PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS II B SDN TUKANGAN YOGYAKARTA.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR

PADA SISWA KELAS II B SDN TUKANGAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Kernius Anggat NIM 12108249036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii


(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Buku adalah jendela dunia, memperkaya pengetahuaan dapat menghantarkan kita pada kesuksesan.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang yang tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR

PADA SISWA KELAS II B SDN TUKANGAN YOGYAKARTA

Oleh Kernius Anggat NIM 12108249036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan proses pembelajaran pada pada siswa kelas II B SDN Tukangan dengan menggunakan media cerita bergambar, 2) meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas II B dengan menggunakan media cerita bergambar.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Tukangan Yogyakarta yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Desain penelitian ini mengacu pada penelititian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart yang meliputi: 1) perencanaan, 2) tindakan, observasi, dan 4) refleksi. Penelitian ini berlangsung dalam dua silkus. Metode pengumpulan data ini adalah tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas II B SD Negeri Tukangan. Hal ini ditunjukkan dengan keaktivan siswa dalam memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran, siswa aktif bertanya, siswa berani berani mengemukakan pendapat dan berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Peningkatan hasil membaca pemahaman siswa pada siklus I pertemuan I dengan jumlah siswa yang tuntas 8 siswa (33,33%) dengan rata-rata 67,08 dan pertemuan ke II dengan jumlah siswa yang tuntas 11 siswa (45,83%) dengan rata-rata 68,75 dan meningkat pada siklus II pertemuan I dengan jumlah siswa yang tuntas 18 siswa (75,00%) dengan rata-rata 75,00 dan pertemuan ke II dengan jumlah siswa yang tuntas 23 siswa (95,83%) dengan rata-rata 83,33.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Cerita Bergambar Pada Siswa Kelas II B SDN Tukangan Yogyakarta” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu sebagai berikut:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat topik dan hidayah-Nya pada peneliti.

2. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Fathurrohman, M. Pd. selaku pembimbing yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi.

6. Bapak Banu Setya Adi, M. Pd. selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan dukungan dan nasehat selama ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan bekal.

8. Bapak As. Windiyanto, S. Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian skripsi ini.

9. Bapak Nuryanto, S. Pd. selaku Wali Kelas II B SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah membantu dan bekerja sama dengan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

ix


(10)

x DAFTAR ISI

hal

JUDUL ...

PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A.Keterampian Membaca ... 9

1. Keterampilan ... 9

2. Membaca ... 9

3. Tujuan Membaca ... 11

4. Jenis-jenis Membaca ... 13


(11)

xi

6. Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman ... 17

B. Jenis-jenis Cerita Anak 1. Pengertian Cerita Anak ... 19

2. Ciri-ciri Cerita Anak... 20

3. Unsur-unsur Cerita Anak ... 21

4. Tokoh dan Perwatakan ... 21

5. Latar dan setting ... 22

6. Tema dan Amanat ... 23

7. Alur atau Plot ... 23

C. Tinjauan tentang Media 1. Pengertian Media... 24

2. Manfaat Media ... 25

3. Jenis Media ditinjau dari Tampilan ... 28

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 33

5. Tinjauan tentang Media Gambar ... 37

a. Pengertian Media Gambar ... 37

b. Manfaat Media gambar ... 38

c. Ciri-ciri Media Gambar ... 41

d. Cara Penggunaan Media Gambar ... 43

e. Media Gambar sebagai Media Cerita ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 57

B. Subjek Penelitian ... 58

C. Setting Penelitian ... 58

D. Desain Penelitian ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 61

F. Instrumen Penelitian ... 62

G. Teknik Analisis Data... 64


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil peneliti ... 76

1. Lokasi Tempat Penelitian ... 67

2. Kondisi Awal Pra Siklus ... 68

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 69

a.Perencanaan ... 69

b.Tindakan ... 70

1) Pertemuan I ... 70

2) Pertemuan II ... 72

c. Observasi ... 74

d. Refleksi ... 76

4.Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 77

a. Perencanaan ... 77

b. Tindakan ... 78

1) Pertemuan I ... 78

2) Pertemuan II ... 80

c. Observasi ... 83

d. Refleksi ... 85

B. Pembahasan... 85

C. Keterbatasan Penelitian ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas II B SD Negeri Tukangan ... 5

Tabel 2. Kisi-kisi penilaian keterampilan membaca pemahaman ... 63

Tabel 3. Kisi-kisi instrumen penilaian membaca pemahaman... 64

Tabel 4. Sarana dan prasarana SD Negeri Tukangan Yogyakarta ... 67

Tabel 5. Data awal sebelum tindakan ... 69

Tabel 6. Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siklus I pertemuan I dan pertemuan II ... 73

Tabel 7. Tindakan perbaikan yang dilakukan peneliti dan guru ... 77

Tabel 8. Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siklus II pertemuan I dan pertemuan II ... 82


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Penelitian tindakan model spiral Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi

Arikunto, 2006: 93) ... 59 Gambar 2. Peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM siklus I ... 74 Gambar 3. Peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM siklus II ... 82


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 97

Lampiran 2. Penilaian belajar siklus I dan II ... 132

Lampiran 3. Lembar observasi guru dan siswa ... 136

Lampiran 4. Dokumentasi ... 139


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang termuat dalam Deklarasi Hak-hak Azasi Manusia yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan pendidikan sesuai dengan kemampuan dirinya”. Dalam UUD 1945 pasal 31 juga ditegaskan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Oleh karenanya, pendidikan merupakan hak setiap individu tanpa memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Pendidikan mempunyai peran yang amat penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pasal 5 ayat 4 (empat) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membangun Negara. Majunya suatu negara dipengaruhi oleh majunya pendidikan di Negara tersebut. Oleh karena itu, di Indonesia kesadaran akan pentingnya pendidikan telah di jalankan sejak lama. Hal tersebut terlihat dari Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 yang mewajibkan belajar 9 tahun. Wajib belajar 9 tahun tersebut yaitu 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah menengah pertama.


(17)

2

Pendidikan di sekolah tingkat dasar merupakan fondasi awal dalam dunia pendidikan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Oleh karena itu pendidikan di sekolah dasar memiliki peran yang penting dalam memberikan pelajaran kepada siswa melalui berbagai macam konsep ataupun materi yang nantinya akan diajarkan.

Pendidikan di sekolah tingkat dasar dilakukan melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa, dimana proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti guru, siswa, lingkungan, sarana dan prasarana. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama dengan yang lainnya. Suatu pembelajaran akan berhasil apabila semua faktor tersebut dipenuhi dan berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing (Wina Sanjaya, 2011: 57).

Kurikulum pendidikan di sekolah dasar memiiki banyak mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa, salah satunya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Terdapat berbagai macam keterampilan dalam kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia, salah satunya adalah keterampilan membaca. Selain keterampilan membaca, terdapat pula tiga keterampilan lain dalam Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 245) mengatakan bahwa keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan dan


(18)

3

sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia.

SD Negeri Tukangan merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang berada di Provinsi Yogyakarta. SD Negeri Tukangan merupakan SD yang menempati 10 besar dalam rata-rata hasil ujian akhir sekolah dasar. SD Negeri Tukangan memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai seperti adanya alat peraga, alat praktik serta di dukung oleh media pembelajaran seperti adanya LCD Proyektor dan Komputer.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada SD Negeri Tukangan didapati bahwa guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan berbagai macam metode pembelajaran seperti metode pembelajaran dengan cara berdiskusi antara siswa dan guru, siswa antara siswa yang membentuk suatu kelompok diskusi di dalam kelas (kooperatif learning), metode pembelajaran ini diterapkan oleh guru pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas 4 sampai kelas 6. Selain metode pembelajaran dengan cara berdiskusi, metode lain yang diterapkan oleh Guru yaitu menerapkan metode pembelajaran dengan bermain, metode pembelajaran ini diterapkan pada siswa kelas 1 - 6 pada mata pelajaran matematika sehingga lingkungan belajar di dalam kelas menjadi lebih interaktif.

