
untuk melanjutkan studi di jurusan tata busana, selama berkuliah prestasinya
selalu meningkat dan hal itu membuatnya mampu menyelesaikan studi
dengan nilai yang memuaskan dan kini ia telah memiliki gerai jasa
pembuatan busana.
Ketiga, generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan
cakupan luas dalam hal tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap
kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya,
tergantung pada bagaimana pemahaman atas kemampuan dirinya yang
terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian
aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi. Sebagai contoh individu
meyakini kemampuannya cukup baik dalam bermain tennis meja, individu
tersebut tidak berkeinginan mencoba berlatih bermain basket karena ia
hanya meyakini batas kemampuannya adalah dalam bidang tennis meja saja.
Hal ini berarti individu tersebut merasa yakin terhadap kemampuan dirinya
yang terbatas pada satu aktifitas saja.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, perbedaan tingkat efikasi diri
pada setiap individu terletak pada tiga dimensi, yaitu magnitude
(berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dilakukan individu
berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas), strength (berkaitan
dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya), dan
generality (berkaitan dengan cakupan luas dalam hal tingkah laku dimana
(33)
18 B. Aspirasi Karir
1. Definisi Aspirasi Karir
Menurut Singgih Gunarsah (2003) dalam penggunaan istilah cita-cita,
adalah memiliki kesamaan arti dengan aspirasi. Sawrey dan Telford (dalam
Setyowati dan Riyono, 2003: 54) mendefinisikan aspirasi sebagai apa yang
ingin dicapai individu, sesuai dengan tahap perkembangan individu, aspirasi ini
akan berbeda di setiap individu. Sementara itu, Hurlock (1999: 23)
mendefinisikan aspirasi sebagai keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi
dengan kemajuan sebagai tujuannya. Gibson, dkk., (dalam Edi Pringadi, 2008:
13) mendefinisikan karir sebagai urutan pengalaman dan kegiatan yang
berkaitan dengan pekerjaan yang dapat menciptakan sikap dan perilaku tertentu
pada diri individu. Menurut Booth (2005: 78) aspirasi karir umumnya
didefinisikan sebagai salah satu pilihan karir tertentu yang diinginkan individu
pada tahap perkembangan karirnya. Caroline (dalam Rina Azhar, 2013: 6)
mendefinisikan aspirasi karir adalah tujuan yang ditetapkan individu untuk
dirinya sendiri dalam suatu pekerjaan atau tugas yang memiliki arti penting
bagi individu. Pendapat lain mengemukakan bahwa aspirasi karir adalah
cita-cita atau harapan karir yang menimbulkan usaha untuk pencapaian harapan
tersebut, (Rojewski dalam Nailil Faridah, 2014: 23).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspirasi adalah cita-cita
dan harapan individu untuk memperoleh suatu hal yang lebih baik dan
(34)
19
pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh individu pada rentang
kehidupannya dalam dunia kerja.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspirasi karir adalah
cita-cita dalam bidang karir atau pekerjaan yang dapat mendorong individu untuk
memperoleh suatu hal yang lebih baik dan berharga di masa mendatang.
2. Jenis Aspirasi
Menurut Hurlock (1999: 24) berdasarkan sifatnya aspirasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Aspirasi Positif
Aspirasi positif adalah keinginan meraih kemampuan. Orang yang
memiliki aspirasi positif adalah mereka yang ingin mendapatkan sesuatu
yang lebih baik atau lebih tinggi daripada keadaan yang sekarang.
b. Aspirasi Negatif
Aspirasi negatif adalah keinginan mempertahankan apa yang sudah
dicapai saat ini, tanpa keinginan untuk meningkatkan apa yang sudah
dicapainya.
Berdasarkan tujuannya, Hurlock (1999: 24) membedakan aspirasi
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aspirasi Jangka Pendek (Immediate Aspiration)
Aspirasi jangka pendek atau yang sering disebut aspirasi langsung
(35)
20
yang relatif singkat. Sebagai contoh adalah keinginan untuk
menguasai keterampilan tertentu.
b. Aspirasi Jangka Panjang (Remote Corporation)
Aspirasi jangka panjang atau yang sering disebut aspirasi jauh
yaitu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai individu untuk masa
mendatang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan terdapat dua sifat
aspirasi yaitu aspirasi positif yang berarti keinginan individu untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik atau lebih tinggi dari keadaan yang
sekarang, sedangkan aspirasi negatif yakni keinginan individu untuk
mempertahankan apa yang sudah dicapai saat ini, tanpa ada keinginan
untuk meningkatkan apa yang telah dicapainya. Berdasarkan tujuannya,
aspirasi dibagi menjadi dua jenis yaitu aspirasi jangka pendek atau
aspirasi langsung merupakan cita-cita yang ingin dicapai individu pada
waktu yang dekat atau tidak terlalu lama dan aspirasi jangka panjang atau
aspirasi jauh merupakan tujuan yang ingin dicapai untuk masa
mendatang.
Berdasarkan jenis aspirasi yang telah dijelaskan di atas, bahwasanya
untuk mencapai karir yang diharapkan, individu perlu memiliki aspirasi
karir yang positif. Artinya apabila individu memiliki aspirasi karir yang
positif maka dapat membantu individu untuk memotivasi diri dalam
mencapai karir dengan melakukan usaha yang lebih terarah dan optimal.
(36)
21
idealnya individu memiliki kedua tujuan aspirasi tersebut. Aspirasi
jangka pendek perlu ditentukan agar individu dapat menyusun tindakan
untuk mengasah bakat maupun keterampilan tertentu dalam rangka
mempersiapkan aspirasi karir di masa mendatang.
