UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPAMELALUI METODE EKSPERIMEN
BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Skripsi
Oleh : WINDA WATI NIM K 5107044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN
BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh : WINDA WATI NIM K 5107044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(3)
commit to user
(4)
commit to user
(5)
commit to user
v ABSTRAK
Winda Wati. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 / 2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta melalui metode eksperimen.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011 yang terdiri dari 39 siswa, dimana terdapat 7 siswa yang terdeteksi sebagai anak berkesulitan belajar yaitu 4 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes. Validitas data penelitian menggunakan validitas isi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011.
(6)
commit to user
vi ABSTRACT
Winda Wati. THE ATTEMPT OF IMPROVING SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT USING EXPERIMENTAL METHOD FOR LEARNING DISABILITY IV B CLASS OF SD NEGERI PETORAN SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March 2010.
The objective of research is to improve the science learning achievement for learning disability IV B class of SD Negeri Petoran Surakarta by using experimental method.
This study belongs to a Classroom Action Research using two cycles. Each cycle consisted of four stages: planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was all IVB class of SD Negeri Petoran Surakarta in school year of 2010/2011 consisting of 39 students, 7 of which were detected as learning disability students 4 boys and 3 girls. Technique of collecting data used was documentation and test. The data validation was tested using content validity. Technique of analyzing data used was a quantitative descriptive technique.
Considering the result of the research conducted in two cycles, it can be concluded that: experimental method can improve the science learning achievement in the learning disability of IV B class of SD Negeri Petoran Surakarta in the school year of 2010/2011.
(7)
commit to user
vii MOTTO
Jika kau memberi tahu mereka
Mereka hanya akan melihat gerakan bibirmu Jika kau menunjukkan kepada mereka Mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri
Menurut Maria Montessori
(8)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Allah SWT senantiasa memberikan rahmat serta hidayahNya.
Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan semangat, doa dan kasih sayang yang tidak terhingga nilainya.
Kakak-kakakku (Mbak Anjar dan Mas Bina) tercinta yang selalu memacuku menyelesaikan skripsi ini.
Adik ku (Hilal) yang tercinta.
Mas Dodik Ardhiyanto yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman dan sahabatku tersayang yang selalu membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Seluruh keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta. Almamater tercinta.
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT bahwa skripsi dengan judul : “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011”
Telah berhasil disusun dalam memenuhi syarat yang diwajibkan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Didalam penyusunan skripsi, penulis telah berusaha dengan cara yang sebaik mungkin, walaupun demikian tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kritik dan saran untuk perbaikan akan saya terima dengan senang hati.
Atas terwujudnya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin penyusunan skripsi.
3. Drs. A Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin penyusunan skripsi. 4. Maryadi, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Gunarhadi, M. A, Ph. D selaku pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
(10)
commit to user
x
6. Sugini, M. Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Suwarno, S.Pd,MM selaku Kepala Sekolah SDN Petoran Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian guna memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Joko Riyanto, A. Ma selaku guru kelas IV B SDN Petoran Jebres Surakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian.
9. Keluarga besar SD Negeri Petoran Surakarta yang telah memberikan bantuan dan menjadi tempat penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa S1 Progam Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pendidikan.
(11)
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PENGAJUAN ……….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iv
HALAMAN ABSTRAK ……… v
HALAMAN ABSTRACT ……….. vi
HALAMAN MOTTO ……… vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. viii
KATA PENGANTAR ……… ix
DAFTAR ISI ……….. xi
DAFTAR BAGAN………...………... xiii
DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GRAFIK ... xiv xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ………..
A. Latar Belakang ...…………...……… B. Rumusan Masalah……...………... C. Tujuan Penelitian ………...………
D. Manfaat Penelitian ……….
1 1 4 4 4 BAB II LANDASAN TEORI ……….……...
A. Tinjauan Pustaka ………..………... 1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar…... 2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ………... 3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam ……... 4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran………….. B. Penelitian Yang Relevan ……...………
C. Kerangka Berpikir ……….
5 5 5 16 21 25 36 38
(12)
commit to user
xii
D. Hipotesis ……… 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. A. Tempat dan Waktu Penelitian ………...….... B. Subjek Penelitian ………... C. Teknik Pengumpulan Data ……….... D. Tenik Analisis Data...……….. E. Validitas Data ………... F. Indikator Kinerja ... G. Prosedur Penelitian ...
40 40 41 42 44 44 46 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Pelaksanaan Tindakan ... 1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra – tindakan)...………. 2. Siklus I ...……… 3. Siklus II ... ……… B. Hasil Penelitian….…...…………...……...
1. Siklus I ... 2. Siklus II ... C. Pembahasan ...……….. 1. Siswa AP ... 2. Siswa SH ... 3. Siswa LW ... 4. Siswa WB ... 5. Siswa IK ... 6. Siswa IS ... 7. Siswa IC ...
53 53 53 55 58 60 61 61 63 64 65 67 68 70 71 73 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ………
A. Kesimpulan ………
B. Implikasi ………
C. Saran ………..
76 76 76 77
DAFTAR PUSTAKA ……… 78
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 2.1. Kerangka Berfikir ... 38 Bagan 3.2. Siklus Penelitian ... 47
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 41
Tabel 3.2. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar ... 42
Tabel 3.3. Jenis-jenis Dokumen ... 43
Tabel 4.4. Daftar Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ... 54
Tabel 4.5. Daftar Nilai Siklus I ... 61
Tabel 4.6. Daftar Nilai Siklus II ... 61
Tabel 4.7. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Berkesulitan Belajar ... 62
Tabel 4.8. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP ... 64
Tabel 4.9. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa SH ... 65
Tabel 4.10. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ... 67
Tabel 4.11. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ... 68
Tabel 4.12. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ... 70
Tabel 4.13. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ... 71
(15)
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Grafik Nilai IPA Anak Berkesulitan Belajar Kondisi Awal ... 54
Grafik 4.2. Grafik Nilai Siklus I ... 61
Grafik 4.3. Grafik Nilai Siklus II ... 62
Grafik 4.4. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Anak Berkesulitan belajar .... 63
Grafik 4.5. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa AP ... 64
Grafik 4.6. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Sisiwa SH ... 66
Grafik 4.7. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa LW ... 67
Grafik 4.8. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa WB ... 69
Grafik 4.9. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IK ... 70
Grafik 4.10. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS ... 72
(16)
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Data Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Kelas IV B SD
Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 81
Lampiran 2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD Negeri Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 82
Lampiran 3. Silabus ... 83
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pre-Test) ... 85
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 92
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 100
Lampiran 7. Materi Ajar ... 108
Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Romawi I ... 111
Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Romawi II ... 112
Lampiran 10. Kisi-kisi Soal Romawi III ... 113
Lampiran 11. Soal ... 114
Lampiran 12. Kunci Jawaban Dan Pedoman Penskoran ... 117
Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 119
Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Research / Tryout ... 121
(17)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik ke arah tingkat kedewasaan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan / atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Maka dari itu setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, baik itu anak yang tergolong normal (anak normal) maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Mereka akan mengambil peran masing-masing di masa yang akan datang, sehingga mereka memerlukan pendidikan. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing anak.
Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau Anak Luar Biasa (ALB) disebut Pendidikan Luar Biasa (PLB). Adapun jenis-jenis Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang mungkin dapat membantu mencukupi kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di dalam bidang pendidikan yaitu 1) Pendidikan khusus sepanjang hari, 2) Pendidikan segregrasi (Kelas khusus dan Sekolah Luar Biasa), 3) Pendidikan Mainstreaming, dan 4) Pendidikan Inklusi. Dari berbagai jenis pendidikan luar biasa tersebut, yang dapat mengikut sertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak normal lainnya dalam satu sekolah adalah pendidikan inklusi.
Pendidikan inklusi menurut Shevin yang dikutip oleh Sunardi (1998 :
77) didefinisikan sebagai “sistem layanan PLB yang mempersyaratkan agar
semua anak luar biasa dilayani di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya”. Di dalam pendidikan inklusi atau sekolah inklusi menekankan pada perlakuan kepada setiap anak secara individual tanpa harus menggunakan istilah luar biasa atau pelabelan terhadap anak berkebutuhan khusus.
(18)
commit to user
Salah satu contoh sekolah yang melaksanakan sistem pendidikan inklusi adalah SD Negeri Petoran Surakarta. Di SD Negeri Petoran Surakarta ditemukan banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh selama melakukan kegiatan program pengalaman lapangan (PPL) yaitu 54 siswa atau 11 % dari seluruh jumah peserta didik mengalami mengalami kesulitan dan hambatan dalam belajar yang biasa disebut anak berkesulitan belajar.
Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan, kegagalan, serta ketidaksanggupan untuk menangkap informasi melalui kegiatan memperhatikan dan mengolah informasi. Kesulitan yang sering dialami oleh anak berkesulitan belajar pada umumnya adalah di bidang akademiknya, yaitu dalam berfikir, menerima serta memahami materi pelajaran pada bidang studi tertentu selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Salah satu kesulitan yang dialami oleh anak berkesulitan belajar adalah kesulitan di dalam menerima dan memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tidaklah mudah dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran IPA. Ketidakmampuan anak di dalam menerima dan memahami materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tersebut dibuktikan dengan prestasi belajar IPA siswa kelas IV B yang masih rendah di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan SD Negeri Petoran Surakarta yaitu 63. Dari data hasil prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA ketika ujian tengah semester (mid semester) terbukti bahwa dari seluruh siswa yaitu 40 siswa, siswa yang nilainya di bawah KKM berjumlah 23 siswa atau 57,5 % sedangkan 17 siswa atau 42,5 % siswa memperoleh nilai di atas KKM. Sehingga rata-rata kelas menjadi rendah yaitu 60,75 .
Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri Petoran Surakarta, rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran IPA anak berkesulitan belajar disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah banyaknya materi IPA yang harus dihafalkan, kurangnya buku pegangan pelajaran IPA serta kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPA. Siswa tampak kurang berminat,
(19)
commit to user
kurang bergairah dan cenderung tidak aktif dalam proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu alasan yang paling utama yang menyebabkan prestasi belajar IPA anak berkesulitan belajar rendah yaitu metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Guru cenderung menggunakan metode ceramah. Metode ini dianggap metode yang paling praktis dan mudah untuk dilaksanakan dan diterapkan tanpa adanya persiapan. Sehingga siswa tidak dapat menerima dan memahami konsep IPA yang diajarkan guru. Seyogyanya dalam pembelajaran IPA menuntut siswa, baik siswa dengan keadaan normal maupun siswa berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar untuk lebih aktif membuktikan teori-teori yang telah dibaca sesuai dengan kenyataan.
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bagi anak berkesulitan belajar adalah metode eksperimen (praktikum). Metode eksperimen (praktikum) adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan di keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005 : 892). Metode ini merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran IPA bagi anak berkesulitan belajar. Anak berkesulitan belajar cenderung lebih mudah di dalam menerima dan memahami konsep-konsep IPA dengan melakukan suatu percobaan. Dengan metode ini, siswa dapat lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau teori di dalam buku. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :
“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Bagi Anak Berkesulitan Belajar Kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta Tahun
(20)
commit to user
B. Rumusan Masalah
Sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian tindakan ini maka dapat dirumuskan satu permasalahan sebagai berikut :
Apakah pengunaan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar IPA bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta melalui metode eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru maupun calon guru agar memperhatikan metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA bagi siswa berkesulitan belajar.
2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi guru
Membantu guru mengatasi kesulitan siswa terutama bagi siswa berkesulitan belajar dalam menerima dan memahami mata pelajaran IPA pokok bahasan energi panas dan bunyi.
b. Bagi siswa
Membantu siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami mata pelajaran IPA pokok bahasan energi panas dan bunyi melalui metode eksperimen.
(21)
commit to user
5 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar yaitu kesenjangan umum antara hasil belajar yang diharapkan dengan kemampuan. Kesulitan belajar atau bisa disebut juga gangguan dalam belajar (Learning Disorder/ LD) adalah kekurangan yang tidak tampak secara lahiriah.
Anak-anak kesulitan belajar adalah anak-anak yang mengalami kesulitan di dalam membaca, menulis dan mengeja. Mereka sering dianggap sebagai anak yang malas, bodoh dan lamban. Hampir pada semua sekolah terdapat anak-anak yang mempunyai ciri-ciri kesulitan belajar yang dapat disebut sebagai anak berkesulitan belajar.
Pengertian anak berkesulitan belajar juga dikemukakan oleh Krochack, A. Linda and Thomas G Ryan dalam jurnal Special of Education Vol 22 No 3 2007 yang dikutip dari (http : //www. google. co.id. International Journal of Special Education Children With Learning Disability. International Journal of Special Education Vol 22 No 3 2007)
Definition of a learning disability is “refer to a number of disorders which may affect the acquisition, organization, retention, understanding or use of verbal or nonverbal information. These disorders affect learning in individuals who otherwise demonstrate at least average abilities essential for thinking and/or reasoning. As such, learning disabilities are distinct from global intellectual deficiency. Learning disabilities result from impairments in one or more processes related to perceiving, thinking, remembering or learning. These disorders are not due primarily to hearing and/or vision problems, socio-economic factors, cultural or linguistic differences, lack of motivation or ineffective teaching”.