Semua siswa kelas 4 secara aktif mengikuti pelajaran, hal ini dibuktikan dari adanya tanya jawab antara siswa dan guru. Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru, dan guru mengoreksi hasil dari latihan soal tersebut. Bagi siswa yang mendapat nilai tinggi di suruh


(19)

4

untuk maju di depan kelas untuk mengerjakan soal latihan, dengan maksud untuk memotivasi siswa yang lainnya untuk dapat menguasai materi yang diajarkan oleh guru kepada siswanya. Kedekatan guru dan siswa terlihat dari guru sering melihat dan berbicara kepada siswa yang tidak dapat mengerti dari soal latihan yang diberikan oleh guru dan disitu guru mengajari secara personal kepada siswa yang tidak paham pada materi soal latihan yang berikan kepada siswa.

Peneliti juga menjumpai permasalahan ketika melakukan observasi kepada siswa kelas II B pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia keadaan kelas menjadi ramai dan semua siswa terlihat enggan mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Sehingga peneliti menjumpai bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa cenderung rendah. Hal tersebut ditunjukan dengan hanya 25% dari 24 siswa yang mampu menjawab soal-soal yang terkait dengan bacaan. Banyaknya bacaan membuat siswa malas dan bosan dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.

Selain itu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran masih konvensional artinya guru hanya memberi kesempatan pada siswa untuk membaca dalam hati dan menjawab soal-soal seputar bacaan yang dibaca oleh siswa. Guru tidak memberikan bimbingan atau tindak lanjut pada siswa terkait dengan keterampilan membaca pemahaman siswa, sehingga kemampuan membaca yang dimiliki siswa tidak merata dan pemahaman yang diterima siswa terkait bacaan menjadi tidak maksimal.


(20)

5

Kurangnya penggunaan media selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung berdampak pada menurunnya perhatian siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih membosankan dan siswa menjadi tidak fokus dalam memperhatikan penjelasan guru.

Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti secara keseluruhan yang dilakukan pada kelas II B, peneliti mendapati bahwa pada kelas II B prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih rendah. Berdasarkan pada hasil ulangan harian terakhir pada siswa kelas II B, nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dibawah mata pelajaran PKN, PAI, IPA, MTK dan IPS. Adapun hasil ulangan harian terakhir kelas II B dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai rata-rata ulangan harian kelas II B SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

No Mata Pelajaran Nilai Rata – Rata

1 Pendidikan Agama Islam 78,33

2 Pendidikan Kewarganegaraan 78

3 Bahasa Indonesia 64,16

4 Matematika 70

5 IPA 71

6 IPS 74,58

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti memberikan solusi berupa media pembelajaran yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan media pembelajaran cerita bergambar. Menurut Farida Nuraini (2010:12) alam pikir anak adalah gambar. Bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar. Semua informasi yang dia terimaakan dipikirkan di alam pikirnya dalam bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri. Diharapkan


(21)

6

dengan menggunakan media pembelajaran cerita bergambar dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Berangkat dari hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Cerita Bergambar Pada Siswa Kelas II B SDN Tukangan Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Keterampilan membaca yang dimiliki siswa kelas II B tidak merata. 2. Keterampilan membaca pemahaman siswa kelas II B masih rendah. 3. Guru menggunakan metode konvensional dalam kegiatan pembelajaran. 4. Prestasi membaca masih di bawah kriteria ketuntasan minimal.

5. Kurangnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru.

C. Pembatasan Masalah

Dari Masalah yang telah teridentifikasi di atas tidak diteliti semuanya, agar terfokus dan mendalam penelitian dibatasi pada keterampilan membaca pemahaman siswa kelas II B SD Negeri Tukangan Yogyakarta pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(22)

7 D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas II B SDN Tukangan Yogyakarta dengna menggunakan media cerita bergambar pada mata pelajaran bahasa Indonesia?

2. Bagaimana meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas II B SD Negeri Tukangan Yogyakarta dengan menggunakan media cerita bergambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas II B SD Negeri Tukangan Yogyakarta dengan menggunakan media cerita bergambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas II B SD Negeri Tukangan Yogyakarta dengan menggunakan media cerita bergambar pada mata pelajaran bahasa indonesia.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

a. Bagi Mahasiswa


(23)

8

meningkatkan prestasi belajar siswa melalui media cerita bergambar. b. Bagi Kepala Sekolah

1) Sebagai masukan bagi sekolah dalam pengembangan media pembelajaran.

2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah kepada peningkatan prestasi belajar pada siswa.

c. Bagi guru

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang peningkatan proses pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Selanjutnya penelitian ini dapat bermanfaat sebagai solusi bagi guru dalam pemecahan masalah rendahnya prestasi belajar siswa.

d. Bagi siswa


(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Membaca 1. Keterampilan

Akbar Sutawidjaya, dkk (1992: 2) manyatakan bahwa kata keterampilan sama artinya dengan kata cekatan. Menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia (2005: 1180), kata keterampilan berarti kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Menurut Oemar Hamalik (2008: 98) menyatakan bahwa suatu keterampilan dapat dikuasi oleh siswa bila telah mengalami proses latihan (Practice). Keterampilan yang dimaksud disini adalah keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek keterampilan yaitu: a) keterampilan menyimak, b) keterampilan berbicara, c) keterampilan membaca, d) keterampian menulis.

Berdasarkan pendapat Ahli di atas dapat disimpulan bahwa keterampialan adalah kecakapan yang didapatkan melalui latihan (practice) secara terus menerus dan digunakan sebagai alat untuk menyesaikan tugas.

2. Membaca

Dalam belajar bahasa dikenal keterampilan berbahasa ada empat macam yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca sendiri dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai suatu hasil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca berasal dari kata


(25)

10

baca yang memiliki arti melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis.

Menurut Farida Rahim (2008: 2) membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 22) menyatakan bahwa membaca merupakan mata kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.

Menurut Farida Rahim (2008: 3-4) prinsip-prinsip membaca yang paling mempengaruhi pemahaman membaca yaitu :

a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

b. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.

c. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

d. Siswa menemukan manfaat-manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.

e. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

f. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. g. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.


(26)

11

h. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa prinsip-prinsip membaca yang paling mempengaruhi pemahaman membaca yaitu kurikulum belajar siswa, peran aktif pembaca, paham manfaat membaca, penguasaan kosa kata, mengembangkan keterampilan membaca.

3. Tujuan Membaca

Menurut Dwi Sunar Prasetyo (2008: 60) ada beberapa tujuan dari aktivitas membaca, yaitu :

a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah atau komik.

b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah.

c. Membaca untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau profesi. Misalnya, membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau buku pengetahuan umum (ilmiah populer).

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa tujuan membaca seseorang tergantung pada apa yang ingin dicapai. Tetapi tujuan dari membaca yang paling umum adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menjawab setiap permasalahan yang sedang dihadapi


(27)

12

dan menambah pengetahuan bagi seseorang yang membacanya.

Menurut Darisman (2007: 1-7) bahwa pelajaran untuk siswa kelas II SD dibutuhkan beberapa materi yang harus diajarkan oleh guru kepada siswa seperti adanya pelajaran mengenai :

1. Pelajaran Komunikasi

Komunikasi adalah kegiatan memberi dan menerima informasi antara dua pihak atau lebih. Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan komunikasi. Komunikasi kita lakukan terhadap siapa saja yang berhubungan dengan kegiatan yang kita lakukan. Dalam berkomunikasi, sampaikan maksudmu dengan baik, sehingga dapat dimengerti oleh pihak lain, saat berkomunikasi lakukanlah dengan sopan dan perhatikan kepentingan pihak lain.