Begitu pula dengan aspirasi jangka panjang yang perlu ditentukan
agar individu dalam melakukan tindakan berupa persiapan-persiapan
berkarir dapat semakin termotivasi untuk meraih cita-cita karir yang
diinginkan.
3. Aspek-aspek Aspirasi
Hurlock (1980: 45) mengemukakan tentang aspek-aspek aspirasi yang terdiri dari tiga hal, yaitu:
a. Cita-cita
Cita-cita adalah sesuatu yang dinilai penting dan ingin dicapai oleh
individu. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai, diwujudkan
dalam dunia untuk waktu yang akan datang dan merupakan idealisasi dari
suatu bentuk kehidupan yang diinginkan, serta kehendak yang selalu ada di
dalam pikiran individu.
b. Hasrat
Apa yang diharapkan individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin
dicapai tersebut, selanjutnya disebut hasrat atau keinginan. Hasrat
(37)
22
dekat, maupun untuk jangka panjang. Hasrat lebih berkaitan dengan
kemajuan diri dan peningkatan prestasi.
c. Ketetapan Hati
Ketetapan hati merupakan sesuatu yang dinilai penting dan ingin dicapai,
sebagai standar pencapaian dari apa yang dilakukan, tingkat kepuasan yang
ingin dicapai dari apa yang dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek aspirasi karir
terdiri dari:
1) Cita-cita karir dengan adanya tujuan atau gol tertentu.
2) Adanya hasrat dengan melakukan sesuatu yang disukai atau
kesenangan yang berhubungan dengan karir.
3) Ketetapan hati dengan adanya penetapan atas keyakinan untuk
standar pencapaian dari apa yang ingin dilakukan pada karirnya
di masa depan.
4. Perkembangan Aspirasi Karir
a. Teori Tahapan Perkembangan Karir Donald Super
Kajian teori perkembangan aspirasi karir dalam penelitian ini salah
satunya adalah teori yang dikembangkan oleh Donald Super. Super (dalam
Didi Tarsidi, 2007: 11-12) mengemukakan formulasi tentang tahapan
(38)
23
1) Growth atau fase pengembangan (sejak lahir hingga 14-15
tahun), ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap,
minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri.
2) Exploration atau fase eksplorasi (usia 15-24), ditandai
dengan fase tentatif di mana kisaran pilihan karir dipersempit
tetapi belum final.
3) Establishment atau fase pemantapan (usia 25-44), ditandai
dengan adanya usaha tekun memantapkan diri melalui seluk
beluk pengalaman selama menjalani karir tertenttu.
4) Maintenance atau fase pembinaan (usia 45-64) ditandai
dengan individu yang telah dewasa menyesuaikan diri dalam
penghayatan jabatannya
5) Decline atau fase kemunduran (usia 65+) ditandai dengan
bila individu memasuki masa pensiun dan harus menemukan
pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya.
Kelima tahap di atas merupakan acuan bagi munculnya
sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam
karir, yang nampak dalam tugas perkembangan karir
(Vocational development tasks).
Berikut adalah tugas-tugas perkembangan karir yang
(39)
24
Tabel 1. Tugas-tugas Perkembangan Karir Menurut Donald Super
Tugas Perkembangan
Karir Usia Karakteristik Umum
Kristalisasi 14-18 Periode proses kognitif untuk memformulasikan sebuah tujuan karir umum melalui kesadaran
akan sumber-sumber yang
tersedia, berbagai kemungkinan, minat, nilai dan perencanaan untuk okupasi yang lebih disukai
Spesifikasi 18-21 Periode peralihan dari preferensi vokasional tentatif menuju preferensi vokasional yang spesifik
Implementasi 21-24 Periode menamatkan pendidikan atau pelatihan untuk pekerjaan yang disukai dan memasuki dunia kerja
Stabilisasi 24-35 Periode mengkonfirmasi karir yang disukai dengan pengalaman kerja yang sesungguhnya dan
penggunaan bakat untuk
menunjukkan bahwa pilihan karir sudah tepat
Konsolidasi 35+ Periode pembinaan kemapanan karir dengan meraih kemajuan, status, dan senioritas.
b. Teori SCCT (Social Cognitive Career Theory)
Lent (dalam Tang dan Russ, 2007) memaparkan teori karir sosial
kognitif (Social Cognitive Career Theory) yang diperoleh dari teori belajar
sosial (social learning theory) Bandura yang meramalkan efek efikasi diri
(40)
25
Lent (dalam Tang dan Russ, 2007) memperkenalkan SCCT sebagai
kerangka kerja sosial kognitif untuk memahami minat karir, pilihan karir,
dan proses kinerja individu. Lent, Brown, dan Hackett (2000: 36)
memfokuskan penggunaan variabel-variabel cognitive person untuk
mempengaruhi perkembangan karir dengan penekanan pada
variabel-variabel kontekstual yang mempengaruhi individu. Beberapa variabel-variabel
kontekstual dan individual yaitu jenis kelamin, ras, etnis, keturunan
genetik, status sosial ekonomi, dan situasi ekonomi (Lent, Brown, dan
Hackett, 2000: 36).
Menurut Tang dan Russ (2007) efikasi diri (self efficacy) menempatkan
peran sebagai media utama antara perkembangan minat karier, pilihan
karier, dan pribadi individu serta variabel kontekstual. SCCT melakukan
konsolidasi pada variabel-variabel yang mempengaruhi pilihan dan
perkembangan karir. Salah satu kajian pokok SCCT adalah pengenalan
pengaruh kontekstual pada perkembangan karir individu dan peran efikasi
diri sebagai media perilaku individu untuk pencapaian suatu bidang karir.