Yang berarti “ Kesulitan belajar mengacu pada sejumlah gangguan yang dapat mempengaruhi perolehan, organisasi, retensi, pemahaman atau
(22)
commit to user
penggunaan informasi verbal atau nonverbal. Gangguan ini mempengaruhi belajar pada individu yang dinyatakan dalam mendemonstrasikan kemampuan rata-rata minimal penting untuk berpikir dan / atau penalaran. Dengan demikian, ketidakmampuan belajar yang berbeda dari defisiensi intelektual global. Kesulitan belajar merupakan hasil dari gangguan dari satu atau lebih proses yang terkait dengan mengamati, berpikir, mengingat atau belajar. Gangguan ini bukan karena terutama untuk mendengar dan perbedaan / atau visi masalah, faktor-faktor sosial-ekonomi, budaya atau bahasa, kurangnya motivasi atau mengajar tidak efektif.
Variasi definisi kesulitan belajar juga dikemukakan oleh Hardman yang dikutip oleh Anton Sukarno (2006 : 68) yaitu dalam dunia pendidikan menggunakan istilah kesulitan belajar spesifik (specific learning disability). Psikologi menggunakan istilah penyimpangan persepsi dan tingkah laku hiperkinetik (perceptual disorder and hiperkinetic behaviour). Bahasa (speech and language) menggunakan istilah aphasia dan disleksia (aphasia and dyslexia). Kesehatan (medicine) menggunakan istilah rusak otak (minimal brain elemage), disfungsi minimal otak (minimal brain dysfunction), luka otak (brain injury) dan gangguan otak (brain impairment). Istilah umum yang digunakan adalah luka otak, disfungsi minimal otak, kesulitan belajar.
Specific learning disabilities means a disorder of one or more of the basic psychological processes involved in understanding or in using language, spoken or written, wich may manifest itself in an imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spel, or do arithmaetic calculations. The term includes such conditions as perceptual handicaps, brain injury, minimal brain damage, dyslexia, and developmental aphasia. The term does not include children who have learning problems which are primarily the result of visual, hearing, or motor handicaps, of mental retardation, or environmental, cultural, or economic disadvantage.
(Johnson et al, 1980 : 37).
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang terlibat dalam pemahaman atau dalam
(23)
commit to user
menggunakan bahasa, lisan atau tertulis, yang dapat memanifestasikan dirinya dalam kemampuan sempurna untuk mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, spel, atau melakukan perhitungan dalam aritmatika. Istilah ini mencakup kondisi seperti cacat persepsi, cedera otak, kerusakan otak minimal, disleksia, dan afasia perkembangan. Istilah ini tidak mencakup anak-anak yang memiliki masalah belajar yang terutama hasil visual, pendengaran, atau cacat motor, keterbelakangan mental, atau merugikan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan belajar atau dalam dunia pendidikan biasa disebut specific learning disability adalah seorang yang mempunyai hambatan, keterbelakangan atau gangguan di dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Dimana gangguan tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar, serta ketidakmampuan dalam menghubungkan informasi yang berasal dari bagian otak mereka. Tetapi gangguan tersebut tidak disebabkan karena adanya gangguan dalam melihat, mendengar, ataupun gangguan dalam emosional, melainkan adanya disfungsi neurologist. Gangguan tersebut mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam berbagai bidang. Kesulitan ini tampak ketika mereka mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah dan menghambat proses belajar mereka sehingga mereka mendapat prestasi belajar yang rendah atau di bawah rata-rata.
b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar atau yang biasa disebut learning disability memiliki beragam gejala atau karakteristik. Terdapat berbagai karakteristik anak berkesulitan belajar. Masing-masing anak menampakkan karekteristik yang berbeda-beda. Menurut Anton Sukarno (2006 : 75), karakteristik kesulitan belajar tampak pada :
(24)
commit to user
2) Kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi strategi untuk belajar, mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif dan fungsi-fungsi metakognitif,
3) Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi gerakan baik dan kasar, kegagalan umum dan canggung, persoalan-persoalan spasial,
4) Permasalahan-permasalahan persepsi anatara lain, pembedaan stimulus pendengaran, penglihatan, closure dan cequensi pendengaran, dan penglihatan,
5) Kesulitan bahasa lisan, pendengaran berbicara daftar kata, kemampuan linguistic,
6) Kesulitan membaca antara lain pengkodean, ketrampilan dasar membaca, membaca komprehensif,
7) Kesulitan menulis bahasa, antara lain mengeja, tulisan tangan, mengarang,
8) Kesulitan matematika, antara lain pemikiran kuantitatif, berhitung, waktu, ruang dan menghitung fakta, dan
9) Tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain persepsi sosial, tingkah laku emosi, penegakan saling hubungan.
Munawir Yusuf (2005 : 43) menyebutkan beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar dilihat dari gejala yang tampak, yaitu sebagai berikut :
1) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran seperti teman yang lain,
2) Sering terlambat bahkan tidak mau menyelesaikan tugas 3) Menghindari tugas- tugas yang agak berat
4) Ceroboh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas khusus 5) Acuh tak acuh atau masa bodoh
6) Menampakkan semangat belajar rendah 7) Tidak mampu berkonsentrasi
8) Perhatian terhadap suatu obyek singkat 9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri 10)Murung
11)Suka memberontak, agresif 12)Hasil belajar rendah
Sedangkan menurut Taylor. Ronald. L,Smiley, Lyia. R., and Richards, Stephen, B ( 2009 : 99-100) dalam bukunya yang berjudul
“Exceptional Students Preparing Teachers for the 21st Century”,
mengemukakan karakteristik umum anak berkesulitan belajar adalah sebagai berikut :
(25)
commit to user
1) hyperactivity,
2) perceptual-motor imparments, 3) emotional lability,
4) general coordination deficits, 5) disorders of attention,
6) impulsive,
7) disorders of memory and thinking, 8) specific learning disabilities,
9) disorders of speech and hearing , and 10) equivocal neurological signs.
Menurut penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa jenis karakteristik anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan penyebab serta tingkat usia anak. Gangguan-gangguan di atas dapat diwujudkan dalam cara yang berbeda-beda pada tingkat umur yang berbeda. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas bahwa karakteristik umum dari anak berkesulitan belajar adalah sebagai berikut :
1) Hiperaktif dan impulsif,
2) Gangguan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi,
3) Gangguan dalam berfikir, menganalisa dan memecahkan suatu masalah dalam belajar sehingga hasil belajar rendah,
4) Ceroboh, acuh tak acuh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas, 5) Agresif,
6) Mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, dan berhitung sehingga mempengaruhi pada hasil akademik lainnya,dll.
c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Setiap anak berkesulitan belajar mempunyai gejala yang berbeda-beda. Jadi tidaklah mudah dalam mengklasifikasikan kesulitan belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003 : 169-251), bentuk-bentuk kesulitan belajar , yaitu :
1) Kesulitan Belajar Kognitif
Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning) atau kesulitan belajar pra akademik (praacademic learning). Kesulitan belajar jenis ini perlu
(26)
commit to user
mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif. Jika kesulitan belajar kognitif tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berbagai bidang akademik. 2) Kesulitan Belajar Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegarsi, mencakup bahasa ujaran, membaca dan menulis. Penyebab kesulitan belajar bahasa, yaitu :
a) Kekurangan kognitif
Tujuh jenis kekurangan kognitif, yaitu (1) memahami dan membedakan makna bunyi wicara, (2) pembentukan konsep dan pengembangannya kedalam unit-unit semantik, (3) mengkalisifikasikan kata, (4) mencari dan menetapkan kata yang ada hubungannya dengan kata lain (hubungan semantik), (5) memahami saling keterkaitan antara masalah, proses dan aplikasinya, (6) perubahan makna atau transformasi semantik, (7) menangkap makna secara penuh (implikasi semantik).