2. Pelajaran Mendengarkan

Pada tahap ini siswa harus bisa mendengarkan dan menyimpulkan isi berita, karena berita merupakan cerita atau keterangan mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita dapat didengarkan melalui televisi, radio, koran, majalah. Untuk itu dalam pelajaran mendengarkan siswa harus dapat memahami berita secara umum, siswa harus mencatat pokok-pokok berita, siswa harus bisa menyusun pokok-pokok berita itu menjadi sebuah tulisan yang utuh.

3. Pelajaran Berbicara

Pada tahap ini siswa harus bisa berpidato atau presentasi untuk berbagai keperluan (acara perpisahan, perayaan ulang tahun, dan


(28)

lain-13

lain) dengan lafal, intonasi, dan sikap yang tepat. 4. Pelajaran Membaca

Pada tahap ini siswa harus bisa menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif, Makna tersirat suatu teks merupakan makna yang terkandung atau tersembunyi di dalam teks.

2. Pelajaran Menulis

Pada tahap ini siswa harus bisa menyusun naskah pidato atau sambutan (perpisahan, ulang tahun, perayaan sekolah, dan lain-lain) dengan bahasa yang baik dan benar, serta memerhatikan penggunaan ejaan secara baik.

4. Jenis-jenis Membaca

Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 14) jenis-junis membaca yaitu:

a. Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca.

b. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati terdiri dari:

1) Membaca Ekstensif adalah proses membaca yang dilakukan dalam waktu yang singkat dan dengan bahan bacaan yang beraneka ragam.


(29)

14

Membaca ekstensif terdiri dari: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal

2) Membaca Intensif dalah kegiatan membaca yang dilaksanakan secara seksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Jenis membaca intensif adalah membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra.

Menurut Harras (2011: 1) jenis-jenis membaca: 1. Membaca Ekstensif

a. Membaca Survey adalah sejenis kegiatan membaca dengan tujuan untuk mengetahui gambaran umum isi (content) serta ruang lingkup (scope) dari bahan bacaan yang hendak kita baca.

b. Membaca Sekilas disebut juga membaca cepat atau membaca skimming. Membaca cepat adalah jenis membaca yang membuat mata kita bergerak dan melihat lebih cepat dengan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari atau mendapatkan informasi secara cepat.

c. Membaca Dangkal atau superfical reading pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman


(30)

15

yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca.

2. Membaca Intensif a. Membaca Telaah Isi

1) Membaca Teliti adalah kegiatan membaca secara seksama yang bertujuan untuk memahami secara detail gagasan yang terdapat dalam teks bacaan .

2) Membaca Pemahaman adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide-ide pokok, detai yang penting dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman itu diperlukan penguasaan perbendaharaan kata dan akrab dengan struktur dasar dalam penulisan.

3) Membaca Kritis merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan berdasar penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam. 4) Membaca Ide adalah jenis membaca yang bertujuan untuk

mencari, memperoleh, dan memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan.

5) Membaca kreatif adalah proses membaca untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan oleh penulis dan kemudian membandingkannya dengan ide-ide yang sejenis.


(31)

16 b. Membaca Telaah Bahasa

1) Membaca bahasa adalah memperbesar daya kata adan mengembangkan kosa kata

2) Membaca sastra adalah kegiatan membaca yang dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra.

Dari berbagai pendapat ahli tentang jenis-jenis membaca dapat disimpulkan bahwa membaca terbagi atas membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif terdiri dari membaca servei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi dan juga membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide dan membaca kreatif. Sedangkan membaca telaah bahasa terdiri dari membaca bahasa dan juga membaca sastra.

5. Membaca Pemahaman

Menurut Grellet (2003: 3) pemahaman sangat diperlukan dalam membaca teks atau bacaan sehingga seseorang dapat memeroleh informasi yang tepat. Memahami sebuah teks tertulis berarti menyarikan informasi yang diperlukan dari bacaan tersebut seefisien mungkin.

Soedarso (2002: 58) menyatakan bahwa usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah


(32)

17

dipahami dan mengkaitkan fakta yang satu dengan yang lainnya atau dengan menghubungkan dengan pengalaman atau konteks yang dihadapi.

Tarigan (dalam Harras, 2011: 3) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of fiction).

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan dalam ranah kognitif yang bertujuan untuk memahami dan mencari tahu isi dari suatu teks bacaan. Keterampilan membaca seseorang sangat mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang terhadap isi yang terdapat dalam bahan bacaan atau teks.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca siswa, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan arnold, 1976 (melalui Farida Rahim: 2009: 16) ialah faktor pikilogis, ingkungan, dan faktor fisiologis

a.Motivasi

Menurut Subarti Akhadiah, ddk (1992: 26), ” motivasi merupakan membaca.” Lebih lanjut Subarti Akhadiah, dkk (1992:


(33)

18

26) juga memnabahkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi atau kuat, tanpa didorong atau disuruh membaca akan giat belajar membacanya. Sedangkan yang tidak memiliki motivasinya rendah, tentuknya niat untuk membacanya kurang. Menurut Eanes, (melalui Farida rahim, 2009: 28) lebih lanjut bahwa kunci motivasi intrinsik sederhana, tetapi tidak mudah untuk mendapatkannya. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan pengaruh positif pada sikap pembaca dan belajar siswa dengan memberikan modal membaca yang menyenangkan dan antusias memperhatikan guru dalam proses belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas bahwa motivasi sangatlah penting pengaruhnya dalam kegiatan belajar mengajar, akrna dengan ada motivasi yang tinggi sisw dapat mengikuti proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

b.Minat

M. Dalyono (2009: 57) mengemukakan bahwa” minat belajar yang besar cenderung cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah”. Hal ini selaras dengan Farida Rahim (2009: 28) menjelaskan bahwa minat baca ialah keinginan yang kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai yang kuat akan


(34)

19

diwujudkannya dalam kesediaanya untuk mendapat bahan bacaan kemudian akan membacanya atas kesadarannya sendiri.

Maka dapat disimpulkan bahwa minat akan mempengaruhi kemampuan membaca siswa, karena tanpa adanya minat siswa cenderung enggan dalam membaca. Seiring dengan perkembangan kemampuan membaca siswa maka keterampilan membaca pemahaman siswa semakin meningkat.

.

B. Jenis-jenis Cerita Anak 1. Pengertian Cerita Anak

Menurut Endraswara (2002: 115) menyatakan bahwa sastra anak di dalam termasuk cerita anak pada dasarnya merupakan” wajah sastra” yang pokus utamanya demi perkembangan anak. Di dalam mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh, melukiskan perasaan anak, menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. Dalam hal ini patut ditegaskan bahwa sastra anak tidak harus tokohnya seorang anak.

Sugihastuti (1996: 69) Cerita anak adalah media seni yang memiliki ciri tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya. Seorang pengarang cerita anak tidak bisa mengabaikan dunia anak-anak. Maka dari itu cerita anak yang dikarang oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri anak melalui bahasa anak-anak.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulan bahwa cerita anak merupakan serita sederhana yang berbicara mengenai kehidupan dan


(35)

20

lingkungan sekeliling anak yang di dalamnya memiliki dan melukiskan perasaan dan pemikiran anak-anak. Ceita anak memiliki kontribusi dalam perkembangan kepribadian dan karakter anak. Cerita anak diyakini sebagai salah satu faktor yang dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak melalui bacaan.

2. Ciri-ciri Cerita Anak

Menurut Sarumpaet (1976:29) mengatakan bahwa ciri-ciri sastra anak atau cerita anak adalah tiga yaitu 1) berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan kepada anak, 2) kisah yang ditampilkan memberikan uraian secara langsung, 3) memiliki fungsi terapan, yakni memberikan kesan dan ajaran kepada anak-anak.