Para ahli telah melakukan penelitian penerapan SCCT pada kelompok
minoritas seperti orang Asia Amerika, Hispanic Amerika, dan mahasiswa
Amerika kulit hitam, sebagai variabel-variabel karier mencakup; prestasi
akademik, ketekunan, kinerja, minat kerja, dan pilihan karier (Tang dan
Russ, 2007). Hasil penelitian para ahli tersebut menunjukkan bahwa SCCT
secara khusus berkualitas sebagai teori karier yang secara rinci menyelidiki
(41)
26
pilihan-pilihan karier individu. Berikut gambaran model dari teori SCCT
(Social Cognitive Career Theory) yang disajikan pada gambar di bawah ini:
Model of Person, Contextual, and Experiental Factor Affecting Career Related Choice Behavior (Brown and Lent, 2005: 108)
Gambar 1. Gambaran Model Teori SCCT (Social Cognitive Career Theory)
Berdasarkan Gambar 1 .model SCCT tersebut di atas, maka model
pengembangan aspirasi karir pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
atau latar belakang yang meliputi sifat atau kepribadian individu, jenis
kelamin, ras atau etnik, kecacatan, kesehatan, dan lingkungan budaya. Pada
model SCCT ini aspirasi karir individu berkembang setelah terjadinya
pengalaman belajar baik dari lingkungan maupun dari diri pribadi yang
menimbulkan adanya efikasi diri (self efficacy) dan keinginan atau harapan
untuk berhasil pada individu. Lebih lanjut, ketika efikasi diri (self efficacy)
Karakteristik - Sifat - Jenis Kel - Ras/etnik - - Kecacatan
- Kesehatan Lingkungan dan budaya Penga- laman belajar Efikasi diri Harapan berhasil Minat
karir Aspirasi
karir
Pilihan perilaku Latar belakang perilaku
memilih
Penampilan dan upaya
(42)
27
dan keinginan atau harapan untuk berhasil di masa depan telah berkembang
pada individu, maka arah minat karirnya akan mulai dipersempit yang
mengarah pada cita-cita atau aspirasi karir yang disuka.
Berdasarkan teori tahapan perkembangan karir menurut Donald Super,
di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan karir individu terbagi atas
lima periode, yakni periode pengembangan (growth), periode eksplorasi
(exploration), periode pemantapan (establishment), periode pembinaan
(maintenance), dan periode kemunduran (decline). Perkembangan aspirasi
karir berada pada periode eksplorasi yang ditandai dengan fase tentatif di
mana kisaran pilihan karir dipersempit tetapi belum final. Pada periode
tersebut usia individu berkisar dari usia 15-24 tahun. Dengan demikian,
subjek penelitian mengenai aspirasi karir remaja ini merupakan siswa SMA
kelas X dan pada umumnya berusia 15-16 tahun berada pada tahap
perkembangan karir pada fase tentatif. Menurut Super remaja yang berada
pada usia 14-18 tahun memiliki tugas perkembangan karir yang khas yakni
periode proses kognitif untuk memformulasikan sebuah tujuan karir umum
melalui kesadaran akan sumber-sumber yang tersedia, berbagai
kemungkinan, minat, nilai dan perencanaan untuk okupasi yang lebih disuka
atau yang biasa dikenal dengan istilah aspirasi karir. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa remaja yang berada pada fase tentatif dalam tahapan
perkembangan karir Donald Super ditandai dengan remaja mulai sadar
(43)
28
ini mengarah pada bagaimana bentuk efikasi diri atau keyakinan atas
kemampuan diri yang dimiliki remaja dalam menentukan aspirasi karirnya.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aspirasi
Menurut Hurlock (1999: 25) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi terdiri dari:
a. Faktor Pribadi
1) Intelegensi
Status pendidikan amat penting dalam suatu kelompok. Banyak
diantara remaja yang mempunyai tingkat aspirasi yang tinggi tetapi
tidak relaistis. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan dari
kelompok yang tinggi. Namun jika status pendidikan tidak begitu
berarti, maka dapat dilihat bahwa remaja akan menentukan tingkat
aspirasi yang lebih realistik.
2) Minat Pribadi
Minat timbul dari dalam diri individu tergantung dari beberapa
hal seperti jenis kelamin, bakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan
sepermainan. Semakin tersedianya kebutuhan manusia yang serba
cepat dan efisien akan mendorong semakin besar kesempatan untuk
memilih sesuatu yang diinginkan sesuai dengan aspirasinya.
3) Pengalaman Masa Lampau
Perubahan aspirasi pada remaja dipengaruhi oleh frekuensi
(44)
29
akan mengubah harapan umum (jika siswa sukses dalam bidang
tertentu, siswa mengharapkan sukses pada bidang lainnnya), sehingga
dapat dikatakan bahwa keberhasilan akan memperkuat aspirasi dan
kegagalan melemahkannya.
4) Pola Kepribadian
Dalam hal ini kepribadian individu turut mempengaruhi
penentuan tujuan cita-citanya. Bila bercita-cita melebihi
kemampuannya sebagai bentuk kompensasi, semakin tidak puas
dengan dirinya sendiri, maka semakin tinggi dan tidak realistis
aspirasinya. Biasanya, emosi yang luar biasa merupakan akhir
ketidakpuasan diri. Pribadi yang meyakinkan dan adanya rasa aman
akan menentukan tujuan untuk mencapai cita-citanya. Para remaja
yang dipengaruhi perasaan secara sewajarnya akan sanggup
memelihara keseimbangan yang lebih baik antara harapan dengan
kenyataan, dengan demikan ia akan berangan-angan secara lebih
realistis. Pola kepribadian akan berpengaruh pada jenis dan kekuatan
aspirasi.
