Tabel 10. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Sei Semayang 2013
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Orang Jumlah
1 TidakBelum Tamat SD
1.469 5,47
2 SD
2.685 9,99
3 SMP
10.028 37,3
4 SMA
12.022 44,7
5 Perguruan Tinggi
662 2,46
Jumlah 26.866
100
Sumber : Kantor Kepala Desa 2014 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sei
Semayang tingkat pendidikannya adalah SMA sebesar 12.022 orang 44,7. Selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan SMP 37,3, SD 9,99, dan
Perguruan Tinggi 2,46. Tingkat pendidikan penduduk Desa Sei Semayang didominasi oleh tingkat pendidikan tamat SMA serta sudah banyak penduduk
Desa Sei Semayang yang mengecap pendidikan sampai perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Sei
Semayang tergolong tinggi, hal ini akan mempermudah dalam pembangunan dan pengembangan desa tersebut karena tingkat pendidikan yang tinggi akan
berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi yang tinggi pula.
4.3 Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai Desa Sei Semayang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Terdapat juga sarana dan prasarana
pendidikan, kesehatan, rumah ibadah, dan transportasi sehingga dapat mendukung program pengembangan potensi daerah Desa Sei Semayang.
Berikut akan dijelaskan secara rinci melalui tabel mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sei Semayang.
Tabel 11. Sarana dan Prasarana Desa Sei Semayang 2013
Universitas Sumatera Utara
No Sarana dan Prasarana
Jumlah unit
1 TK
7 2
PAUD 3
3 SDMI
12 4
SMPMTs 5
5 SMAMA
4 6
Puskemas 1
7 Pustu
5 8
Puskesdes 3
9 Masjid
8 10 Mushalla
21 11 Gereja
12 12 Vihara
2 Sumber : Kantor Kepala Desa 2014
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Desa Sei Semayang dapat dikatakan baik dan memadai karena sesuai dengan penggunaan
dan jumlah penduduknya. Salah satunya yaitu dengan adanya sarana jalan dengan kondisi cukup baik sepanjang 5 km yang menghubungkan Desa Sei Semayang
dengan desa lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Usahatani Jambu Biji di Kabupaten Deli Serdang
Perkembangan usahatani jambu biji di daerah penelitian selama 5 tahun terakhir 2008-2012 ditentukan berdasarkan jumlah produksi jambu biji yang terdapat di
Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 12. Jumlah Produksi Jambu Biji di Kabupaten Deli Serdang No
Tahun Jumlah Produksi Ton
1 2008
15.320 2
2009 17.630
3 2010
28.542 4
2011 56.346
5 2012
95.195 Sumber : BPS Deli Serdang 2013
Dari tabel di atas, perkembangan jumlah produksi jambu biji di Kabupaten Deli Serdang dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 1. Perkembangan Produksi Jambu Biji Tahun 2008-2012 Kabupaten Deli Serdang
Sumber : BPS Deli Serdang 2013
15.320 17.630
28.542 56.346
95.195
10.000 20.000
30.000 40.000
50.000 60.000
70.000 80.000
90.000 100.000
2008 2009
2010 2011
2012
Perkembangan Produksi Jambu Biji Tahun 2008-2012
Jumlah Produksi Ton
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah produksi usahatani jambu biji mengalami peningkatan setiap tahunnya di Kabupaten Deli
Serdang selama 5 tahun terakhir berkembang sebesar 5,2 atau sekitar 1,04 pertahunnya. Ini diperoleh dari hasil perkurangan produksi jambu tahun 2012
dengan 2008, kemudian dibagi tahun 2008 dan dikali 100 persen.