Menurut Endraswara (2002: 119) menyatakan bahwa ciri pokok cerita anak mengandung unsur fantasi hal ini dikarenakan para pengarang sastra anak tidak ingin mendidik anak-anak secara eksplisit. Hal ini jaga dilandasi oleh perkembangan kejiwaan anak-anak yang sarat dengan dunia fantasi. Dunia tumbuhan dan dunia hewan dapat dilukiskan dalam cerita anak. Semakin tinggi daya fantasi dan imajinasi cerita anak maka akan semakin digemari oleh anak-anak

Citraan atau metafora kehidupan yang dikisahkan dalam cerita harus berada dalam jangkauan perkembangan kejiwaan dan imajinasi anak. Cerita anak yang baik melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensorik maupun pengalaman moral anak yang diekspresikan dalam


(36)

21

bentuk sastra anak. Adanya batasan dalam cerita anak hendaknya penyajian cerita dan dunia orang dewasa maupun remaja harus disajikan dari tolok ukur dunia anak.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak merupakan cerita yang berisikan lingkungan dan dunia anak-anak. Cerita anak memiliki unsur fantasi dan imajinasi anak yang tinggi. Cerita anak banyak mengandung moral dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan anak.

3. Unsur-unsur Cerita Anak

Cerita anak berdasarkan isinya dapat berasal dari sastra tradisional, fantasi modern, fiksi realistis dan fiksi sejarah. Majid (2001: 4) menyatakan bahwa dalam cerita akan terdapat ide-ide, tujuan, imajinasi bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut memiliki pengaruh dalam pembentukan pribadi anak.

Cerita anak juga membentuk perkembangan bahasa, keterampilan, serta perkembangan psikologis dan emosi anak. Cerita anak memiliki unsur-unsur pembangun cerita, antara lain: alur, tokoh dan perwatakan, latar, tema dan amanat atau pesan moral.

4. Tokoh dan Perwatakan

Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk 1998: 4) mengatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan


(37)

22

dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Selaras dengan pendapat Sudjiman, Aminudin (dalam Siswanto 2008: 142) menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa tersebut mampu menjalin suatu cerita.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku atau individu rekaan yang dikenai atau berada dalam suatu peristiwa rekaan tertentu didalam sebuah cerita.

5. Latar atau setting

Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk 1998: 5) menyebutkan bahwa latar atau setting adalah keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan ruang dan waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.

Menurut Abrams (dalam Siswanto 2008: 149) setting atau latar merupakan tempat umum, waktu kesejarahan, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.

Berdasar pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa dalam suatu cerita.


(38)

23 6. Tema dan Amanat

Menurut Stanton (dalam Sugiharsih, dkk 1998: 5) tema adalah pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra yang merupakan pusat dari sebuah cerita.

Suharlanto (2005: 17) menyatakan hakikat dari tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra, yang merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan oleh pengarang dengan karyanya itu.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tema merupkan gagasan pokok atau permasalahan yang merupakan titik tolak dan mendasari suatu cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya sastra.

Siswanto (2008: 162) menyatakan amanat adalah gagasan yang mendasri karya sastra atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra moderen amanat ini biasanya tersirat, dalam karya sastra lama pada umumnya amanat memiliki sifat yang tersurat.

7. Alur atau Plot

Luxemburg ( dalam Septiningsih, ddk, 1998: 4) mengatakan bahwa alur merupakan konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan dan dialami oleh sipelaku. Hal ini selaras dengan Suharianto (2005: 18) mengemukakan plot adalah cara pengarang


(39)

24

menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hubungan sebab dan akibat sehingga menjadi kesatuan yang padu bualat dan utuh.

Abrams (dalam Siswanto 2008: 159) menyatakan bahwa alur merupakan rangkaian suatu cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjadi suatu kesatuan cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur merupakan kumpulan dari berbagai peristiwa yang terjalin dan tersusun dengan urutan yang baik yang membentuk jalannya sebuah cerita.

C. Tinjauan tentang Media 1. Pengertian Media

Menurut Arsyad (2006: 3) menyatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa dengan adanya media maka siswa akan mendapat pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Menurut Hamidjojo yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2006: 4) memberi batasan bahwa media adalah Semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Dari pengertian tersebut bahwa media sebagai perantara


(40)

25

untuk memberikan ide, gagasan yang nantinya diterima oleh penerima. Berdasarkan teori beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebagai alat bantu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan berupa bahan pembelajaran, atau menjadi perantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat siswa dan mengaktifkan poses pembelajaran.

2. Manfaat Media

Media berfungsi untuk instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Seorang guru diharapkan dapat menyusun peran dalam bentuk program belajar yang akan dibawakan oleh media, sehingga siswa belajar tanpa selalu di instruksi oleh guru. Penggunaan media pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses belajar dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Proses pemilihan media yang cocok menurut Anderson (1997: 18-25) yaitu:


(41)

26

1. Menentukan apakah tujuan proyek bersifat Informasi atau Pembelajaran.

2. Menentukan metode transmisi. 3. Menentukan ciri-ciri khas pelajaran. 4. Analisis ciri-ciri khas media.

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa manfaat dari media yaitu untuk menentukan tujuan pembelajaran, untuk menentukan metode yang digunakan dalam pembelajaran, untuk menentukan ciri khas dari pelajaran yang akan diajarkan. dan untuk menganalisis ciri khas dari media yang akan digunakan.

Menurut Hamalik dalam Azhar Arsyad (2006: 15) yaitu bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2006: 25) mengemukakan bahwa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pengajaran akan lebih baik menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.


(42)

27

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari media yaitu untuk menarik perhatian siswa dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, untuk memperjelas makna dari pelajaran, untuk memberikan metode pembelajaran yang lebih kreatif dan untuk menumbuhkan kooperatif siswa dalam belajar mengajar dalam kelas.

Menurut Arief Sadiman (2009: 16-17) secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaanyaitu:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera

3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Media pendidikan berguna untuk: a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.


(43)

28

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Berdasarkan teori menurut ahli bahwa manfaat dari media yaitu digunakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru, yaitu dalam memberikan informasi atau isi pelajaran sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, memperjelas pesan yang disampaikan oleh guru, tidak adanya keterbatasan ruang, waktu dan panca indera, memotivasi belajar dan membentuk interaksi antara guru dan siswa.

3. Jenis Media Ditinjau dari Tampilan

Menurut Yamin (2007: 204) prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan media berbasis visual atau gambar, yaitu :

1. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Gambar realistik harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan. 2. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat


(44)

29

3. Ulangi sajian visual dan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat. Meskipun sebagian visual dapat dengan mudah diperoleh informasinya, sebagian lagi memerlukan pengamatan dengan hati-hati. 4. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep,

misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualisasikan itu secara berdampingan.

5. Hindari visual yang tidak berimbang.

6. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca. 7. Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi

yang agak kompleks.

8. Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi.

9. Warna harus digunakan secara realistik. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa ada beberapa prinsip dalam menggunakan media berbasis visual yaitu prinsip yang disajikan dalam bentuk gambar garis, karton, bagan dan diagram, prinsip yang disajikan dalam bentuk tulisan, prinsip yang disajikan mudah diingat, prinsip yang disajikan mudah dibaca, dan prinsip yang disajikan dalam bentuk realistis. Media jenis visual ini paling banyak digunakan guru dalam pembelajaran, terutama media visual sederhana dan bersifat non proyeksi.


(45)

30

Selain mudah didapatkan media visual lebih mengakomodir kebanyakan modalitas belajar anak didik. Sebab anak lebih banyak belajar dari apa yang dilihat. Menurut Arsyad (2006: 92-93) pemilihan dan penggunaan media visual perlu memperhatikan hal-hal seperti :

1. Visualisasi mencerminkan kenyataan

Apa yang digambarkan merupakan dari kenyataan atau benda sesungguhnya. Sehingga anak didik saat melihat visual yang ditampilkan serasa mengalami dan melihat wujud asli benda yang divisualisasikan tersebut.