5) Nilai Pribadi
Nilai ini menentukan apa saja aspirasi yang penting. Pada siswa
khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru, dan
teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya
(45)
30
6) Jenis Kelamin
Remaja laki-laki mempunyai perbedaan dengan remaja
perempuan dalam hal aspirasi. Remaja perempuan aspirasinya lebih
mengarah pada bidang daya tarik pribadi dan penerimaan sosial yang
dinilai tinggi di kalangan perempuan. Dalam keluarga dan sekolah,
aspirasi remaja laki-laki cenderung pada bidang pekerjaan, akademik
dan olahraga.
7) Kompetisi
Banyak aspirasi yang didasarkan pada keinginan untuk melebihi
orang lain. Semenjak masa kanak-kanak, individu sudah berkompetisi
dengan anak yang lebih tua maupun dengan teman sebaya. Kebiasaan
berkompetisi dengan orang lain ini mempunyai peran yang penting
dalam menentukan perkembangan aspirasi.
8) Latar Belakang Ras
Anak-anak dari kelompok minoritas sering bercita-cita tinggi
yang tidak realistis sebagai bentuk kompensasi.
b. Faktor Lingkungan
1) Ambisi Orang Tua
Ambisi yang sering lebih tinggi bagi anak yang lahir pertama
daripada bagi anak yang lahir selanjutnya berpengaruh pada pola asuh
orang tua. Orang tua sangat berpengaruh dalam menentukan karir
(46)
31
pendorong untuk mempengaruhi perkembangan anak dan membentuk
ciri karakter dari kepribadiannya sesuai dengan apa yang diinginkan
atau diharapkan. Orang tua secara langsung mengajarkan agar apa
yang dilakukan oleh anak harus mencapai hasil sebaik-baiknya,
karena dengan hasil yang baik akan membawa keberuntungan bagi
aspirasinya.
2) Harapan Sosial
Harapan sosial menekankan bahwa mereka yang berhasil di satu
bidang juga dapat berhasil di semua bidang jika itu diinginkannya.
Harapan individu belum tentu akan tercapai meskipun telah berusaha
semaksimal mungkin. Dengan keinginan dari sebuah kelompok
nantinya harapan tersebut harus tercapai meskipun telah menggunakan
banyak cara karena satu sama lain mempunyai keinginan yang sama,
sehingga semakin kuat keinginan untuk diakui dalam kelompoknya
maka aspirasinya akan semakin kuat.
3) Dorongan Keluarga
Individu berasal dari keluarga yang mempunyai keadaan sosial
yang stabil cenderung mempunyai tingkat aspirasi yang lebih tinggi
daripada individu yang berasal dari keluarga yang tidak stabil. Selain
itu individu yang berasal dari keluarga kecil mempunyai orientasi
prestasi yang lebih besar daripada dari keluarga besar, sebab orang tua
pada keluarga kecil tidak sekedar menuntut anak tetapi juga akan
(47)
32
4) Urutan Kelahiran
Suatu kenyataan menunjukkan bahwa anak pertama laki-laki akan
ditekankan untuk mencapai aspirasi yang lebih tinggi daripada
adiknya. Keadaan ini berlaku terutama pada keluarga yang
mempunyai kelas sosial tinggi dan menengah, sedangkan pada kelas
sosial rendah anak bungsu justru lebih ditekankan untuk mempunyai
aspirasi yang lebih tinggi, baik dari orang tuanya maupun
kakak-kakaknya.
5) Tradisi Budaya
Tradisi budaya yang beranggapan bahwa semua orang dapat
mencapai apa saja yang diinginkannya jika usahanya cukup keras.
Pada masyarakat yang demokratis menganggap semua orang
mempunyai kesempatan yang sama. Seorang siswa dalam masyarakat
yang demokratis di didik bahwa mereka dapat mencapai hasil yang
tinggi dalam masyarakat bila dapat melakukan hal yang terbaik.
Keterbatasan dalam meraih kesempatan juga dapat berasal dari diri
siswa. Misalnya kapasitas mental, fisik atau temperamen yang tidak
memungkinkan untuk mencapai aspirasinya. Keterbatasan lain adalah
karena lingkungan yang tidak memberikan kesempatan
mengembangkan pendidikan dan keahlian khusus.
(48)
33
Pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga,
guru dan teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh
kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi adalah faktor pribadi antara
lain intelegensi, minat pribadi, pengalaman masa lampau, pola
kepribadian, nilai pribadi, jenis kelamin, kompetisi, latar belakang ras
dan faktor lingkungan antara lain ambisi orang tua, harapan sosial,
dorongan keluarga, urutan kelahiran, tradisi budaya, dan nilai sosial yang
bervariasi dengan bidang prestasi.
C. Remaja
1. Definisi Remaja
Atas pertimbangan konteks sosio-historis, Santrock (2007: 20) mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang
melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.
Larson (dalam Santrock, 2007: 20) menyatakan bahwa tugas pokok remaja
adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Hurlock (dalam Rita
Eka Izzaty dkk., 2008: 124) menyatakan awal masa remaja berlangsung
(49)
34
tahun, dan akhir masa remaja bermula dari enam belas tahun atau tujuh
belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah
individu yang berada dalam fase perkembangan manusia yakni pada masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan
beberapa perubahan-perubahan, baik perubahan dari segi biologis, kognitif,
maupun-sosio emosional.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 124-126)
menyatakan bahwa masa remaja, seperti pada masa-masa sebelumnya
memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya.
Ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai periode penting, karena akibatnya yang langsung
terhadap sikap dan perilaku dan akibat jangka panjangnya, juga akibat
fisik dan akibat psikologisnya. Perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yamg cepat
menimbulkan penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat
baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga mereka
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan serta
(50)
35
dan sikap yang sudah ditinggalkan. Pada masa ini remaja bukan lagi
seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, selama masa remaja terjadi
perubahan fisik yang sangat pesat, juga perubahan perilaku dan sikap
yang berlangsung pesat. Sebaliknya jika perubahan fisik menurun maka
diikuti perubahan sikap dan perilaku yang menurun juga. Menurut
Hurlock, terdapat 4 macam perubahan yaitu: meningginya emosi,
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan, berubahnya minat
dan pola perilaku serta adanya sikap ambivalen terhadap setiap
perubahan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, pada masa ini mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti pada masa
sebelumnya. Namun adanya sifat yang mendua, dalam beberapa kasus
menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan krisis identitas. Pada saat
ini remaja berusaha untuk menunjukkan siapa diri dan peranannya dalam
kehidupan masyarakat.
e. Usia bermasalah, karena pada masa remaja pemecahan masalah sudah
tidak seperti pada masa sebelumnya yang dibantu oleh orangtua dan
gurunya. Setelah remaja masalah yang dihadapi akan diselesaikan secara
mandiri, mereka menolak bantuan dari orangtua dan guru lagi.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan atau kesulitan,
(51)
36
bersifat negatif. Stereotip demikian mempengaruhi konsep diri dan sikap
remaja terhadap dirinya, dengan demikian menjadikan remaja sulit
melakukan peralihan menuju masa dewasa. Pandangan ini juga yang
sering menimbulkan pertentangan antara remaja dengan orang dewasa.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, pada masa ini remaja
cenderung memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan bukan sebagaimana adanya, lebih-lebih cita-citanya. Hal ini
menyebabkan emosi meninggi dan apabila yang diinginkan tidak tercapai
akan mudah marah. Semakin bertambahnya pengalaman pribadi dan
sosialnya serta kemampuan berfikir rasional remaja memandang diri dan
orang lain semakin realistik.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, menjelang memasuki masa
dewasa, mereka merasa gelisah untuk meninggalkan masa belasan
tahunnya. Mereka belum cukup untuk berperilaku sebagai orang dewasa,
oleh karena itu mereka mulai berperilaku sebagai status orang dewasa
seperti cara berpakaian, merokok, menggunakan obat-obatan, dan
lain-lain, yang dipandang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan terdapat delapan ciri-ciri
masa remaja menurut Hurlock, salah satu ciri-ciri masa remaja adalah “usia bermasalah”. Artinya, bahwa masa remaja merupakan masa yang mengalami permasalahan yang berbeda dengan masalah di periode perkembangan
sebelumnya. Pada periode perkembangan sebelumnya individu dalam
(52)
37
masa remaja individu dituntut untuk menyelesaikan masalah secara mandiri.
Hal tersebut membutuhkan keyakinan diri dalam memecahkan sebuah
permasalahan. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi diindikasikan dapat
menyelesaikan masalah dengan memilih atau menentukan alternatif secara
tepat. Selain itu, ciri-ciri masa remaja yakni “masa remaja yang tidak realistik” yang berarti bahwa remaja cenderung memandang diri sendiri dan orang lain
terkait cita-cita yang dimiliki berdasarkan apa yang diinginkan. Salah satu yang
mempengaruhi individu untuk berpikir secara realistik yakni pengalaman
pribadi dan sosial yang dimiliki individu. Hal tersebut mempengaruhi
pandangan terhadap diri dan orang lain dengan pandangan secara realistis.
Kaitannya dengan aspirasi karir, individu atau remaja dengan efikasi diri tinggi
akan memilih dan menentukan cita-citanya berdasarkan bakat, minat dan
kemampuan yang dimiliki, bukan berdasarkan keinginan saja.
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan,
menurut Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 126) tugas
perkembangan masa remaja yang harus dilalui dalam masa itu adalah sebagai
berikut :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita.
(53)
38
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab.
e. Mempersiapkan karir ekonomi.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Berdasarkan penjelasan diatas salah satu tugas perkembangan remaja
yakni mempersiapkan karir ekonomi. Dalam hal ini masa remaja perlu
mempersiapkan, merencanakan dan melakukan usaha yang optimal dalam
mewujudkan aspirasi karir atau harapan akan cita-cita yang dimiliki. Masa
remaja merupakan masa yang penting dalam proses pencapaian cita-cita,
seperti mengenal dan memahami bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki,
mencari informasi terkait karir atau cita-cita yang diinginkan, dan fokus
belajar untuk berproses memperoleh cita-cita yang diinginkan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nailil Faridah mengenai
hubungan antara aspirasi karir dengan kematangan vokasional pada siswa di
SMK Walisongo 1 Gempol, Pasuruan memaparkan bahwa tugas
perkembangan remaja yang penting salah satunya adalah mempersiapkan
karir ekonomi yang di fokuskan pada perencanaan dan persiapan akan suatu
pekerjaan. Tugas perkembangan ini sering disebut dengan tugas
(54)
39
menjelaskan tugas perkembangan vokasional pada remaja adalah kemampuan
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan dasar dalam bekerja dengan jalan
belajar, mengorganisasikan energi untuk menyelesaikan suatu tugas pekerjaan
sekolah, pekerjaan sehari-hari, dan belajar menomorsatukan pekerjaan dari
keinginan untuk bermain. Misalnya, remaja yang memiliki aspirasi karir
menjadi dosen, remaja tersebut mengenal bakat dan minat serta kemampuan
yang dimiliki. Selanjutnya, remaja perlu mencari informasi terkait
persyaratan atau kebutuhan untuk menjadi dosen, contohnya yakni remaja
perlu menempuh studi ke perguruan tinggi minimal jenjang pasca sarjana.
