Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Penentuan Kadar Protein Terlarut dengan Metode Lowry

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 650 - 750 nm. Sampel yang digunakan untuk penentuan panjang gelombang maksimum adalah kasein 1 mgmL. Panjang gelombang yang dipilih adalah 720 nm dimana panjang gelombang tersebut memberikan absorbansi terbesar, yaitu 1,096 pada rentang panjang gelombang 650 - 750 nm. Data hasil absorbansi penentuan panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Lampiran 6.

b. Penentuan Kurva Standar Protein Kasein

Penentuan kurva standar protein kasein dilakukan dengan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum, yaitu 720 nm. Protein yang digunakan untuk penentuan kurva standar protein adalah kasein 0,1; 0,2; 03; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1 mgmL. Variasi konsentrasi substrat kasein diperoleh dengan pengenceran larutan induk kasein 1 mgmL menggunakan larutan buffer fosfat pH 8. Data hasil absorbansi penentuan kurva standar protein dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan variasi konsentrasi kasein dan absorbansi yang dihasil- 32 kan dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi kasein dan absorbansi, sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = ax + b, yaitu y = 1,1042x + 0,0092 dengan nilai r 2 sebesar 0, 9958 dan nilai r sebesar 0, 9979.

2. Penentuan Kadar Protein Tripsin

Pada penentuan kadar protein tripsin digunakan panjang gelombang 720 nm. Enzim tripsin dibuat dengan cara melarutkan padatan tripsin ke dalam larutan buffer pH 8. Absorbansi rata-rata yang diperoleh dari pengukuran kadar protein enzim tripsin adalah 0, 091. Absorbansi yang diperoleh dapat digunakan untuk penentuan kadar protein dalam tripsin dengan memasukkannya ke dalam persamaan garis linear kurva baku protein y = 1,1042x + 0,0092, sehingga diperoleh kadar protein enzim tripsin sebesar 0,074 mgmL. Perhitungan kadar protein dalam tripsin dapat dilihat pada Lampiran 7.

3. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin dengan Metode Anson

a. Penentuan pH Optimum

Pada penentuan pH optimum dilakukan dengan pengukuran absorbansi dari variasi pH 7, 8, dan 9 pada panjang gelombang 650 nm. Penentuan aktivitas enzim tripsin dilakukan pada suhu 35°C dan waktu inkubasi 20 menit. Penentuan pH optimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Penentuan pH Optimum untuk Aktivitas Enzim Tripsin Variasi pH Aktivitas Enzim Tripsin pada suhu 35°C pH 7 0,00218 pH 8 0,00473 pH 9 0,00325 33 Penetuan pH optimum ditentukan berdasarkan data aktivitas enzim tripsin yang paling besar. Berdasarkan data dari Tabel 1, pH 8 memiliki aktivitas terbesar, sehingga merupakan pH optimum. Adapun perhitungan aktivitas enzim tripsin yang dapat dilihat pada Lampiran 8.

b. Penentuan Suhu Optimum

Pada penentuan suhu optimum dilakukan dengan pengukuran absorbansi dari variasi suhu 31°C; 33°C; 35°C; 37°C; dan 39°C. Penentuan aktivitas enzim tripsin dari variasi suhu optimum dilakukan pada pH optimum, yaitu 8 dan waktu inkubasi 20 menit. Penentuan suhu optimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penentuan Suhu Optimum untuk Aktivitas Enzim Tripsin Variasi Suhu Aktivitas Enzim Tripsin 31°C 0,00283 33°C 0,00433 35°C 0,00457 37°C 0,00478 39°C 0,00337 Penentuan suhu optimum ditentukan berdasarkan data aktivitas enzim tripsin yang paling besar. Berdasarkan Tabel 2, suhu 37°C memiliki aktivitas terbesar, sehingga merupakan suhu optimum. Adapun perhitungan aktivitas enzim tripsin yang dapat dilihat pada Lampiran 9.

c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum

Pada penentuan waktu optimum dilakukan dengan pengukuran absorbansi dari variasi waktu inkubasi 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Penentuan aktivitas enzim tripsin dari variasi waktu optimum dilakukan pada pH dan suhu optimum 34 yaitu pH 8 dan suhu 37°C. Penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjuk- kan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Aktivitas Enzim Tripsin dengan Variasi Waktu Inkubasi Variasi Waktu Inkubasi Aktivitas Enzim Tripsin pada suhu 37°C 10 menit 0,00297 15 menit 0,00469 20 menit 0,00477 25 menit 0,00401 30 menit 0,00232 Penentuan waktu inkubasi optimum ditentukan berdasarkan data aktivitas enzim tripsin yang paling besar. Berdasarkan Tabel 3, waktu inkubasi 20 menit memiliki aktivitas terbesar, sehingga merupakan waktu inkubasi optimum. Adapun perhitungan aktivitas enzim tripsin yang dapat dilihat pada Lampiran 10.