5.2 Perbedaan Karakteristik Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Petani jambu biji yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang petani jambu biji yang baru menghasilkan dan
30 orang petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan. Gambaran umum responden yang meliputi umur, umur tanaman, luas lahan, pendidikan,
pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan akan diuraikan sebagai berikut : 5.2.1 Umur Petani
Komposisi umur responden petani jambu biji yaitu antara 30 – 71 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 13. Komposisi Umur Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Umur
Tanaman Baru Tanaman Lama
Jumlah orang
Persen Jumlah
orang Persen
1 30 – 40
9 30
3 10
2 41 – 50
15 50
15 50
3 51 – 60
6 20
10 33
4 61
- -
2 7
Jumlah 30
100 30
100 Sumber : Analisis Data primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa 50 petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 50 petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan berumur diantara 41-50
Universitas Sumatera Utara
tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani jambu biji di daerah ini masih produktif untuk mengelola usahatani jambu biji di daerah penelitian ini. Adapun rerata umur
petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 43 tahun dan 49 tahun.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann
Whitney dengan nilai signifikansi adalah 0,003. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabil
itas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya ada perbedaan antara umur petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama
menghasilkan. 5.2.2 Umur Tanaman
Komposisi umur tanaman petani jambu biji yaitu antara 3-12 tahun, dimana tanaman jambu biji yang baru menghasilkan dengan umur tanaman 7 tahun dan
tanaman jambu biji yang sudah menghasilkan dengan umur tanaman ≥ 7 tahun
yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut : Tabel 14. Komposisi Umur Tanaman Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan
dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Umur Tanaman
Tanaman Baru Tanaman Lama
Jumlah orang
Persen Jumlah
orang Persen
1 2 – 7
30 100
2 8 – 12
30 100
Jumlah 30
100 30
100 Sumber : Analisis Data Primer
Universitas Sumatera Utara
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata jambu biji yang baru menghasilkan memiliki umur tanaman 2- 7 tahun dan rata-rata jambu biji yang sudah lama
menghasilkan memiliki umur tanaman 8-12 tahun. Adapun rerata umur tanaman jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 4
tahun dan 8 tahun. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara umur tanaman petani jambu biji
yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,000. Nilai yang diperoleh
lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya ada perbedaan antara umur tanaman petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah
lama menghasilkan. 5.2.3 Luas Lahan
Komposisi pengalaman bertani petani jambu biji yaitu antara 3 – 35 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 15. Komposisi Luas Lahan Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Luas Lahan
Tanaman Baru Tanaman Lama
Jumlah orang
Persen Jumlah
orang Persen
1 0,1-0,4
24 80
20 66.7
2 0,5-0,7
6 20
10 33.3
Jumlah 30
100 30
100
Sumber : Analisis Data Primer
Universitas Sumatera Utara
Tabel di atas menunjukkan bahwa 80 petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 66,7 petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan memiliki luas lahan
antara 0,1-0,4 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan petani masih terbatas untuk mengelola usahatani jambu biji di daerah ini. Adapun rerata luas lahan
jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 0,3 Ha.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan luas lahan antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann
Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,229. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara luas lahan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama
menghasilkan. 5.2.4 Pengalaman Bertani
Komposisi pengalaman bertani petani jambu biji yaitu antara 3 – 35 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 16. Komposisi Pengalaman Bertani Petani Jambu Bii Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama menghasilkan
No Pengalaman
Beternak Tanaman Baru
Tanaman Lama Jumlah
orang Persen
Jumlah orang
Persen
1 3 – 10
9 30
7 23.333
2 11 – 20
15 50
12 40
3 21 – 30
6 20
10 33.333
4 31
- -
1 3.333
Jumlah 30
100 30
100 Sumber : Analisis Data Primer
Universitas Sumatera Utara
Tabel di atas menunjukkan bahwa 50 petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 40 petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan memiliki pengalaman
bertani selama 11-20 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani jambu biji di daerah ini sudah cukup berpengalaman dalam mengelola usahatani jambu biji di
daerah penelitian ini. Adapun rerata pengalaman petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 15 tahun dan 17 tahun.