Oleh sebab itu, untuk menjadi dosen remaja diharapkan berusaha secara
optimal dengan meningkatkan prestasi akademik dan menambah pengalaman
pribadi dan sosialnya.
D. Penelitian Sejenis yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Eko Ferridiyanto (2012) dengan
judul pengaruh efikasi diri dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap
motivasi ber-technopreneurship siswa jurusan teknik instalasi tenaga listrik
SMK 1 Sedayu, menunjukkan bahwa efikasi diri (self efficacy) dan prestasi
belajar kewirausahaan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi siswa agar
termotivasi untuk ber-technopreneurship. Hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa efikasi diri yang tinggi akan menjadi motivasi yang kuat
bagi individu untuk bertindak lebih gigih dan terarah, terutama bila tujuan
(55)
40
Penelitian oleh Arista Lukmayanti (2012) dengan judul hubungan efikasi
diri dengan minat berwirausaha siswa kelas XII program keahlian jasa boga
di SMK Negeri 6 Yogyakarta, hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis
yang diajukan yaitu ada hubungan positif efikasi diri terhadap minat
berwirausaha siswa kelas XII program keahlian jasa boga di SMK Negeri 6
Yogyakarta, diterima. Hasil penelitian menunjukkan tingginya efikasi diri
pada siswa akan berdampak positif dengan tingginya minat berwirausaha. Hal
ini dibuktikan oleh hasil analisis data penelitian. Efikasi diri selalu
berhubungan dan berdampak pada pemilihan perilaku, motivasi dan
keteguhan individu dalam menghadapi setiap persoalan. Efikasi diri juga
dapat memberikan pengaruh terhadap fungsi kognitif, motivasi, afeksi dan
fungsi selektif individu yang diproyeksikan ke dalam pemilihan perilaku.
Dimensi tersebut selaras dengan nilai-nilai kewirausahaan, dimana setiap
individu yang memiliki minat kewirausahaan yang tinggi akan mampu berdiri
sendiri, berani mengambil keputusan dan menerapkan tujuan yang hendak
dicapai atas dasar pertimbangannya sendiri.
Penelitian Min-Suk Kim dan Soon-Young Yun pada tahun 2015 yang
berjudul A Study on the Nursing Student with Academic Self-efficacy,
Motivation and Career Aspiration, hasil penelitian tersebut menjelaskan
bahwa siswa dengan efikasi diri akademik tinggi dan memiliki motivasi
berprestasi yang baik diindikasikan memiliki tingkat aspirasi karir yang
(56)
41
dalam hal mempersiapkan karir yang sesuai dengan bakat dan kemampuan
yang dimiliki.
Berdasarkan penelitian sejenis yang relevan di atas, dapat disimpulkan
bahwa efikasi diri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pembentukan aspirasi karir individu.
E. Kerangka Berpikir
Remaja adalah individu yang berada dalam fase perkembangan manusia
yakni pada masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Setiap fase
hidup individu memiliki tugas-tugas perkembangan tersendiri, demikian juga
ketika individu memasuki masa remaja. Individu memiliki tugas
perkembangan tersendiri yang harus diselesaikan. Salah satu tugas
perkembangan yang harus individu selesaikan pada masa remaja adalah
menentukan karir ekonomi (Hurlock dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 126).
Dalam menentukan karir ekonomi biasanya remaja dihadapkan pada
pilihan-pilihan jenis pekerjaan, dan tak jarang remaja mengalami kebingungan memilih
jenis pekerjaan apa yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Keraguan
remaja dalam menentukan cita-cita karir atau yang biasa disebut aspirasi karir
dapat mengganggu tercapainya tugas perkembangan. Oleh karena itu,
dibutuhkan efikasi diri (self efficacy) sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh dalam menentukan aspirasi karir remaja.
Pada kenyataannya masih ada remaja yang kurang yakin terhadap
(57)
42
rendah salah satunya adalah pengalamam kegagalan masa lampau tentang
suatu tugas. Kegagalan tersebut membuat remaja menjadi tidak yakin ia
berhasil menyelesaikan tugas tersebut jika mendapat tugas yang sama. Padahal
sebenarnya, efikasi diri pada remaja menjadi motivasi remaja menyelesaikan
tugas dengan berusaha lebih giat serta menjadikan kegagalan sebagai pelajaran
berharga. Keyakinan atas kemampuan diri yang baik biasanya terlihat pada
remaja yang bersikap semangat dan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu
menentukan tindakan untuk menyelesaikan suatu tugas. Begitu pula dengan
tugas perkembangan remaja dalam hal menentukan karir ekonomi, remaja
membutuhkan efikasi diri yang ideal agar dalam pencapaian aspirasi karir
dapat sesuai dengan bakat serta kemampuan yang dimiliki remaja.
Selain itu, menurut Bandura (dalam Ilham Bakhtiar, 2012) fungsi efikasi
diri salah satunya yakni fungsi motivasi, artinya efikasi diri memainkan
peranan penting dalam pengaturan motivasi diri untuk melakukan
tindakan-tindakan rasional dalam mewujudkan masa depan yang berharga. Pendapat
tersebut mengarah pada efikasi diri memiliki fungsi sebagai motivasi internal
remaja untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam rangka
mempersiapkan diri untuk mencapai cita-cita karir atau aspirasi karir yang
ideal di masa depan.