b) Kekurangan dalam memori
c) Kekurangan kemampuan melakukan evaluasi / menilai
Anak berkesulitan belajar sering memiliki kesulitan dalam menilai kemantapan atau keajegan arti dari suatu kata baru terhadap informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya.
d) Kekurangan kemampuan memproduksi bahasa
Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki taraf perkembangan berbagai kemampuan yang kurang memadai, maka mereka banyak yang mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa.
e) Kekurangan dalam bidang pragmatik atau penggunaan fungsional bahasa.
Anak berkesulitan belajar umumnya memperlihatkan kekurangan dalam mengajukan berbagai pertanyaan, memberikan reaksi yang tepat terhadap berbagai pesan, menjaga atau mempertahankan percakapan, dan mengajukan sanggahan berdasarkan argumentasi
(27)
commit to user
yang kuat. Anak berkesulitan belajar umumnya juga kurang persuasive dalam percakapan, lebih banyak mengalah dalam percakapan dan kurang mampu mengatur cara berdialog dengan orang lain.
3) Kesulitan Belajar Membaca
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi neurologist.
Anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam membaca sebagai berikut :
a) penghilangan kata atau huruf, b) penyelipan kata,
c) penggantian kata,
d) pengucapan kata salah dan makna berbeda, e) pengucapan kata salah tetapi makna sama, f) pengucapan kata salah dan tidak bermakna, g) pengucapan kata dengan bantuan guru, h) pengulangan,
i) pembalikan kata, j) pembalikan huruf,
k) kurang memperhatikan tanda baca, l) pembentulan sendiri,
m) ragu-ragu, dan n) tersendat-sendat. 4) Kesulitan Belajar Menulis
Kesulitan belajar menulis sering disebut disgrafia (dysgraphia). Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga agrafia. Disgarfia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau symbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia (dysleksia) karena kedua jenis kesulitan tersebut sesungguhnya saling terkait.
(28)
commit to user
5) Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya kerkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (6) gangguan pengahayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8) Performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.
Sedangkan Munawir Yusuf (2005 : 60-65) menyebutkan secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu :
1) Kesulitan Belajar Praakademik
Kesulitan belajar ini sering disebut kesulitan belajar developmental. Yang terdiri atas beberapa macam, diantaranya yaitu :
a) Gangguan motorik dan persepsi b) Kesulitan belajar kognitif
c) Gangguan perkembangan bahasa (disfasia) d) Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial 2) Kesulitan Belajar Akademik
Kesulitan belajar jenis ini sangat berkaitan dengan mata pelajaran yang di dapat di bangku sekolah. Tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai berikut :
a) Kesulitan belajar membaca (Disleksia) b) Kesulitan belajar menulis (Disgrafia) c) Kesulitan belajar menghitung (Diskalkulia)
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa anak berkesulitan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Kesulitan Belajar Kognitif 2) Kesulitan Belajar Bahasa
(29)
commit to user
4) Kesulitan Belajar Menulis (dysgraphia) 5) Kesulitan Belajar Matematika (dyscalculis)
d. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab anak mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan dalam belajar menyebabkan prestasi anak menjadi tidak optimal. Secara garis besar Muhibbin Syah (2009 : 184 – 187) menjelaskan beberapa faktor yang menjadikan anak mengalami kesulitan dalam belajar, yaitu :
1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni :
a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual / inteligensi siswa,
b) yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti lebihnya emosi dan sikap,
c) yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini melipti :
a) lingkungan keluarga, contohnya : ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga,
b) lingkungan perkampungan / masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal,
c) lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
(30)
commit to user
Penyebab lain dari kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Anton Sukarno (2006 : 85 – 87) yakni :
1) Penyebab neurologis
Dua faktor yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, yakni kekurangan oksigen saat bayi lahir dan infeksi atau luka pada otak.
2) Keterlambatan Kematangan (Maturational Delay)
Anak berkesulitan belajar biasanya terhambat dalam kemasakan keterampilan seperti perkembangan yang lebih lambat dari keterampilan berbahasa dan permasalahan daerah motor visual dan beberapa daerah akademik.
3) Penyebab genetik
Abnormalitas genetik yang diwariskan merupakan salah satu penyebab atau menyumbangkan satu atau lebih dari permasalahan dalam kesulitan belajar.
4) Penyebab lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan merupakan penyebab dari kesulitan belajar seperti diet yang tidak tepat, penambahan makanan, stress radiasi, sinar lampu pijar, tabung lelivasi yang tidak dilindungi, perokok, peminum minuman keras, dan pengajaran sekolah yang tidak tepat.
Menurut Lynch dan Lewis yang dikutip oleh Heri Setiyatna (2001: 24) mengemukakan bahwa penyebab kesulitan belajar dilihat dari :
1) Segi medis, meliputi disfungsi sistem saraf pusat, ketidaksesuaian Rh, infeksi, radiasi, dan efek obat.
2) Segi genetika, meliputi adanya kesulitan membaca, menulis dan berhitung yang turun menurun.
3) Segi lingkungan meliputi keadaan keluarga, kesulitan ekonomi, budaya, bahasa, dan lingkungan sekolah.
Dari penjelasan di atas, penulis dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab utama dari kesulitan belajar yaitu dari faktor intern yang bersumber
(31)
commit to user
dari dalam diri anak baik dari segi medis atau genetika dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri anak yaitu situasi dan kondisi lingkungan sekitar anak.
e. Hambatan dan Layanan bagi Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar memiliki hambatan dalam proses pembelajaran khususnya dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan sehingga prestasi belajar mereka rendah. Hambatan pada anak berkesulitan belajar dapat ditunjukkan dan dilihat dari tingkah laku. Tingkah laku yang dimaksud dalam proses pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung (Mulyadi, 2010 : 8). Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan menifestasi hambatan anak berkesulitan belajar antara lain:
1) Menunjukkan hasil belajar rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari teman-temannya dalam meyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dsb.
5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam maupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar-mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerjasama, dsb.
6) Menunjukkan gelaja emosional yang kurang wajar seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, tidak sedih dan menyesal dalam menghadapi nilai rendah, dsb.
(32)
commit to user
Untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka diperlukan program layanan secara terpadu, baik dari guru di sekolah, maupun orang tua di rumah. Perlu adanya kerjasama dan komunikasai antara guru dan orang tua.