2. Mempertimbangkan mutu teknis.

Visualisasi yang kurang jelas, baik dari sisi warna, isi, serta layout, akan menimbulkan bias dalam proses pembelajaran. Anak didik tidak bisa menerima pesan secara utuh dan komprehensif karena kualitas visual yang ditampilkan tidak sempurna. Untuk itu, warna harus terang, bentuk materi yang divisualisasikan sesuai dengan kenyataan, serta menjangkau penglihatan seluruh anak didik.

3. Keterampilan guru dan ketersediaan

Benda visual biasanya menuntut keterampilan tertentu untuk menyajikan dan mengoperasionalkannya. Guru dituntut bisa mengoperasionalkan visual secara baik dan benar. Selain itu guru perlu mempertimbangkan aspek ketersediaan visual tersebut. Tidak semua materi bisa divisualkan, terutama materi yang bersifat abstrak tentang keyakinan. Menurut Angkowo (2007: 13) media jenis visual


(46)

31

ini dapat digunakan untuk menggambarkan dan memperjelas materi pembelajaran melalui gambar, tulisan, serta bentuk visual lain. Media ini cukup efektif dan mudah digunakan dalam pembelajaran. Selain itu ada media grafis yang juga termasuk media visual, yakni pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.

4. Gambar atau Foto

Menurut Sadiman (2005: 29) media pembelajaran, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata.

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa ada beberapa prinsip dalam menggunakan media berbasis visual yaitu visualisasi mencerminkan kenyataan, visual yang mempertimbangkan mutu teknis, visual yang menampilkan keterampilan guru dan ketersediaan dan visual yang menampilkan gambar ataupun foto.

Menurut Musfiqon (2012: 116) ada tiga prinsip utama yang bisa dijadikan rujukan bagi guru dalam memilih media pembelajaran, yaitu : 1. Prinsip efektifitas dan efisiensi

Dalam konsep pembelajaran, efektifitas adalah keberhasilan pembelajaran yang diukur dari tingkat ketercapaian tujuan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Jika semua tujuan pembelajaran


(47)

32

telah tercapai maka pembelajaran disebut efektif. Sedangkan efisiensi adalah pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan biaya, waktu dan sumber daya lain seminimal mungkin. Dalam memilih media pembelajaran seorang guru juga dituntut bisa memperhatikan aspek efektifitas dan efisiensi tersebut.

2. Prinsip relevansi

Media dengan materi yang akan disampaikan juga perlu menjadi pertimbangan guru dalam memilih media pembelajaran. Guru dituntut bisa memilih media yang sesuai dengan tujuan, strategi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Media yang relevan secara internal dan eksternal ini akan meningkatkan, kegunaan dan manfaat media itu sendiri. Namun guru perlu melakukan analisis dengan mempertimbangkan banyak faktor agar bisa memilih media yang relevan tersebut. Semakin relevan media yang dipilih maka akan semakin mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Prinsip produktivitas

Selain mengacu pada dua prinsip di atas, guru juga perlu mempertimbangkan prinsip produktivitas dalam memilih media pembelajaran. Produktivitas dalam pembelajaran dapat dipahami pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal dengan menggunakan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Dalam memilih media pembelajaran, guru dituntut untuk bisa menganalisis apakah media yang akan digunakan bisa


(48)

33

meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran atau tidak.

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Setelah prinsip dan landasan pemilihan media tercapai, dalam memilih media guru perlu menganalisis kriteria-kriteria media pembelajaran. Proses pemilihan media pembelajaran tidak sama dengan pemilihan buku pegangan dalam pembelajaran. Menurut Musfiqon (2012: 118) pemilihan buku pegangan perlu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa yang akan dibelajarkan. Kriteria pemilihan ini didasarkan pada aspek kesesuaian, mutu media serta keterampilan guru dalam menggunakan media tersebut untuk itu pemilihan media yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Kesesuaian dengan tujuan

Pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Maka pemilihan media hendaknya menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan tersebut. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Ketepatgunaan

Tepat guna dalam konteks media pembelajaran diartikan pemilihan media telah didasarkan pada kegunaan. Jika media itu dirasa belum tepat dan belum berguna maka tidak perlu dipilih dan digunakan


(49)

34

dalam pembelajaran. Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang panting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan.

3. Keadaan peserta didik

Kriteria pemilihan media yang baik adalah disesuaikan dengan keadaan peserta didik, baik keadaan psikologis, filosofis, maupun sosiologis anak. Sebab media yang tidak sesuai dengan keadaan anak didik tidak dapat membantu banyak dalam memahami materi pembelajaran. Media yang efektif adalah media yang penggunaannya tidak tergantung dari perbedaan individual siswa.

4. Ketersediaan

Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru. Jangan sampai seorang guru menentukan dan memilih media yang tidak tersedia di sekolahan.

5. Biaya Kecil

Faktor biaya seringkali menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan media pembelajaran. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai. Seorang guru tidak diperkenankan memilih media yang biayanya mahal tetapi hasil pembelajaran nya tidak


(50)

35

sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi media tersebut.

6. Keterampilan guru

Aspek keterampilan guru ini seringkali menjadi kendala tersendiri dalam proses pemilihan media. Banyak guru yang memilih media sederhana dengan alasan tidak bisa mengoperasionalkan media yang lebih canggih atau modern. Padahal dari sisi hasil media yang lebih canggih dan modern bisa menghasilkan pembelajaran lebih optimal. Apa pun media yang dipilih, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.

7. Mutu teknis

Menurut Arsyad (2006: 76) media yang lebih bagus, misalnya proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan film, komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa kriteria pemilihan media pembelajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan kesesuaian dengan tujuan maksudnya yaitu pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Maka pemilihan media hendaknya menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yaitu dengan melihat adanya ketepatgunaan maksudnya yaitu tepat guna dalam konteks media


(51)

36

pembelajaran diartikan pemilihan media telah didasarkan pada kegunaan. Jika media itu dirasa belum tepat dan belum berguna maka tidak perlu dipilih dan digunakan dalam pembelajaran, hal yang lain yaitu adanya keadaan peserta didik maksudnya yaitu kriteria pemilihan media yang baik adalah disesuaikan dengan keadaan peserta didik, baik keadaan psikologis, filosofis, maupun sosiologis anak. Sebab media yang tidak sesuai dengan keadaan anak didik tidak dapat membantu banyak dalam memahami materi pembelajaran, hal yang lain yaitu adanya ketersediaan maksudnya yaitu suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru, hal yang lain yaitu adanya pengeluaran biaya yang kecil maksudnya yaitu faktor biaya seringkali menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan media pembelajaran. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai, hal yang lain yaitu adanya keterampilan guru maksudnya yaitu guru seringkali menjadi kendala tersendiri dalam proses pemilihan media. Banyak guru yang memilih media sederhana dengan alasan tidak bisa mengoperasionalkan media yang lebih canggih atau mode ren dan perlu adanya mutu teknis maksudnya media yang digunakan dapat berbentuk proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan komputer.


(52)

37 5. Tinjauan tentang Media Gambar

a. Pengertian Media Gambar

Menurut Farida Nuraini (2010: 12) menyatakan bahwa alam pikir anak adalah gambar. Bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar. Semua informasi yang dia terima, akan dia pikirkan di alam pikirannya dalam bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri.

Agar menjadi efektif, gambar sebaiknya diletakkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan gambar (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Menurut Gerlach dan Ely dalam Sri Anitah (2009:7-8) menyatakan bahwa “Gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pembelajar suatu tempat, orang, dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman pembelajar sendiri. Gambar juga dapat memberikan gambaran dari waktu yang telah lalu atau potret (gambaran) masa yang akan datang.