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara pengalaman bertani petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan dilakukan Uji
Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,001. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya ada perbedaan antara pengalaman bertani antara petani jambu biji yang baru menghasilkan dan
yang sudah lama menghasilkan. 5.2.4 Tingkat Pendidikan
Komposisi tingkat pendidikan petani jambu biji yaitu antara 6 – 12 tahun, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 17. Komposisi Tingkat Pendidikan Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Tingkat
Pendidikan Tanaman Baru
Tanaman Lama Jumlah
orang Persen
Jumlah orang
Persen
1 SD
4 13,3
12 40
2 SMP
12 40
7 23.3
3 SMA
14 46.7
11 36.7
Jumlah 30
100 30
100
Sumber : Analisis Data Primer
Universitas Sumatera Utara
Tabel di atas menunjukkan bahwa 46,7 petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 36,7 petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan telah
menempuh pendidikan selama 12 tahun SMA, hal ini menunjukkan bahwa petani jambu biji di daerah ini telah cukup terdidik sehingga dapat mengelola
usahatani jambu biji di daerah penelitian ini. Adapun rerata pendidikan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan adalah 10
tahun dan 9 tahun. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara pendidikan petani jambu biji yang
baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,104. Nilai yang diperoleh lebih
besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara pendidikan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama
menghasilkan. 5.2.5 Jumlah Tanggungan
Komposisi jumlah tanggungan petani jambu biji yaitu antara 1 – 8 orang, yang dapat disajikan melalui tabel sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18. Komposisi Jumlah Tanggungan Petani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Jumlah
Tanggungan Tanaman Baru
Tanaman Lama Jumlah
orang Persen
Jumlah orang
Persen
1 2
1
1 1
3,33 3,33
- 2
- 6,67
3 2
6 20
6 20
4 3
11 36,7
7 23,3
5 4
3 10
4 13,3
6 5
4 13,3
5 16,7
7 6
3 10
1 3,33
8 7
- -
2 6,67
9 8
1 3,33
2 6,67
Jumlah 30
100 30
100 Sumber : Analisis Data Primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa 36,7 petani jambu biji yang baru menghasilkan memiliki tanggungan sebanyak 3 orang dan 23,3 petani jambu
biji yang sudah lama menghasilkan juga memiliki tanggungan sebanyak 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa samanya jumlah tanggungan petani jambu biji yang
baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Adapun rerata jumlah tanggungan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama
menghasilkan adalah 3 orang. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara jumlah tanggungan petani jambu
biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,645. Nilai yang
diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara jumlah tanggungan petani jambu biji yang baru
menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Perbedaan Pengaruh Input Dan Output Antara Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
5.3.1 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan
Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan. Variabel-variabel yang
dianggap berpengaruh terhadap pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan adalah : bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan. Seluruh
variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan linier berganda sebagai berikut :
Y= –7E
+
007 + 78,949 X1 – 2,454 X2 + 23,552 X3 + 30,407 X4 + 677,749 X5 Tabel 19. Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jambu Biji Yang
Baru Menghasilkan
Variabel Koefisien
t Hitung Signifikan
Konstanta -7E
+
007 -1,423
0,165 Bibit
78,949 2,718
0,012 Tenaga Kerja
-2,454 -2,124
0,046 Pupuk
23,552 2,562
0,017 Pestisida
30,407 0,548
0,589 Peralatan
677,749 0,974
0,340 R
0,860
2
Uji F 0,000
F Hitung 29,370
F Tabel 2,621
T Tabel 2,492
Sumber : Analisis Data Primer Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk model ini adalah 0,860. Artinya bahwa 86
Universitas Sumatera Utara
pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan dipengaruhi oleh faktor bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan yang digunakan dalam
usahataninya. Sedangkan 14 sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini.
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai yang
diperoleh lebih kecil dari proba bilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu sebesar α 5
atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu bibit X
1
, tenaga kerja X
2
, pupuk X
3
, pestisida X
4
, dan peralatan X
5
secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru
menghasilkan Y. Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui bahwa seluruh variabel bebas
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang
lebih signifikan terhadap pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan, apakah bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan. Untuk melihat itu,
maka perlu dilakukan pengujian parsial Uji t. a.
Bibit X
1
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,012. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang
ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya variabel bibit X
1
secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan Y.