Pernyataan di atas relevan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Min-Suk Kim dan Soon-Young Yun pada tahun 2015 yang berjudul A Study on the
Nursing Student with Academic Self-efficacy, Motivation and Career
(58)
43
diri akademik tinggi dan memiliki motivasi berprestasi yang baik diindikasikan
memiliki tingkat aspirasi karir yang baik. Pengaruh efikasi diri terhadap
aspirasi karir, yaitu dimana efikasi diri sebagai variabel bebas (X) dan aspirasi
karir sebagai variabel terikat (Y). Dapat digambarkan dalam gambar sebagai
berikut.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan teori-teori yang tersebut di atas, maka hipotesis
penelitian yang diambil adalah: “Efikasi diri mempengaruhi tingkat aspirasi karir siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok, Sleman”.
G. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Efikasi Diri
Efikasi diri adalah keyakinan individu atas kemampuan dirinya
untuk mempertimbangkan sesuatu, memecahkan masalah, dan dapat
menjalankan tugas kehidupan (task of life) dengan baik yang
ditunjukkan dengan sikap selalu percaya diri dan tidak mudah
menyerah dalam menyelesaikan tugas tersebut, individu dengan efikasi
diri yang tinggi dan positif cenderung melakukan pekerjaan dengan
sukses.
Aspirasi karir Efikasi Diri (Self Efficacy)
(59)
44
2. Aspirasi karir
Aspirasi karir adalah cita-cita dalam bidang karir atau pekerjaan
yang dapat mendorong individu untuk melakukan usaha pencapaian
atas cita-cita karirnya tersebut, aspirasi karir termasuk dalam tugas
perkembangan yang terjadi pada masing-masing individu yang
berbeda-beda yang merangsang individu untuk bekerja keras dan berdedikasi
(60)
45 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Margono
(2007: 105) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat dalam menemukan keterangan terkait apa yang akan peneliti ketahui.
Dalam penelitian kuantitatif menggunakan populasi atau sampel tertentu
yang pengambilan sampelnya menggunakan teknik random dan
pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono,
2007: 14)
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian “korelasi pengaruh”, sehingga terdapat variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Dengan demikian penelitian ini
mencoba untuk melihat pengaruh satu variabel terhadap variabel yang
lainnya melalui pengujian hipotesa.
B. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yakni variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(61)
46
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007: 61).
Dalam penelitian ini variabel terikatnya (Y) yakni aspirasi karir dan
variabel bebasnya (X) yakni efikasi diri.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Depok Sleman
Yogyakarta pada bulan Agustus 2015.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini yakni siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok.
Penelitian ini adalah penelitian populasi. Populasi adalah keseluruhan
obyek yang akan diteliti (Sulistyo Basuki, 2006: 182), sedangkan menurut
Kountur (2007: 145) populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari
suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti, objek penelitian dapat
berupa makhluk hidup, benda, sistem, prosedur, fenomena, dan lain-lain.
Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampel jenuh, yakni teknik
penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel
(62)
47
Tabel 2. Data Subyek Penelitian
No. Kelas Jumlah
1. XA 31
2. XB 30
3. XC 32
4. XD 32
5. XE 31
6. XF 30
Total 186
Terdapat 186 siswa sebagai subyek penelitian ini yang berasal dari
kelas X A, B, C, D, E dan F di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2010: 137) teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan suatu data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode
pengisian skala psikologis. Menurut Saifuddin Azwar (2012: 7)
menjelaskan bahwa data yang diungkap dengan menggunakan skala yakni
deskripsi mengenai aspek kepribadian individu. Dalam skala psikologi
pertanyaan atau itemnya berupa penerjemahan dari indikator keperilakuan
guna memancing jawaban yang tidak secara langsung menggambarkan
keadaan diri subyek, yang biasanya tidak disadari oleh responden yang
bersangkutan. Pernyataan yang diajukan memang dirancang untuk
mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari aspek keperilakuan yang
akan diungkap.
(63)
48 F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti yang bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang akurat
(Sugiyono, 2007: 133). Dalam penelitian ini, terdapat 2 skala yang
dibagikan kepada subyek diantaranya yakni skala efikasi diri dan skala
aspirasi karir. Skala yang dibagikan kepada subyek bertujuan untuk
mengetahui tingkat efikasi diri dan aspirasi karir yang dimiliki siswa kelas
X SMA Negeri 1 Depok.
1. Skala Efikasi Diri
Untuk mengukur efikasi diri digunakan skala efikasi diri.
Penyusunan skala efikasi
ini berdasarkan konsep teori efikasi diri yang memuat empat aspek
efikasi diri diantaranya yakni kognisi, motivasi, afeksi dan seleksi
yang kemudian dideskripsikan pada indikator-indikator dan item
pernyataan. Berikut deskripsi dari beberapa aspek efikasi diri menurut
Corsini (dalam Mita Aggraini, 2010: 18).
a. Kognisi, yang mencakup memikirkan dan merancang tindakan,
melakukan tindakan yang tepat untuk mempersiapkan tujuan,
Memprediksi kemungkinan yang akan terjadi, menganalisis
dan mengungkapkan ide-ide gagasan pribadi.
b. Motivasi, yang mencakup memotivasi diri melalui pikiran,
(64)
49
c. Afeksi, yang mencakup mengatasi perasaan emosi negatif,
mengontrol kecemasan, dan mengontrol perasaan stres.
d. Seleksi yang mencakup menyeleksi tingkah laku lingkungan,
dampak kurang dapat menyeleksi tingkah laku lingkungan
(tidak percaya diri, bingung dalam membuat keputusan, dan
mudah menyerah).
