17
H. Senyawa ZnSO
4
Zink merupakan zat gizi mikro esensial yang memiliki fungsi dan kegunaan penting bagi tubuh. Kebutuhan akan Zn ditentukan oleh proses
fisiologis kebutuhan jaringan, banyaknya Zn yang dikeluarkan dari tubuh, dan karakteristik diet seseorang Hidayat, A., 1999: 23. Dalam semua senyawa
sederhana, zink mempunyai tingkat oksidasi +2 dan memiliki sifat yang lunak serta reaktif. Zink dapat dijumpai dalam bentuk organik seperti Zink lisinat dan
Zink metionat dan bentuk anorganik seperti Zink oksida ZnO, Zink karbonat ZnCO
3
, dan Zink sulfat ZnSO
4
H
2
O. Garam zink dalam bentuk padatan anorganik seperti zink sulfat heptahidrat
ZnSO
4
.7H
2
O sebagian besar larut dalam air dan larutannya mengandung ion kompleks tak berwarna heksaakuazink II, [ZnH
2
O
6
]
2+
Sugiyarto, K. H. dan Suyanti, R. D., 2010: 317, 318. Struktur zink sulfat heptahidrat adalah
[ZnH
2
O
6
]
2+
[SO
4
.H
2
O]
2-
. Zink sulfat dapat dimanfaatkan untuk preparat oral. Setiap mg elemen zink setara dengan 4,4 mg ZnSO
4
.7H
2
O. Pada dosis 225-440 mg elemen zink dapat menimbulkan muntah-muntah dan gejala keracunan. Gejala
keracunan zink pada saluran pencernaan adalah rasa mual, muntah-muntah, nyeri perut, diare, dan demam.
I. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang “Studi Aktivitas Enzim Tripsin terhadap Berbagai
Macam Protein Nabati Jenis Umbi- Umbian” Sandie, A., β011 menunjukkan
bahwa pada kondisi optimum kasein pH 7,5, suhu 32,5, dan waktu inkubasi 25 menit enzim tripsin memiliki aktivitas rata-rata 0,0017 mgmL per menit. Pada
penelitian tersebut digunakan metode Anson dan metode Lowry.
18
Berdasarkan penelitian Wieninger-Rustemeyer, R., et. al. 1980, dengan enzim tripsin dan menggunakan substrat N
α
-benzoil-L-arginin-p-nitroanilida L- BAPA dengan waktu inkubasi 10 menit, aktivitas rata-rata tripsin lebih besar
pada konsentrasi Zn
2+
5x10
-6
mol Zn
2+
L kemudian menurun pada konsentrasi 10
-5
mol Zn
2+
L. Ketika konsentrasi ditingkatkan lebih jauh lagi, aktivitas pada kontrol percobaan dapat tercapai lagi.
Naz, S., et. al. 2001 menyatakan bahwa penambahan Zn II tidak memberikan pengaruh besar pada aktivitas proteolitik baik dengan pemanasan
80°C dan tanpa pemanasan kasein 37°C, tetapi meningkatkan aktivitas enzim tripsin pada variasi penambahan Zn II sebesar 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; dan
0,005 mgmL. Penelitian tersebut dilakukan dengan substrat kasein dan enzim tripsin menggunakan buffer fosfat 0,01 M pH 7,5 serta waktu inkubasi 20 menit.
Berdasarkan penelitian Zhang, et. al. 2014 tentang interaksi ion Cu
2+
, Pb
2+
, Zn
2+
dengan tripsin dimana benzoil-n-arginin etil ester BAEE digunakan sebagai substrat pada penelitian dan diperoleh hasil bahwa Zn
2+
tidak memberikan efek yang besar pada aktivitas dan struktur enzim tripsin. Variasi konsentrasi yang
digunakan adalah 0,0002 M; 0,0003M; 0,0010 M; 0,0015 M; dan 0,0020 M. Pada penelitian ini digunakan metode Anson dan metode Lowry seperti
pada penelitian Sandie 2011. Penelitian dari Wieninger-Rustemeyer, Naz, dan Zhang menunjukkan bagaimana pengaruh dari penambahan ion Zn
2+
terhadap aktivitas enzim tripsin. Penelitian Naz, S., et. al. 2001 memiliki beberapa
kesamaan dengan penelitian ini, yaitu substrat kasein, suhu 37°C, dan waktu inkubasi 20 menit. Variasi konsentrasi Zn
2+
yang digunakan mengacu pada
19
penelitian Zhang dengan sedikit perubahan menjadi 0,0010 M; 0,0015 M; 0,0020 M; 0,0025 M; dan 0,0030 M.
J. Kerangka Berpikir