Universitas Sumatera Utara
b. Tenaga Kerja X
2
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,046. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya variabel tenaga kerja X
2
secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan Y.
c. Pupuk X
3
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pupuk memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,017. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang
ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya variabel pupuk X
3
secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan Y.
d. Pestisida X
4
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pestisida memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,589. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, artinya variabel pestisida X
4
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan Y.
e. Peralatan X
5
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel peralatan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,340. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan
Universitas Sumatera Utara
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, artinya variabel peralatan X
5
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan Y.
5.3.2 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jambu Biji Yang Sudah Lama Menghasilkan
Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan petani usahatani jambu yang sudah lama menghasilkan. Variabel-
variabel yang dianggap berpengaruh terhadap pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah : bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan
peralatan. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan linier berganda sebagai berikut :
Y= 3E
+
007 + 25,044 X1 + 2,598 X2 + 33,250 X3 – 46,206 X4 – 1723,714 X5 Tabel 20. Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jambu Biji Yang
Sudah Lama Menghasilkan
Variabel Koefisien
t Hitung Signifikan
Konstanta 3E
+
007 0,74
0,478 Bibit
25,044 0,991
0,332 Tenaga Kerja
2,598 3,499
0,002 Pupuk
33,250 4,454
0,000 Pestisida
– 46,206 -0,809
0,427 Peralatan
– 1723,714 -2,746
0,011 R
0,841
2
Uji F 0,000
F Hitung 25,476
F Tabel 2,621
T Tabel 2,492
Sumber : Analisis Data Primer Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
koefisien determinasi untuk model ini adalah 0,841. Artinya bahwa 84,1 pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan dipengaruhi oleh
faktor bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan yang digunakan dalam usahataninya. Sedangkan 15,9 sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak dapat dijelaskan dalam model ini. Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F
menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu sebesar α 5
atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu bibit X
1
, tenaga kerja X
2
, pupuk X
3
, pestisida X
4
, dan peralatan X
5
secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang
sudah lama menghasilkan Y. Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui bahwa seluruh variabel bebas
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang
lebih signifikan terhadap pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan, apakah bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan peralatan. Untuk
melihat itu, maka perlu dilakukan pengujian parsial Uji t. a. Bibit X
1
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,332. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang
ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
Universitas Sumatera Utara
ditolak, artinya variabel bibit X
1
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan Y.
b. Tenaga Kerja X
2
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,002. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya variabel tenaga kerja X
2
secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan Y.
c. Pupuk X
3
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pupuk memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang
ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya variabel pupuk X
3
secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan Y.
d. Pestisida X
4
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pestisida memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,427. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, artinya variabel pestisida X
4
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan Y
.
Universitas Sumatera Utara
e. Peralatan X
5
Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel peralatan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,011. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan
yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya variabel peralatan X
5
secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan Y.
5.4 Perbedaan Pendapatan Antara Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Didalam Pendapatan terdapat biaya produksi dan penerimaan. Dari hasil tersebut maka akan di uraikan biaya produksi serta penerimaan jambu biji yang baru
menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Nilai input usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut : Tabel 21. Input Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah
Lama Menghasilkan
No Jenis
Input Tanaman Baru
Tanaman Lama Nilai
RpTahunPetani Nilai
RpTahunPetani
1 Bibit 990.416,67
936.916,67 2 Tenaga Kerja
21.425.000 25.760.000
3 Pupuk 3.488.333,33
4.095.000 4 Pestisida
453.242 535.367
5 Peralatan 62.003,33
56.225 6 Plastik Bungkus
2258333,3 2647500
7 Koran 271000
317700 Jumlah
28.948.328 34.348.708
Sumber : Analisis Data Primer
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa input dari usahatani yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan memiliki perbedaan yaitu pada lebih besarnya
biaya yang dikeluarkan oleh petani tanaman baru dalam menjalankan usahatani jambu biji. Rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani tanaman baru
yaitu sebesar Rp 28.948.328,- per petanitahun. Sedangkan rataan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani tanaman lama yaitu sebesar Rp 34.348.708,- per
petanitahun. Perbedaan output usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah
lama menghasilkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 22. Output Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang
Sudah Lama Menghasilkan
No Jenis
Output Tanaman Baru
Tanaman Lama Nilai
RpTahunPetani Nilai
RpTahunPetani
1 Penerimaan Jambu
Biji 102.208.333
122.500.000
Jumlah
102.208.333 122.500.000
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rataan penerimaan dari penjualan jambu biji usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah Rp 102.208.333,-per
petanitahun. Sedangkan rataan penerimaan dari penjualan jambu biji usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah Rp 122.500.000
,-
per petanitahun,.