Cerita bergambar sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar. Menurut Umi Faizah (2009: 252) mengatakan bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya terdapat gambar dan


(53)

kata-38

kata, di mana gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita.

Berdasarkan teori menurut beberapa ahli bahwa media gambar adalah suatu media grafis yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang dapat mengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar, di mana gambar dan kata-kata-kata-kata tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita yang berbentuk informasi yang dapat di terima oleh alam pikiran anak.

b. Manfaat Media Cerita Bergambar

Manfaat yang diperoleh dalam proses belajar membaca dengan menggunakan media gambar adalah anak dapat memahami isi gambar, sehingga anak lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar. Dengan demikian membaca bagi anak perlu disediakan media sebagai visualisasi agar dapat menarik minat membaca sehingga kemampuan anak dapat lebih meningkat dibanding sebelum menggunakan media gambar. Menurut Gene L. Wilkinson (1984: 23-24) penemuan-penemuan dari penelitian mengenai nilai guna gambar diam tersebut memiliki sejumlah implikasi bagi pengajaran, yaitu:


(54)

39

1. Bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian siswa

2. Gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya

3. Gambar-gambar dengan garis sederhana sering kali dapat lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, atau pun gambar fotografi yang sebenarnya.

4. Warna pada gambar diam biasanya menimbulkan masalah.

Sekalipun gambar berwarna lebih memikat perhatian siswa dari pada yang hitam putih, namun tak selalu gambar berwarna merupakan pilihan terbaik untuk mengajar atau belajar.

5. Mengajar konsep yang menyangkut soal gerak, sebuah gambar diam (termasuk film rangkai) mungkin akan kurang efektif dibandingkan dengan sepotong film bergerak yang menunjukkan gaya (action) yang sama.

6. Isyarat yang bersifat non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah atau pun tanda-tanda lainnya pada gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula meru bah pesan yang sebenarnya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa manfaat media pembelajaran dengan menggunakan gambar dapat merangsang minat atau perhatian siswa, membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi


(55)

40

bahan-bahan verbal yang menyertainya, lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, sebagai isyarat yang bersifat non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah atau pun tanda-tanda lainnya pada gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula merubah pesan yang sebenamya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 42) menyatakan bahwa media visual dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi untuk:

a. Pengembangan kemampuan visual. b. Membantu imajinasi anak.

c. Membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas.

d. Mengembangkan kreativitas siswa.

Maka dapat disimpulkan, manfaat media pembelajaran dengan menggunakan gambar dapat berfungsi untuk mengembangkan kemampuan visual, membantu imajinasi anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas dan mengembangkan kreativitas siswa.

Menurut Sri Anitah (2009: 9) manfaat gambar sebagai media visual, yaitu :


(56)

41

3. Menimbulkan daya tarik bagi pembelajar

Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pembelajar.

4. Mempermudah pengertian pembelajar

Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pembelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud.

5. Memperjelas bagian-bagian yang penting

Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas.

6. Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

Berdasarkan teori menurut beberapa ahli bahwa manfaat media pembelajaran dengan menggunakan gambar dapat menimbulkan daya tarik bagi pembelajar, mempermudah pengertian pembelajar, memperjelas bagian-bagian yang penting dan menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

c. Ciri-ciri Media Gambar

Ciri media gambar yang baik adalah usahakan sesederhana mungkin. Karena gambar yang rumit dengan realisme yang sulit diproses dan dipelajari seringkali mengganggu perhatian siswa. Gambar harus bisa dipegang dan diraba oleh anak. Ukuran harus


(57)

42

disesuaikan dengan keadaan kelas, sehingga dapat dijangkau oleh semua siswa. Menurut Sri Anitah (2009: 9) ciri- ciri gambar yang baik yaitu:

1. Cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan pembelajar.

2. Bersahaja dalam arti tidak terlalu kompleks, karena dengan gambar itu pelajar mendapat gambaran yang pokok. Kalau gambar kompleks, perhatian pelajar terbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting tetapi tidak tertangkap oleh pelajar.

3. Realistis, maksudnya gambar itu seperti benda yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambarkan, sudah tentu perbandingan ukuran juga harus diperhatikan.

4. Gambar dapat diperlakukan dengan tangan, ada yang menganggap bahwa gambar adalah sesuatu yang suci, tetapi sebagai media pembelajaran, gambar harus dapat dipegang, diraba oleh pembelajar.

Berdasarkan teori menurut ahli, ciri-ciri media gambar yang baik dan mudah dipahami oleh siswa, apabila media gambar tersebut cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan pelajar, realistis, gambar dapat diperlakukan dengan tangan, ada yang menganggap bahwa gambar adalah sesuatu yang suci, tetapi sebagai media pembelajaran, gambar harus dapat dipegang, diraba oleh pelajar.


(58)

43 d. Cara Penggunaan Media Gambar

Menurut Sri Anitah (2009: 25) media pembelajaran yang telah dipilih agar dapat digunakan secara efektif dan efisien perlu menempuh langkah-langkah secara sistematis. Ada tiga langkah yang pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan atau penyajian, dan tindak lanjut yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persiapan

Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar yang akan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan tenaga pengajar pada langkah persiapan diantaranya: a) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau perkuliahan sebagaimana bila akan mengajar seperti biasanya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran atau perkuliahan cantumkan media yang akan digunakan. b) mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, c) menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar dalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari lagi serta peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik.

2. Pelaksanaan atau Penyajian

Tenaga Pengajar pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: a) yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah


(59)

44

lengkap dan siap untuk digunakan. b) jelaskan tujuan yang akan dicapai, c) jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran, d) hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu perhatian atau konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.

3. Tindak lanjut

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media. Di samping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen, observasi, latihan dan tes.

Teknik penyampaian atau pemeliharaan gambar agar tidak mudah rusak yaitu sebaiknya gambar diberi bingkai sesuai dengan bentuknya agar terlihat lebih rapi dan indah meskipun gambar hanya sederhana. Warna bingkai harus disesuaikan dengan gambar dan usahakan jangan terlalu menyolok dan diberi tepian yang sebanding.

Gambar yang berukuran besar dan berbingkai bila ingin disimpan sebaiknya jangan dilipat, gambar digulung terlebih dahulu dan diletakkan dalam almari. Gambar tersebut bila disimpan sebaiknya diberi daftar katalog seperti dalam perpustakaan guna mempermudah dalam pencarian. Menurut Sri Anitah (2009: 10) sebelum menggunakan gambar, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :


(60)

45

1. Pengetahuan apa yang akan diperlihatkan melalui gambar itu, harus jelas terlebih dahulu.

2. Kemungkinan salah pengertian yang akan ditimbulkan oleh gambar. 3. Persoalan apa yang hendak dijawab oleh gambar.

4. Reaksi emosional apa yang hendak dibina oleh gambar.

5. Apakah gambar itu membawa pembelajar ke penyelidikan lebih lanjut.

6. Apakah sekiranya ada media lain yang lebih tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan teori menurut ahli bahwa teknik penyampaian media gambar perlu memperhatikan pengetahuan apa yang akan diperlihatkan melalui gambar tersebut, jangan sampai salah dalam memberikan pengertian yang ditimbulkan oleh gambar, harus mengetahui persoalan yang akan dijawab oleh gambar tersebut, dan perlu memperhatikan reaksi emosional yang akan ditampilkan oleh gambar tersebut.

Menurut Sri Anitah (2009: 10-11) cara menunjukkan gambar kepada pelajar, hendaknya ditunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Apa yang harus dicari pembelajar dalam gambar itu.