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil jika dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Setiap bentuk kegiatan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, pada akhirnya selalu diketahui hasilnya. Hasil yang dicapai
tersebut disebut prestasi. Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005 : 895) berarti hasil yeng telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan lain sebagainya). Hasil yang telah dicapai tersebut tentunya dengan suatu usaha didalam prosesnya, seseorang tidak akan mencapai suatu prestasi jika orang tersebut tidak ada usaha untuk melakukan sesuatu. Jadi prestasi dapat kita raih jika kita berusaha untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan prestasi yang akan kita capai.
“Prestasi adalah hasil yang berupa angka, huruf serta tindakan
hasil belajar yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai juga dapat
untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat”( Buchori, 1997 : 85).
Prestasi juga dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang dilakukan. Seorang siswa yang memperoleh nilai yang berupa angka dalam suatu evaluasi setelah mengikuti suatu pembelajaran, maka hasil nilai yang berupa angka tersebut dapat kita sebut sebagai prestasi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai karena adanya aktifitas dan usaha yang sungguh-sungguh dalam belajar yang dinyatakan dalam huruf dan angka. Jika nilainya tinggi maka prestasinya baik, sedangkan jika nilainya rendah maka prestasinya kurang baik. Jadi prestasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat melalui tingkah laku
(33)
commit to user
yang baik, cara pemikiran yang lebih rasional serta perolehan nilai yang tinggi.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan masalah bagi setiap orang. Dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan, baik itu perubahan pengetahuan, sikap maupun tingkah laku. Perubahan tersebut diakibatkan dari pengalaman yang didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai belajar, banyak para ahli yang merumuskan mengenai definisi belajar.
“Belajar adalah suatu sadar individu untuk mencapai tujuan
peningkatan dari atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa
kebetulan” (Mulyati, 2005 : 2).
Thursan Hakim (2005 : 1) mendifinisikan belajar sebagai “Suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”.
Pendapat Skinner, seperti yang dikutip Muhibbin Syah (2009:64)
bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif ”.
Dari definisi diatas, penulis dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu suatu proses sadar yang dialami oleh setiap individu (pebelajar) yang berlangsung progresif untuk mencapai suatu tujuan atau perubahan dari dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang bisa ditampakkan setelah mengalami proses belajar yaitu dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan berbagai kemampuan-kemampuan yang lain.
(34)
commit to user
Peristiwa tersebut tidak terjadi secara kebetulan melainkan suatu proses yang dialami langsung oleh anak.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam suatu kegiatan manusia untuk mencapai tujuan selalu diikuti dengan pengukuran dan penilaian. Demikian halnya didalam proses belajar. Nana Sudjana (1991:22) mengemukakan bahwa ”Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”.
Sustratinah Tirtonegoro (2001 : 43) mengemukakan bahwa
“prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan di dalam belajar. Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi. Tinggi rendahnya hasil evaluasi mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai tujuan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Thursan Hakim (2005 : 6), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
(35)
commit to user
1) Faktor internal, adalah faktor yang terdapat di dalam diri inidividu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri
individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009 : 145) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yang meliputi dua aspek yakni : a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intesitas siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, yakni :
(1) Tingkat kecerdasan / inteligensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa atau IQ menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah inteligensi siswa maka semakin kecil kemungkinan untuk memperoleh kesuksesan.
(2) Sikap siswa
Sikap adalah kecenderungan untuk mereaksi atau merespons terhadap sesuatu objek (orang, barang dan sebagainya), baik secara positif maupun negative. Sikap positif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif atau kebencian siswa terhadap guru dan mata
(36)
commit to user
pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
(3) Bakat siswa
Bakat adalah kepandaian, sifat atau kecakapan pembawaan yang dibawa sejak lahir. Bakat memegang peran penting dalam mecapai suatu hasil prestasi yang baik. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa di bidang-bidang studi tertentu.
(4) Minat siswa
Minat adalah kecenderungan atau kegairahan hati yang menetap dan tinggi untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu atau beberapa kegiatan. Dengan minat yang tinggi dan ketertarikan anak yang tinggi terhadap bidang studi tertentu akan berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar anak.
(5) Motivasi siswa
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Motovasi dapat dibedakan menjadi dua macama, yakni : 1) motivasi intrinsik ; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu bias berupa pujian, hadiah, peraturan / tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan sebagainya. Dengan motivasi yang tinggi akan berpengaruh pada hasil prestasi belajar anak. Anak dengan motivasi rendah, memiliki prestasi belajar yang rendah pula.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa yang terdiri atas dua macam, yakni :
(37)
commit to user
a) Faktor lingkungan sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial seperti para guru, para staf admnistrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga, serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
b) Faktor lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive.
3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kata IPA merupakan singkatan tentang “Ilmu Pengetahuan Alam” yang dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan “Natural Science”
secara singkat sering disebut “science”. Natural artinya alamiah, sedangkan alam yang berkaitan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut ilmu tentang alam ini. IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam.
(38)
commit to user
Menurut Slamet Soewandi (2005:96), sains adalah salah satu bentuk kegiatan intelektual untuk memperoleh pengetahuan positif-empirik tentang alam (natural sciences) maupun tentang masyarakat (social sciences). Sri Sulistyorini (2007:39) menuliskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Hendro Darmodjo (1991:34), “Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif
tentang alam semesta dengan segala isinya”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum bersifat rasional dan obyektif berlaku kapan pun dan dimana pun atau kumpulan dari peristiwa-peristiwa yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses penemuan tentang gejala-gejala alam.
b. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Anak SD
Sebelum mengajarkan materi IPA atau mata pelajaran yang lain kepada anak usia sekolah dasar terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik masing-masing anak. Hal ini untuk mengetahui metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk mengajarkan IPA atau mata pelajaran yang lain pada anak SD.
Sumantri Mulyani (2001:11) mengemukaan karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum, yaitu :
1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
(39)
commit to user
3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha yang baru.Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.
4) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.
5) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten yang dikutip oleh Srini M Iskandar (2001 :16) sebagai berikut:
1) Mengamati apa yang terjadi.
2) Mencoba memahami apa yang diamati.
3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakan ramalan-ramalan itu benar.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA yang paling cocok untuk anak SD adalah dengan cara melakukan percobaan dan mengamati apa yang terjadi. Jadi metode pengajaran disesuaikan dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan yang tinggi, senang bermain, dan senang mencoba hal-hal yang baru.
c. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Terdapat berbagai tujuan dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dikemukakan oleh para ahli.
Sri Sulistyorini (2007 : 40), mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan ciptaanNya.
(40)
commit to user
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP.
Menurut Yager yang dikutip oleh Parwoto (2007 : 215), mengemukakan 4 tujuan pendidikan sains yaitu :
1) Sains untuk mempertemukan kebutuhan personal, 2) Sains untuk pemecahan masalah-masalah sosial, 3) Sains untuk kesadaran karir, dan
4) Sains untuk persiapan studi selanjutnya.