Pendapatan merupakan selisih antara seluruh penerimaan dengan seluruh biaya produksi yang dikorbankan dalam rupiah per tahun. Dari hasil penelitian yang
dilakukan di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh rataan pendapatan untuk masing-masing jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yang dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut : Tabel 23. Perbedaan Pendapatan Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan
dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Keterangan
Tanaman Baru RpTahunPetani
Tanaman Lama RpTahunPetani
1 Total Biaya Produksi
28.948.328 34.348.708
2 Total Penerimaan
102.208.333 122.500.000
3 Total Pendapatan
73.259.792 88.151.282
Sumber : Analisis Data Primer Dari pengolahan data primer diperoleh rataan biaya produksi tanaman jambu biji
yang baru menghasilkan per petani adalah Rp 28.948.328,- per tahun, sedangkan biaya produksi tanaman jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah Rp
34.348.708,- per tahun. Kemudian diperoleh rataan penerimaan jambu biji yang baru menghasilkan per petani adalah Rp 102.208.333,- per tahun. Sedangkan
penerimaan jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah Rp 122.500.000,- per tahun. Dari nilai peneriman setelah dikurang biaya produksi diperoleh
pendapatan yang diterima petani jambu biji yang baru menghasilkan adalah Rp 73.259.792,- per petani tahun dan rataan pendapatan petani jambu biji yang sudah
lama menghasilkan adalah Rp 88.151.282,- per petanitahun. Artinya, pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan lebih besar daripada petani
jambu biji yang baru menghasilkan. Untuk menguji perbedaan antara pendapatan usahatani jambu biji yang baru
menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka dilakukan Uji Mann Whitney dengan nilai signifikansinya adalah 0,268. Nilai yang diperoleh lebih
Universitas Sumatera Utara
besar daripada probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah
lama menghasilkan.
5.5 Perbedaan Kelayakan Antara Usahatani Jambu Biji Yang Baru Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
Kelayakan usaha dapat dianalisis menggunakan kriteria investasi IRR Internal Rate of Return. Teknik IRR digunakan dalam mengevaluasi usulan proyek
capital budgeting, maka keputusan diterima atau tidaknya proyek tersebut akan tergantung pada berapa rate of return yang digunakan sebagai discount factor
dalam menentukan present value dari cash inflow yang diterima. Perhitungan IRR dilakukan secara “trial and error” sampai diperoleh tingkat discount factor yang
akan menyebabkan NPV sama dengan 0. Tabel berikut ini menunjukkan nilai NPV dan IRR kelayakan usahatani jambu biji
yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Tabel 24. Nilai NPV dan IRR Kelayakan Usahatani Jambu Biji Yang Baru
Menghasilkan Dan Yang Sudah Lama Menghasilkan
No Keterangan
Tanaman Baru Tanaman Lama
1 NPV Net Present Value
Rp 348.341.294 Rp 394.187.425
2 IRR Internal Rate of Return
37,8 38,2
Sumber : Analisis Data Primer Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa total nilai NPV untuk usahatani jambu
biji yang baru menghasilkan adalah 348.341.294 ,- dengan nilai IRR 37,8. Nilai NPV bernilai positif dan nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga
Universitas Sumatera Utara
deposito dan bunga kredit yang berlaku yaitu 7 dan 13. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, artinya usahatani jambu biji yang baru menghasilkan layak untuk diusahakan.
Sedangkan total nilai NPV untuk usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah Rp 394.187.425 ,- dengan nilai IRR 38,2. Nilai NPV
bernilai positif dan nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga deposito dan bunga kredit yang berlaku yaitu 7 dan 13. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
ditolak atau H
1
diterima, artinya usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan.
5.6 Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi Petani Jambu Biji