2. Pembelajar harus mengerti bagaimana mempelajari gambar. 3. Bagaimana pembelajar memberikan kritik terhadap gambar.


(61)

46

5. Bila gambar terlampau luas, berikan dalam seri-seri gambar yang mempunyai ukuran logis.

6. Waktu melihat gambar, mungkin tidak semua pembelajar dapat mengerti.

Selain cara penggunaan media harus adanya kriteria dalam pemilihan media dalam memberikan pembelajaran. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor atau kriteria-kriteria dan langkah-langkah pemilihan media. Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana (1990: 4-5) yakni 1) ketepatan media dengan tujuan pengajaran; 2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran; 3) kemudahan memperoleh media; 4) keterampilan guru dalam menggunakannya; 5) tersedia waktu untuk menggunakannya; dan 6) sesuai dengan taraf berfikir anak. Sepadan dengan hal ituSudjana Degeng (1993: 26-27) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan guru atau pendidik dalam memilih media pembelajaran, yaitu: 1) tujuan instruksional; 2) keefektifan; 3) siswa; 4) ketersediaan; 5) biaya pengadaan; 6) kualitas teknis. Selanjutnya menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992-1993: 67-68) kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu: 1) tujuan; 2) karakteristik siswa; 3) alokasi waktu; 4) ketersediaan; 5) efektivitas; 6) kompatibilitas; dan 7) biaya.


(62)

47

Berkaitan dengan pemilihan media ini, Azhar Arsyad (2006: 76-77) menyatakan bahwa kriteria memilih media yaitu: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran; 3) praktis, luwes, dan tahan; 4) guru terampil menggunakannya; 5) pengelompokan sasaran; dan 6) mutu teknis. Selanjutnya Brown, Lewis, dan Harcleroad (1983: 76-77) menyatakan bahwa dalam memilih media perlu mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: 1) content; 2) purposes; 3) appropriatness; 4) cost; 5) technical quality; 6) circumstances of uses; 7) leamer verification, and 8) validation.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pada prinsipnya pendapat-pendapat tersebut memiliki kesamaan dan saling melengkapi. Selanjutnya menurut hemat penulis yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan, peserta didik, ketersediaan, kualitas teknis, biaya, fleksibilitas, dan kemampuan orang yang menggunakannya serta alokasi waktu yang tersedia. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hal ini maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada sejumlah alternatif yang dianggap cocok untuk tujuan-tujuan itu. Sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Kecocokan banyak ditentukan oleh kesesuaian karakteristik


(63)

48

tujuan yang akan dicapai dengan karakteristik media yang akan digunakan.

2. Keefektifan. Dari beberapa alternatif media yang sudah dipilih, mana yang dianggap paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Peserta didik. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan ketika kita memilih media pembelajaran terkait dengan peserta didik, seperti: apakah media yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik itu kemampuan atau taraf berpikirnya, pengalamannya, menarik tidaknya media pembelajaran bagi peserta didik. Digunakan untuk peserta didik kelas dan jenjang pendidikan yang mana. Apakah untuk belajar secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar atau kelas. Berapa jumlah peserta didiknya. Di mana lokasinya. Bagaimana gaya belajarnya. Untuk kegiatan tatap muka atau jarak jauh. Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran.

4. Ketersediaan. Apakah media yang diperlukan itu sudah tersedia. Kalau belum, apakah media itu dapat diperoleh dengan mudah. Untuk tersedianya media ada beberapa alteratif yang dapat diambil yaitu membuat sendiri, membuat bersama-sama dengan peserta didik, meminjam menyewa, membeli dan mungkin bantuan.


(64)

49

5. Kualitas teknis. Apakah media yang dipilih itu kualitas baik. Apakah memenuhi syarat sebagai media pendidikan. Bagaimana keadaan daya tahan media yang dipilih itu.

6. Biaya pengadaan. Bila memerlukan biaya untuk pengadaan media, apakah tersedia biaya untuk itu. Apakah yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat dan hasil penggunaannya. Adakah media lain yang mungkin lebih murah, tetapi memiliki keefektifan setara.

7. Fleksibilitas (lentur), dan kenyamanan media. Dalam memilih media harus dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi dan pada saat digunakan tidak berbahaya.

8. Kemampuan orang yang menggunakannya. Betapapun tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat yang banyak bagi orang yang tidak mampu menggunakannya.

9. Alokasi waktu, waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap penggunaan media pembelajaran. Untuk itu ketika memilih media pembelajaran kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan seperti; apakah dengan waktu yang tersedia cukup untuk pengadaan media, apakah waktu yang tersedia juga cukup untuk penggunaannya.

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam pemilihan media pembelajaran. Pendapat Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Mohammad Ali (1984: 73) menyarankan langkah-langkah dalam memilih media pengajaran yaitu: 1) merumuskan tujuan pembelajaran, 2)


(65)

50

mengklasifikasi tujuan berdasarkan domain atau tipe belajar, 3) memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan berlangsung, 4) Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa, 5) mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran, 6) Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media yang dipakai. 7) Menentukan media yang terpilih akan digunakan, 8) menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut, 9) Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa, dan 10) Menuliskan pembicaraan dalam penggunaan media. Selaras dengan hal tersebut, Anderson (1997) menyarankan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu:

1. Langkah 1: Penerangan atau Pembelajaran

Langkah pertama menentukan apakah penggunaan media untuk keperluan informasi atau pembelajaran. Media untuk keperluan informasi, penerima informasi tidak ada kewajiban untuk dievaluasi kemampuan atau keterampilannya dalam menerima informasi, selangkangan media untuk keperluan pembelajaran penerima pembelajaran harus menunjukkan kemampuannya sebagai bukti bahwa mereka telah belajar.

2. Langkah 2: Tentukan Tranmisi Pesan

Dalam kegiatan ini kita sebenarnya dapat menentukan pilihan, apakah dalam proses pembelajaran akan digunakan ‘alat bantu pengajaran’ atau ‘media pembelajaran’. Alat bantu pengajaran alat


(66)

51

yang didesain, dikembangkan, dan diproduksi untuk memperjelas tenaga pendidik dalam mengajar. Sedangkan media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara produk pengembang media dan peserta didik atau pengguna. Atau dengan kata lain peran pendidik sebagai penyampai materi pembelajaran digantikan oleh media.

3. Langkah 3: Tentukan Karakteristik Pelajaran

Asumsi kita bahwa kita telah menyusun desain pembelajaran, dimana kita telah melakukan analisis tentang mengajar, merumuskan tujuan pembelajaran, telah memilih materi dan metode. Selanjutnya perlu dianalisis apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan itu termasuk dalam ranah kognitif, afektif atau psikomotor. Masing-masing ranah tujuan tersebut memerlukan media yang berbeda. 4. Langkah 4: Klasifikasi Media

Media dapat diklasifikasikan sesuai dengan ciri khusus masing-masing media. Berdasarkan persepsi dari manusia normal media dapat diklasifikasikan menjadi media audio, media video, dan audio visual. Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya media dapat dikelompokkan menjadi media proyeksi (diam dan gerak) dan media non proyeksi (dua dimensi dan tiga dimensi). Sedangkan jika diklasifikasikan berdasarkan keberadaannya, media dikelompokkan menjadi dua yaitu media yang berada di dalam ruang kelas dan media-media yang berada di luar ruang kelas. Masing-masing media


(67)

52

tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan dengan media lainnya.

5. Langkah 5: Analisis karakteristik masing-masing media.

Media pembelajaran yang banyak macamnya perlu dianalisis kelebihan dan kekurangannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pertimbangan pula dari aspek ekonomi dan ketersediaan nya. Dari berbagai alteratif kemudian dipilih media yang paling tepat.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran akan memberi kontribusi terhadap efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Berbagai hasil penelitian pada intinya menyatakan bahwa berbagai macam media pembelajaran memberikan bantuan sangat besar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun demikian peran tenaga pengajar itu sendiri juga menentukan terhadap efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran. Peran tersebut tercermin dari kemampuannya dalam memilih media yang digunakan.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:

1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk semua tujuan. Suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk pembelajaran yang lain.

2. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja,


(68)

53

tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen lain dalam perancangan pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media itu tidak akan terjadi.

3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar peserta didik. Kemudahan belajar peserta didik haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.

4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan atau pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang berlangsung.

5. Pemilihan media hendaknya objektif, yaitu didasarkan pada tujuan pembelajaran, tidak didasarkan pada kesenangan pribadi tenaga pengajar.

6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan peserta didik. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. 7. Kebaikan dan kekurangan media tidak tergantung pada kekonkritan


(69)

54

sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.

e. Media Gambar sebagai Media Cerita

Menurut Abdul Aziz (2013: 10) ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan di dalam unsur-unsur cerita yaitu : 1. Ide

Ide dalam mengarang cerita adalah suatu bakat alami yang terlahir dari seseorang, dan tidak mungkin memperoleh dan membuatnya dengan latihan jika bakat itu tidak ada. Di dalam ide sebaiknya pengarang harus memiliki tema yang akan diberikan kepada siswa dalam kelas, seperti tema imajinasi bebas, dan petualangan dan kepahlawanan. Namun tema-tema tersebut dibatasi oleh

a. Tema peristiwa yang dibatasi oleh lingkungan

Ditujukan bagi anak kira-kira usia 3-5 tahun. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat berjalan, menggerakkan otot-ototnya, mulai memiliki kepekaan rasa yang membantunya memilih lingkungan yang terbatas pada sekelilingnya di dalam rumah, kebun, jalan raya, dan sekolah yang dikunjunginya. Dia dapat melihat bahwa di sekitarnya ada hewan dan tumbuhan bergerak dan memiliki kekhususan, memiliki berbagai suara dan warna.

b. Tema imajinasi bebas

Ditujukan pada anak kira-kira usia 5-8-9 tahun. Pada fase ini anak telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitamya yang terbatas


(70)

55

pada rumah dan jalan. Dia mulai tahu bahwa anjing itu menggigit, lebah menyengat, kucing mencakar, sapi yang kemerah-merahan mengeluarkan susu yang berwarna putih, dan api membakar. Tetapi ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungannya. Ia lalu terbang menuju lingkungan fantasi yang bebas, yang dapat melihat adanya para malaikat, bidadari, jin, penyihir, raksasa, dan orang-orang kerdil. Demi-kian pula yang lainnya dari tokoh-tokoh asing yang terdapat dalam cerita-cerita imajiner, seperti cerita seribu satu malam dan cerita-cerita legenda. c. Tema petualangan dan kepahlawanan

Ditujukan pada anak usia 8-18-19 tahun atau lebih. Pada fase ini seorang pemuda cenderung menyukai hal-hal yang imajiner-romantik dengan tetap dibatasi oleh kenyataan sesungguhnya. Melalui kekuatan insting nya, anak mulai mengenal perjuangan dan keinginan menguasai. Mereka mulai memanjat pohon dan dinding, merusak tanaman orang lain, mencuri buah-buahan, membolos bersama teman-temannya, mengikuti permainan yang penuh persaingan dan menuntut keberanian, serta membentuk kelompok untuk berkelahi dan menyerang kelompok lainnya. Karena itulah, tema pada fase ini disebut tema petualangan dan kepahlawanan. 2. Susunan Ide

Susunan ide mencakup unsur-unsur cerita, yaitu peristiwa atau kejadian yang terangkai dalam cerita. Unsur-unsur ini terdiri dari


(71)

56

tokoh-tokoh, perbincangan yang terjadi di antara tokoh, dan tema sentral yang dijiwai para tokoh yang mengikat hubungan di antara mereka. Semuanya menjadi susunan ide yang kemudian menjadi pangkal pembuatan cerita.

3. Bahasa dan Gaya Bahasa

Yang dimaksud bahasa di sini adalah kata-kata, dan gaya bahasa adalah susunannya, baik denotatif maupun konotatif. Telah kita singgung bahwa pengarang harus memilih ide yang sesuai dengan penyimak (pendengar atau pembaca), perkembangan pikiran, imajinasi dan kehidupan sosialnya.

Berdasarkan teori menurut ahli, media gambar dapat digunakan sebagai media bercerita untuk itu seorang yang membuat gambar harus memiliki ide yang akan digambar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, selain itu juga harus membuat susunan ide supaya ide-ide tersebut tidak hilang dan perlu memperhatikan bahasa dan gaya bahasa dalam menampilkan gambar.


(72)

57 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus (Kunandar, 2008: 45).

Penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu upaya peneliti beserta kolaborasi dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Suharsimi Arikunto (2008: 17), menjelaskan bahwa dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru kelas sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti.

Dari beberapa definisi penelitian tindakan kelas di atas bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang berkolaborasi dilakukan berdasarkan suatu masalah di kelas dalam bentuk tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.


(1)

138

Lembar Observasi Siswa Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Media Cerita Bergambar

Materi Pembelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : II B

Petunjuk

Berilah tanda (√) pada skalah jawaban yang dianggap sesuai dengan kenyataan pada waktu pengamatan berlangsung.

Keterangan 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = sangat baik

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3 4

1 Siswa melaksanakan dan merespons perintah guru sebelum kegiatan pembelajaran

berlangsung

2 Siswa tertarik terhadap media cerita bergambar yang diberikan oleh guru

3 Siswa melihat dan memperhatikan dan memahami media cerita bergambar yang diberikan oleh guru

4 Siswa dengan antusias dalam mengikuti pembelajaran

5 Siswa dengan serius mengikuti proses pembelajaran dengan baik yang diajar oleh guru

6 Siswa dengan mudah memahami materi pembelajaran dengan media cerita bergambar

7 Sisw merespons guru pada saat melakukan tanya jawab dengan isi cerita bergambar

8 Siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab √

9 Siswa berani mengemukakan pendapat √

10 Siswa mampu menghargai pendapat teman √

11 Siswa menyimpulkan pembelajaran √

12 Siswa saling membantu √


(2)

139 Lampiran 4.

Dokumentasi

Siswa mendengarkan materi

pembelajaran yang disampaikan oleh guru

Siswa antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar

Siswa bertanya kepada guru saat proses pembelajaran berlangsung

Guru menjelaskan materi

pembelajaran kepada siswa yang belum memahami materi


(3)

140 Beberapa siswa tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

berlangsung

Guru menghampiri siswa yang belum memahami materi pembelajaran.

Siswa memperhatikan guru dalam proses belajar mengajar.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN MEMBACA PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS II SDN PETORAN JEBRES SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

0 9 91

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MELALUI MEDIA KARTU HURUF DAN CERITA BERGAMBARTERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MELALUI MEDIA KARTU HURUF DENGAN CERITA BERGAMBAR TERHADAP SISWA KELAS I SD NEGERI 3

0 3 10

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara nak Melalui Metode Cerita Bergambar Pada Anak Kelompok B TK Gebang I Masaran Sragen Tahun 2013/2014.

0 6 12

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara nak Melalui Metode Cerita Bergambar Pada Anak Kelompok B TK Gebang I Masaran Sragen Tahun 2013/2014.

0 1 15

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI CERITA BERGAMBAR PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI CERITA BERGAMBAR PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B TK BHAYANGKARI 68 MONDOKAN.

0 2 8

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI CERITA BERGAMBAR PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI CERITA BERGAMBAR PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B TK BHAYANGKARI 68 MONDOKAN.

1 29 120

PENGGUNAAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Glagah I Jatinom Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

1 2 15

MENINGKATKAN MINAT MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK PAMARDISIWI MADURESO, TEMANGGUNG.

0 2 202

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR PADA ANAK USIA 4 – 5 TAHUN

0 0 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA CERITA BERGAMBAR SISWA KELAS III SDN 08 MONTONG BETOK TAHUN 2017/2018 - Repository UNRAM

0 1 14