Sehingga berdasarkan definisi operasional diatas dapat disusun kisi-kisi skala
efikasi diri pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Kisi – kisi Skala Efikasi Diri
Aspek Indikator No Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Kognisi a. Memikirkan dan
merancang tindakan
1,2 2
b. Melakukan tindakan yang tepat untuk mempersiapkan tujuan
3,4 2
c. Memprediksi
kemungkinan yang akan terjadi
5,6 7 3
d. Menganalisis dan
mengungkapkan ide-ide gagasan pribadi
8,9,10 3
2. Motivasi a. Memotivasi diri melalui pikiran
11 12 2
b. Menciptakan rasa optimis 13,14 2
c. Menetapkan keyakinan 15,16 2
3. Afeksi a. Mengatasi perasaan emosi positif
17 18 2
b. Mengontrol kecemasan 19 20 2
c. Mengontrol perasaan stress
21,22 2
4. Seleksi Menyeleksi tingkah laku lingkungan
23,24,27 25,26 5
(65)
50
Skala efikasi diri terdiri dari 31 item pernyataan, dan skala aspirasi
karir terdiri dari 42 item pernyataan yang disajikan dalam bentuk skala
likert dengan 4 alternatif jawaban, sehingga subyek penelitian
memberikan tanda (X) pada kolom jawaban yang disediakan sesuai
dengan kondisi diri individu. Setiap pernyataan memiliki alternatif
jawaban “Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Jenis pernyataan terdiri dari dua macam yaitu pernyataan favorable dan unfavorable. Penyataan favorable
ditunjukkan dengan isi pernyataan yang menggambarkan dukungan
atau kesesuaian dengan indikator keperilakuan variabel yang diukur
dan sebaliknya pernyataan unfavorable yakni isi pernyataan tidak
mendukung ciri indikator yang diukur (Saifuddin Azwar, 2012: 42).
Menurut Saifuddin Azwar (2012: 9) respon terhadap skala psikologi
diberi skor melalui proses penskalaan (scaling). Dalam penelitian ini
untuk pernyataan positif memiliki bobot nilai untuk jawaban Sangat
Sesuai = 4, Sesuai = 3, Tidak Sesuai = 2 dan Sangat Tidak Sesuai = 1,
dan untuk pernyataan negatif memiliki bobot nilai untuk jawaban
Sangat Sesuai = 1, Sesuai = 2, Tidak Sesuai = 3 dan Sangat Tidak
Sesuai = 4. Dengan demikian, respon terhadap skala psikologi yang
diberi skor melalui proses penskalaan dapat digambarkan dalam tabel
(66)
51
Tabel 4. Skor Penskalaan
Jenis Pernyataan
Skor
SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
2. Skala Aspirasi Karir
Untuk mengukur aspirasi karir digunakan skala aspirasi karir.
Penyusunan skala aspirasi karir ini berdasarkan konsep teori aspirasi
karir berdasarkan aspek aspirasi karir, antara lain cita-cita, hasrat dan
ketetapan hati. Berikut deskripsi dari beberapa aspek aspirasi karir
menurut Hurlock (1980: 45).
a. Cita-cita, yang mencakup mengetahui cita-cita yang dimiliki,
menyusun waktu atau target masa depan, memahami kemampuan,
memahami bakat, memahami minat, memahami keterampilan dan
mampu memahami prospek dari cita-cita.
b. Hasrat, yang memiliki hasrat untuk sukses, memiliki masa depan
sesuai dengan hal yang disukai, memiliki hasrat untuk
meningkatkan prestasi, mengasah kemampuan untuk kemajuan diri
serta menyusun pencapaian jangka panjang dan jangka pendek.
c. Ketetapan hati, yang mencakup memiliki ketetapan hati terkait
(67)
52
pencapaian keberhasilan, memahami nilai- nilai pencapaian masa
depan dan memiliki kepuasan apabila harapan tercapai.
Berdasarkan aspek dan indikator aspirasi karir di atas, maka peneliti
(1)
121
Kelas X E
Efikasi_Diri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sedang 13 41.9 41.9 41.9
Tinggi 18 58.1 58.1 100.0
Total 31 100.0 100.0
Aspirasi_Karir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sedang 10 32.3 32.3 32.3
Tinggi 21 67.7 67.7 100.0
Total 31 100.0 100.0
Kelas X F
Efikasi_Diri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sedang 14 46.7 46.7 46.7
Tinggi 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Aspirasi_Karir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sedang 10 33.3 33.3 33.3
Tinggi 20 66.7 66.7 100.0
(2)
122
LAMPIRAN 11.
Hasil Uji Normalitas
(3)
123
Lampiran 11.
(4)
124
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 186
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 7,72807571 Most Extreme Differences Absolute ,060
Positive ,060
Negative -,057
Test Statistic ,060
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
(5)
125
LAMPIRAN 12.
Hasil Uji Linearitas,
Hasil Uji Hipotesis,
Temuan Tambahan
(6)
126
Lampiran 12.
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig. AK
* ED
Between Groups
(Combined) 14989,328 29 516,873 9,311 ,000 Linearity 12600,808 1 12600,808 226,982 ,000 Deviation from
Linearity 2388,520 28 85,304 1,537 ,053
Within Groups 8660,263 156 55,515
Total 23649,591 185
Hasil Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 22,426 5,500 2,990 ,003
Efikasi diri 1,315 ,091 ,730 14,486 ,000
a. Dependent Variable: Aspirasi karir
Hasil Temuan Tambahan
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,730a ,533 ,530 5,54905
a. Predictors: (Constant), Efikasi diri b. Dependent Variable: Aspirasi karir