Sedangkan menurut Hadiat (1996:23), Tujuan pembelajaran IPA di SD antara lain :
1) Agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2) Agar siswa memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. 3) Agar siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang
berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA adalah untuk menguasai konsep, ketrampilan, dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
(41)
commit to user
d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam
Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran, guru harus mengetahui ruang lingkup IPA. Menurut Maskoeri Jasin (2003 : 36-38) ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terbagi atas :
1) Fisika (Physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda tidak hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang bersifat sementara. Fisika secara klasik dibagi dalam mekanika, panas, bunyi, cahaya, gelombang, listrik, magnet, dan teknik mekanik, teknik sipil, teknik listrik (arus lemah dan kuat).
2) Kimia (Chemistry), suatu ilmu yang mempelajari benda hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan-perubahan yang bersifat tetap.
3) Biologi (Biological science), Ilmu Pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Sedangkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan hubungan serta interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan
2) Benda, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair dan gas
3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya.
4. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran
a. Hakekat Metode Pembelajaran 1) Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(42)
commit to user
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki”.
Menurut Oemar Hamalik (2008:26), “Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencoba
tujuan kurikulum”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah rencana atau cara teratur yang menyeluruh untuk melakukan suatu kegiatan tertentu,misal tentang penyajian atau penyampaian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan atau tujuan yang ditentukan. Guru harus menguasai dan memahami metode atau teknik penyajian dalam pembelajaran agar pelajaran yang disampaikan kepada anak dapat ditangkap, dipahami dan dipergunakan dengan baik.
2) Pengertian Metode pembelajaran
Sebagai pendidik sebaiknya kita harus menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang baik. Pendidik mempunyai peran tidak hanya sebagai pembimbing, pembina dan pengarah terhadap peserta didik tetapi juga menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik agar diterima dan diserap dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penggunaan metode pembelajaran merupakan hal yang paling terpenting dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi di sekolah dari guru terhadap peserta didik. Guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang paling tepat bagi siswa sesuai dengan karakteristik serta keadaan anak agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu dalam memilih metode pengajaran juga disesuaikan pokok bahasan yang telah ditetapkan. Biasanya metode pengajaran banyak ditentukan dari tujuan yang dirumuskan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Soemarsono (2007 :9) yang dimaksud dengan “metode
(43)
commit to user
dalam menyajikan atau menyampaikan suatu kesatuan materi atau bahan
pelajaran yang berlangsung dalam proses belajar mengajar siswa”.
Syaiful Sagala (2009:169) mengemukakan bahwa, “metode
mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan
pelajaran pada khususnya”.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mecapai tujuan pembelajaran.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode pembelajaran adalah metode yang digunakan oleh guru atau dosen dalam proses belajar mengajar atau dalam menyampaikan/ menyajikan suatu materi bahan ajar agar tercapai tujuan pembelajaran.
3) Macam-macam Metode pembelajaran
Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah kemampuan dalam menyampaikan pengajaran kepada siswa. Guru tidak cukup hanya menggunakan satu metode dalam menyampaikan pengajaran kepada siswa. Penggunaan satu metode mungkin dapat membosankan dan mungkin dapat mematahkan semangat siswa dalam belajar. Di samping itu kadang-kadang terdapat satu pokok bahasan yang kurang tepat untuk disampaikan melalui satu metode saja. Oleh karena itu seorang guru harus menguasai berbagai jenis metode mengajar. Berbagai metode mengajar tersebut antara lain:
a) Metode diskusi
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 69) “Metode diskusi diartikan sebagai siasat penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu
(44)
commit to user
memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Menurut Nana Sudjana (2009:79) metode diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
Sedangkan menurut Mulyadi (2010 : 79) dalam bukunya yang berjudul Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap
Kesulitan Belajar Khusus, “Metode diskusi adalah suatu proses
pendekatan dari murid dalam memecahkan masalah secara analitis
ditinjau dari berbagai titik pandangan”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penguasaan dan penyampaian bahan pengajaran melalui wahana tukar menukar pendapat untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu masalah secara analitis, memperjelas sesuatu bahan pelajaran dan mencapai kesepakatan bersama. Di dalam kegiatan diskusi, terjadi interaksi antara dua atau lebih individu. Melalui kegiatan diskusi ini berbagai keterampilan dapat dilakukan yakni keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan suatu masalah.
b) Metode tanya jawab
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 67) metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah atau Two Way Traffic dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.
Menurut Slamet Soewandi (2005 :42), “metode ceramah atau metode kuliah mimbar adalah cara mengajar dimana guru memberi
informasi atau menjelaskan”
Sedangkan menurut Abdul Majid (2007 : 138), “metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini
(45)
commit to user
dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbingnya
dalam mencapai kebenaran”.
Penggunaan metode tanya jawab biasanya baik untuk maksud-maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran atau apa yang dibaca. Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian peserta didik pada suatu materi pelajaran, serta mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya. Pertanyaan yang digunakan tanya jawab seharusnya pertanyaan yang membangkitkan motivasi yang dapat merangsang peserta didik untuk berfikir. Hal tersebut mendorong siswa untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan sehingga anak cenderung lebih aktif.
c) Metode demonstrasi
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 75) mengatakan bahwa metode demostrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan meragakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Menurut Nana Sudjana (2009:83) “Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya
sesuatu”.
Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2009 : 210) “ metode
demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik
secara nyata atau tiruannya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana cara penyampaian materi pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses atau peristiwa. Di sini peserta didik dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba dan merasakan
(46)
commit to user
serta meniru apa yang ditunjukkan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung.
d) Metode eksperimen
Metode eksperimen digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan suatu proses baik secara sendiri maupun kelompok. Adapun pengertian metode eksperimen menurut Dwidjiastuti (2002 : 77) yaitu “Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil
percobaan”.
Menurut Nana Sudjana (2009 : 93), “Eksperimen adalah metode yang siswanya mencoba mempraktekkan suatu proses tersebut, stelah melihat atau mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh
seorang demonstrator”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang melibatkan peserta didik. Di sini peserta didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati proses dan menuliskan hasil percobaannya. Kemudian hasil percobaan tersebut dikemukakan di depan kelas dan didiskusikan bersama.
e) Metode inquiry
Menurut Dwidjiastuti (2002 : 81) “Metode inquiry bisa disebut metode penemuan dan merupakan metode yang relative baru. Metode penemuan adalah cara penyajian yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru”.
Menurut Roestiyah (1991:75) “Metode inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas, guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi
(47)
commit to user
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry merupakan suatu metode atau cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan proses penelitian untuk memecahkan suatu masalah yang kemudian hasilnya didiskusikan bersama dan dibuat laporan tertulis yang tersusun dengan baik.
f) Metode discovery
Menurut Nasution (2000 :173) menyatakan bahwa memecahkan masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus.
