53
lisan. bersajak.
ii Untuk menemukan
dan memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-
kata, atau ide-ide baru kepada penyimak.
Membaca nyaring, langsung, atau buatan. Dalam hal ini rekaman dapat
digunakan.
iii Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide pokok
dan menaggapinya secara tepat. Sesudah menyimak, menunjukkan
ide pokok beserta detail-detail yang terpancar darinya.
iv Menyimak ide
utama yang
dinyatakan dalam kalimat topik atau kalimat penunjuk.
Memahami kalimat penunjuk itu terjadi dalam posisi yang beraneka
ragam.
5. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Tidak seperti cacat lainnya-sebagaimana halnya kelumpuhan atau kebutaan, gangguan belajar Learning DisorderLD adalah kekurangan yang
tidak tampak secara lahiriah. Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang normal lainnya.
Within the general school population there are students who have significant problems in acquiring basic academic skills, even though
they have normal intelligence and adequate opportunity. Over the past century these students have been given various classifications,
including word-blind, learning disabled, developmentally dyslexic and learning disordered. Most recently these students are simply described
as having a specific learning difficulty Mantak Yuen, et al, 2008: 110.
LD adalah keterbelakangan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar. LD juga
merupakan ketidakmampuan dalam menghubungkan berbagai informasi yang berasal dari berbagai bagian otak mereka. Kelemahan ini akan tampak dalam
beberapa hal, seperti kesulitan dalam berbicara dan menuliskan sesuatu, koordinasi, pengendalian diri atau perhatian. Kesulitan-kesulitan ini tampak
ketika mereka melakukan kegiatan-kegiatan sekolah, dan menghambat proses belajar membaca, menulis, atau berhitung yang seharusnya mereka lakukan.
Definsi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Education USOE yang dikenal dengan Public Law PL
seperti yang dikutip oleh Hallahan, Kaufman dan Lloyd dalam Mulyono
54
Abdurrahman 2003:6 mengemukakan definisi kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak,
disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya
berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, hambatan karena keterbelakangan mental, karena gangguan
emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Sedangkan menurut Thal’ at Hasan dalam Abdul Aziz Asy- Syakhs 2001:18 mengemukakan bahwa “Anak dikatakan tertinggal dalam belajar
jika keberhasilan di sekolahnya lebih rendah dari teman-temannya pada tingkat umur dan saat yang sama”.
Menurut hasil penelitian Wijono dkk 1999: 36 mengenai prevalensi anak berkesulitan belajar di sekolah biasa, mengatakan bahwa:
Prevalensi anak berkesulitan membaca menempati peringkat yang paling tinggi 63,01, berturut-turut disusul oleh kesulitan dalam
memusatkan perhatian 48,77, kesulitan belajar berhitungmatematika 44.11, kesulitan menulis 35,07, kemudian baru kesulitan dalam
bidang-bidang studi tertentu dan kesulitan lainnya.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami beberapa masalah sehingga
menyebabkan ia sulit dalam melaksanakan kegiatan belajar, dan mengakibatkan prestasinya di bawah rata-rata atau di bawah prestasi yang
diharapkan.
b. Jenis- Jenis Kesulitan Belajar