d. Penentuan Konsentrasi Substrat Maksimum

Pada penentuan konsentrasi substrat maksimum dilakukan dengan pengu- kuran absorbansi dari variasi konsentrasi substrat 2, 4, 6, 8, dan 10 mgmL. Penentuan aktivitas enzim tripsin dari variasi konsentrasi substrat maksimum dilakukan pada pH, suhu, dan waktu inkubasi optimum, yaitu pH 8, suhu 37°C, dan waktu inkubasi 20 menit. Penentuan konsentrasi substrat maksimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 4. Penentuan konsentrasi substrat maksimum ditentukan berdasarkan data aktivitas enzim tripsin yang paling besar. Berdasarkan Tabel 4, konsentrasi substrat 10 mgmL memiliki aktivitas terbesar, sehingga merupakan konsentrasi substrat 35 maksimum. Adapun perhitungan aktivitas enzim tripsin yang dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 4. Hasil Aktivitas Enzim Tripsin dengan Variasi Konsentrasi Substrat Variasi Konsentrasi Substrat Aktivitas Enzim Tripsin pada suhu 37°C 2 mgmL 0,00133 4 mgmL 0,00192 6 mgmL 0,00252 8 mgmL 0,00293 10 mgmL 0,00295

e. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum

Penentuan aktivitas enzim tripsin dilakukan substrat kasein pada pH, suhu, lama waktu, dan konsentrasi tertentu yaitu kondisi optimum yang sudah dilakukan pada prosedur sebelumnya. Kondisi optimum yang digunakan yaitu pH 8, suhu 37°C, dan waktu inkubasi 20 menit dengan konsentrasi substrat kasein sebesar 10 mgmL untuk menentukan aktivitas enzim tripsin. Penentuan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum dilakukan sebanyak lima kali dengan hasil aktivitas enzim tripsin yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum Pengukuran ke - Aktivitas Enzim Tripsin pada suhu 37°C 1 0,00125 2 0,00115 3 0,00140 4 0,00250 5 0,00135 Rerata 0,00153 Berdasarkan data Tabel 5, dapat dihitung aktivitas rata-rata enzim tripsin pada kondisi optimum dari kelima sampel yang bernilai 0,00153 mgmL per menit 36 pada 37°C. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum dapat dilihat pada Lampiran 12.

f. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin terhadap Penambahan ZnSO

4 dengan Metode Anson Termodifikasi Penentuan aktivitas enzim tripsin terhadap penambahan ZnSO 4 dengan metode Anson modifikasi dilakukan pada kondisi optimum yaitu pH 8, suhu 37°C, waktu inkubasi 20 menit, dan konsentrasi substrat kasein 10mgmL. Penambahan ion logam Zn 2+ dalam bentuk ZnSO 4 dilakukan dengan variasi konsentrasi 0,0010 M; 0,0015 M; 0,0020 M; 0,0025 M; dan 0,0030 M. Senyawa ZnSO 4 berbagai konsentrasi yang digunakan untuk penentuan aktivitas enzim tripsin berasal dari kristal zink sulfat yang dilarutkan dalam akuades menjadi larutan induk ZnSO 4 0,01 M. Larutan induk ZnSO 4 0,01 M diencerkan menjadi berbagai konsentrasi. Penambahan senyawa ZnSO 4 berbagai konsentrasi untuk penentuan aktivitas enzim tripsin dilakukan dengan mencampurkan senyawa ZnSO 4 dan enzim tripsin yang selanjutnya ditambahkan pada substrat kasein. Penentuan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan senyawa ZnSO 4 dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin dengan Penambahan Senyawa ZnSO 4 Konsentrasi Senyawa ZnSO 4 Aktivitas Enzim Tripsin pada suhu 37°C 0.0010 M 0,00157 0.0015 M 0,00158 0.0020 M 0,00165 0.0025 M 0,00158 0.0030 M 0,00163 37 Berdasarkan Tabel 6, aktivitas enzim tripsin dengan penambahan berbagai konsentrasi ZnSO 4 memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas enzim tripsin tanpa penambahan senyawa ZnSO 4 pada kondisi optimum. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan senyawa ZnSO 4 dengan konsentrasi 0,0010 M; 0,0015 M; 0,0020 M; 0,0025 M; dan 0,0030 M dapat meningkatkan aktivitas enzim tripsin, sehingga senyawa ZnSO 4 bertindak sebagai aktivator. Perhitungan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan berbagai konsentrasi ZnSO 4 dapat dilihat pada Lampiran 13.

B. Pembahasan