Sedangkan menurut Gagne dan Berliner (1984) yang dikutip oleh Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:490), metode discovery adalah metode dimaa para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjdai miliknya lebih dari pada sekedar menerimanya atau mendapatkannya dari seseorang guru atau sebuah buku.
Metode discovery sebagai metode belajar mengajar yang memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan belajar siswa, digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Hakekat Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA Anak Berkesulitan Belajar
1) Pengertian Metode Eksperimen
Istilah eksperimen mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Istilah eksperimen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Karena itu, dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam tentu saja kedudukan eksperimen sangat penting. Adapun berbagai pengertian mengenai metode eksperimen adalah sebagai berikut :
Menurut Roestiyah (2001: 80) yang dikutip dari (http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan pendekatan-pembelajaran, “metode eksperimen (praktikum) adalah salah satu
(48)
commit to user
metode yang digunakan untuk mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaluasi guru”.
Metode eksperimen menurut Syaiful Sagala (2009:2) sebagai cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
Sedangkan menurut Abdul Majid ( 2007 : 153), “metode praktik dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik mengunakan alat atau benda, sraya diperagakan dengan harapan anak didik menjadi jelas dan gambling sekaligus dapat mempraktikan materi yang dimaksud”. Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, metode eksperimen adalah salah satu metode mengajar yang digunakan oleh guru / pendidik dimana siswa melakukan percobaan dengan menggunakan alat atau benda kemudian mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan disampaikan didepan kelas dan dikoreksi oleh guru. Metode ini bertujuan agar peserta didik lebih jelas dan gamblang dalam mengenal sesuatu hal serta membandingkan antara teori dengan kenyataan. Tujuan eksperimen hendaknya tidak hanya membuktikan kebenaran suatu prinsip atau hukum yang telah diajarkan, melainkan juga melihat apa yang terjadi dan baru kemudian membandingkannya dengan teori. Bahkan mungkin eksperimentasi diarahkan pada penemuan sesuatu yang baru. Selain itu, sebaiknya eksperimen tidak dilakukan setelah segala dijelaskan, melainkan diskusi / pembicaraan diberikan setelah eksperimen selesai. Dalam metode eksperimen ini peran guru sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan
(49)
commit to user
dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Jadi disini guru menjadi faktor penentu berhasil atau gagalnya metode eksperimen yang dilakukan oleh siswa.
2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah (2001:81) yang diambil dari (http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan pendekatan-pembelajaran) terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan didalam penggunaan metode ekpserimen. Berbagai kelebihan dari metode eksperimen yaitu :
a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya diri atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Adapun kekurangan dari metode ini yaitu :
a) Tidak cukupya alat-alat mengakibatkan tidak stiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Cara mengatasi kekurangan-kekurangan dari metode eksperimen menurut Syaiful Sagala (2009:221), yaitu :
1) Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen
(50)
commit to user
2) Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah yang dianggap baik untul memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat
3) Bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan
4) Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.
3) Prosedur dari Metode Eksperimen
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) yang diambil dari (http://smacepiring.wordpress.com/2008/08/08/metode-dan pendekatan-pembelajaran) adalah :
a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. b) Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan tepat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa, bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
d) Setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
4) Hakikat Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA Anak Berkesulitan Belajar
Mata pelajaran sains / IPA merupakan suatu mata pelajaran yang tidak hanya dipelajari oleh sekelompok anak normal saja, melainkan juga harus dipelajari oleh anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak berkesulitan belajar. Mengingat mata pelajaran sains atau IPA adalah
(51)
commit to user
mata pelajaran yang berkenaan dengan kehidupan nyata yang terkait dengan lingkungan sekitar anak, maka mata pelajran IPA harus dikenalkan pada semua siswa, khususnya siswa berkebutuhan khusus seperti anak berkesulitan belajar sebagai dasar untuk memiliki ketrampilan hidup. Menurut Polloway dan Patton (1993) yang dikutip oleh Parwoto (2007 : 212) ada banyak alasan mata pelajaran IPA penting diajarkan kepada siswa anak berkebutuhan khusus seperti anak berkesulitan belajar, yaitu :
a) Pengalaman langsung terutama sekali membantu siswa menjadi akrab dengan kelompoknya.
b) Ketrampilan dasar dapat diterapkan dalam konteks yang bermakna. c) Kaya latar belakang pengalaman yang dapat dikembangkan utuk
menenetapkan “kerangka kerja pengetahuan ke dalam ide-ide baru
pengintegrasian siswa pertemanan”.
d) Para siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berfikir yang lebih tinggi dan strategi pemecahan masalah.
Untuk memahami konsep-konsep IPA, maka di dalam pembelajaran IPA dibutuhkan beberapa ketrampilan. Adapun ketrampilan-ketrampilan tersebut menurut Rakes dan Choate yang dikutip oleh Parwoto (2007 : 216) yaitu :
a) Ketrampilan memperoleh informasi melalui pengamatan, mendengar, membaca, ketrampilan studi dan eksperimen langsung. b) Ketrampilan memproses informasi melalui pengorganisasian,
analisis, hipotesis, pengukuran dan klasifikasi.
c) Ketrampilan terpadu yaitu sintesis, hipotesis, eksperimen mandiri, generalisai dan evaluasi.
Sesuai penjelasan di atas mata pelajaran sains / IPA diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengarahkan siswa anak berkesulitan belajar untuk dapat menemukan suatu konsep melalui pengujian atau penemuan secara langsung. Metode eksperimen (praktikum) sangat cocok apabila digunakan dalam pembelajaran IPA pada umumnya karena disitu peserta didik baik yang normal maupun anak berkesulitan belajar dapat
(1)
commit to user
bahwa nilai pre-test yang merupakan kondisi awal siswa sebelum diadakan tindakan, yang dicapai oleh siswa IK menunjukkan belum ada ketercapaian nilai KKM yaitu 50. Hal tersebut disebabkan karena sikap IK yang acuh dalam pembelajaran IPA, IK kurang aktif dalam pembelajaran. Sehingga nilai IPA IK rendah. Selain itu siswa IK juga mengalami kesulitan dalam menulis, membaca dan berhitung sehingga mempengaruhi hasil akademik lainnya misalnya pada mata pelajaran IPA. Pada sikus I ini nilai siswa IK mengalami peningkatan dibanding nilai pada pre-test, tetapi nilai yang dicapai oleh IK belum mencapai KKM yaitu 60. Seperti halnya pembelajaran yang lalu, siswa IK masih saja cenderung kurang memperhatikan saat pembelajaran dengan metode eksperimen sehingga nilai IK belum mampu mencapai KKM. Kemudian pada siklus II nilai lebih meningkat yaitu menjadi 75. Karena peneliti memberikan sentuhan teknologi yang berupa video berisi mengenai penjelasan mengenai materi yang disampaikan serta pemberian bimbingan dan pendampingan khusus dalam melakukan percobaan dalam siklus II, sehingga nilai IK dapat meningkat. Dapat disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi yang dicapai oleh IK telah mencapai KKM pada siklus II.
6. Siswa IS
Tabel 4.13. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS
KKM KA SIKLUS I SIKLUS II
(2)
commit to user
KKM KA SIKLUS I SIKLUS II
IS 63 52 66 72
0 10 20 30 40 50 60 70 80
IS
Grafik 4.10. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IS
Keterangan :
Nilai KA : Nilai Kondisi Awal
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal
Pembahasan dari tabel 4.13 dan grafik 4.10
Tabel 4.13 dan grafik 4.10 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari mulai kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Dari tabel dan grafik dapat dilihat hasil nilai pre-test siswa IS yang merupakan kondisi awal siswa sebelum diadakan tindakan, menunjukkan belum ada ketercapaian nilai KKM yaitu 52. Karena IS saat pembelajaran berlangsung, IS cenderung diam tidak memperlihatkan minat untuk belajar karena IS merasa bosan dan jenuh. Siswa IS merupakan siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, sehingga siswa IS kurang mampu memahami suatu kalimat. Jadi untuk siswa IS butuh perhatian khusus. Pada sikus I ini nilai IS telah meningkat dibanding dengan nilai pada pre-test. Nilai siswa pada siklus I ini juga telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 66. Karena dalam sikus I ini peneliti telah menerapkan metode eksperimen dalam pembelajarannya. Minat dan ketertarikan siswa IS terhadap IPA telah
(3)
commit to user
muncul. IS merasa senang belajar IPA melalui percobaan, karena disitu IS bisa bermain sambil belajar, IS lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. IS telah mampu memahami materi IPA melalui percobaan. Karena dalam pembelajaran berlangsung siswa IS tidak perlu membaca materi terlalu banyak. Pada siklus II nilai siswa IS lebih meningkat yaitu menjadi 72. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi yang dicapai oleh IS telah mencapai KKM pada siklus II.
7. Siswa IC
Tabel 4.14. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IC
KKM KA SIKLUS I SIKLUS II
63 49 56 65
Keterangan :
Nilai KA : Nilai Kondisi Awal
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal
Prestasi Belajar IPA Siswa IC
Grafik 4.11. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa IC
KKM KA SIKLUS I SIKLUS II
IC 63 49 56 65
0 10 20 30 40 50 60 70
(4)
commit to user
Pembahasan dari tabel 14 dan grafik 13
Tabel 14 dan grafik 13 menyajikan peningkatan prestasi belajar IPA dari IC mulai kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai pre-test yang merupakan kondisi awal siswa sebelum diadakan tindakan yang dicapai oleh IC menunjukkan belum ada ketercapaian nilai KKM yaitu 49. Rendahnya prestasi belajar siswa IC dikarenakan siswa IC menunjukkan perilaku yang kurang baik yaitu hiperaktif. Selain itu siswa IC juga mengalami kesulitan dalam berfikir sehingga mempengaruhi hasil prestasi siswa di berbagai akademik. Pada sikus I ini nilai siswa IC mengalami peningkatan dibanding nilai pada pre-test, tetapi nilai yang dicapai oleh IC belum mencapai KKM yaitu 56. Hal tersebut disebabkan karena IC belum memahami betul prosedur didalam melakukan percobaan ini. Kemudian saat percobaan pada siklus II, IC diberikan pendampingan dan bimbingan khusus saat melakukan percobaan agar IC lebih memahami materi dan konsep-konsep IPA. Pada siklus II nilai IC lebih meningkat yaitu menjadi 65. Dapat disimpulkan bahwa nilai mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi yang dicapai oleh IC telah mencapai KKM pada siklus II.
Dari pemahasan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar IPA tentang energi panas dan bunyi dapat meningkat dengan adanya pembelajaran melalui metode eksperimen bagi anak berkesulitan belajar kelas IV B SD N Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011. Peningkatan prestasi belajar IPA melalui metode eksprimen juga dibuktikan oleh April Lina Sri Windayani dengan penelitiannya yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penerapan Metode Demonstrasi-Eksperimen Siswa Kelas III SDN 3 Jenengan Sawit Boyolali Tahun 2009/ 2010”. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 12 anak atau 46,15%, pada siklus II siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 14 anak atau 53,85% dari 26 siswa, dan siklus III siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 23 anak atau 88,46% dari 26 anak. Dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus II prestasi siswa mengalami prosentasi kenaikan 7,70 %, dari siklus II kemudian dilaksanakan siklus III mengalami prosentasi
(5)
commit to user
kenaikan 34,62%. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat mengatasi kesulitan siswa di dalam memahami konsep-konsep IPA sehingga prestasi siswa berkesulitan belajar dapat meningkat di siklus II.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menemui berbagai kesulitan dalam penggunaan metode eksperimen selama proses pembelajaran berlangsung. Kesulitan yang dialami oleh peneliti yaitu mengkondisikan siswa, siswa kurang mampu berkonsentrasi dan pemberian penjelasan siswa mengenai langkah-langkah dalam melakukan percobaan. Siswa cenderung acuh tak acuh selama proses pembelajaran. Untuk mengatasi berbagai kesulitan diatas, siswa dikelompokkan menjadi 7 kelompok untuk mempermudah guru dalam memberikan bimbingan atau pendampingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Selama proses pembelajaran berlangsung tidak hanya kesulitan atau kendala yang diahapai oleh guru tetapi juga terdapat kelebihan dalam penggunaan metode eksperimen. Adapun kelebihan dari metode eksperimen yang diterapkan selama proses pembelajaran IPA berlangsung yaitu siswa lebih mudah memahami materi dan membuktikan teori-teori yang telah mereka baca di buku. Anak berkesulitan belajar lebih mudah memahami materi jika mereka melihat, mendengar, dan melakukan / mencoba sendiri. Dalam metode eksperimen ini komponen tersebut sangat diperlukan. Dengan melakukan percobaan, guru mempu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi IPA sehingga prestasi belajar anak berkesulitan belajar meningkat.
(6)
commit to user
76
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak berkesulitan belajar kelas IV B SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran 2010 / 2011.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak berkesulitan belajar siswa kelas IV B SD N Petoran Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai siswa dalam setiap siklus mengalami kenaikan. Jadi metode eksperimen dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran pokok bahasan energi panas dan bunyi dengan situasi siswa yang sama.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, antara lain :
1. Bagi guru
Hendaknya guru menggunakan metode yang tepat untuk pembelajaran IPA diantaranya menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA khususnya pokok bahasan energi panas dan bunyi.
2. Bagi siswa
Hendaknya anak berkesulitan belajar berusaha untuk berperan lebih aktif selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksprimen karena dengan melihat, mendengar dan melakukan percobaan anak akan lebih mudah menyerap dan memahami konsep-konsep IPA.