PENGARUH MEDIA VCD DONGENG ANAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS 4 DI SDN PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 20102011

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA

ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS 4

DI SDN PETORAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN

2010/2011

Skripsi

Oleh :

RAKHMATIKA WIJAYANTI

K5107033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA

ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS 4

DI SDN PETORAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN

2010/2011

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh :

RAKHMATIKA WIJAYANTI

K5107033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Rakhmatika Wijayanti.

PENGARUH MEDIA VCD DONGENG ANAK

DALAM

PEMBELAJARAN

BAHASA

INDONESIA

TERHADAP

PENINGKATAN

KEMAMPUAN

MENYIMAK

CERITA

ANAK

BERKESULITAN BELAJAR KELAS 4 DI SDN PETORAN SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011.

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media VCD

dongeng anak terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita anak

berkesulitan belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011

Variabel bebas adalah media VCD Dongeng Anak, variabel terikat

adalah kemampuan menyimak cerita.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

One

group pre test- post test design

, yang mana sekelompok subyek dikenai perlakuan

untuk jangka waktu tertentu, dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara

pengukuran awal

(pre test)

dan pengukuan akhir

(post test).

Populasinya adalah

anak berkesulitan belajar kelas 4b di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran

2010/2011 yang berjumlah 7 siswa.

Try out

dilakukan terhadap siswa kelas 4a di

SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 diluar sampel, dengan hasil 30

item soal valid dan semua soal yang valid adalah reliabel. Teknik pengumpulan

data menggunakan tes, yaitu tes objektif berbentuk pilihan ganda.

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non- parametrik,

yaitu

Wilcoxon Signed Rank Test

(Tes Ranking Bertanda Wilcoxon) dengan

bantuan SPSS

release

15. Hasil analisis data penelitian menunjukkan Z hitung

sebesar -2,410 dengan P= 0, 016 pada taraf signifikansi (

α) 5%, yang berarti H

o

ditolak dan H

a

diterima. Hal ini dapat diketahui dari hasil post test sebasar 22,00

lebih besar daripada hasil pre test sebesar 16,14.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media VCD

Dongeng Anak berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan menyimak anak

berkesulitan belajar di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Rakhmatika Wijayanti.

THE EFFECT OF CHILDREN FAIRY TALE VCD

ON THE STORY SCRUTINIZING COMPETENCY IN THE LEARNING

DISABLED 4

TH

GRADER IN SDN PETORAN SURAKARTA IN THE

SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and

Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March 2011.

The objective of research is to find out the effect of children fairy tale

VCD on the capability of story scrutinizing competency in the learning disabled

4

th

grader in SDN Petoran Surakarta in the school year of 2010/2011.

The independent variable was Children Fairy Tale VCD, while the

dependent one was story scrutinizing competency.

This research employed an experimental method with One group pre-test

and post-test design, in which a group of subject was treated for a certain period

of time, and the effect of treatment was measured from the difference of pretest

and posttest. The population was the learning disabled 4

th

grader in SDN Petoran

Surakarta in the school year of 2010/2011, consisting of 7 students. Try out was

carried out to the 4a grader in SDN Petoran Surakarta in the school year of

2010/2011 outside the sample, indication that 30 items of question were valid and

all valid questions were reliable. Technique of collecting data used was

multiple-choice objective test.

Technique of analyzing data used was non-parametrical statistic, namely

Wilcoxon Signed Rank Test with SPSS release 15 help.

The result of this research can be concluded that the use of Children Fairy

Tale VCD media affects the improvement of story scrutinizing competency in

learning disabled 4

th

grader in SDN Petoran Surakarta in the school year of

2010/2011.


(7)

commit to user

vii

MOTTO

Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu

nikmat yang banyak


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan Ibu, atas kasih sayang,

kepercayaan dan didikan tulus yang

kalian berikan.

Kakakku atas nasihat dan dorongan yang

telah memberiku semangat

Mas Nita Adi Wibowo Tersayang.

Sahabat-sahabat terbaikku Ifa, Ita, Nana,

Winda, Dita atas dorongan dan

semangatnya


(9)

commit to user

ix

Puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

berkah, rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk

memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Studi Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan

terima kasih kepada :

1.

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

izin penyusunan skripsi.

2.

Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas

pemberian izin penyusunan skripsi.

3.

Drs. A Salim Choiri, M.Kes selaku ketua Program Studi Pendidikan Khusus

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas pemberian izin penyusunan skripsi.

4.

Drs. Rachmad Djatun, M.Pd selaku Pembimbing I atas perhatian, bimbingan,

kritik, saran, dan nasehat yang diberikan sampai selesainya skripsi ini.

5.

Drs. Hermawan, M.Si, selaku Pembimbing II atas perhatian, ketulusan

nasihat, saran dan perbaikan-perbaikan yang bersifat membangun hingga

terselesaikannya skripsi ini.

6.

Drs. Sudakiem M.Pd selaku Pembimbing Akademis terimakasih atas

perhatian, bimbingan dan nasehat yang diberikan selama ini.

7.

Suwarno,S.Pd, MM, selaku Kepala Sekolah SDN Petoran Surakarta yang

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan try out dan melakukan

penelitian guna memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi

ini.


(10)

commit to user

x

yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

try out

.

9.

Joko Riyanto, selaku guru kelas 4B SDN Petoran Jebres Surakarta yang telah

memberikan izin untuk penelitian.

10.

Ibu dan Bapak tercinta atas kasih sayang, do’a dan dukungan materi untukku.

11.

Mas Adi Tercinta yang selalu menemaniku setiap waktu dan selalu

memberiku semangat untuk tidak mudah putus asa.

12.

Teman-teman PKH angkatan 07

13.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan

semua pihak tersebut mendapat balasan dari Alloh SWT.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun selalu peneliti harapkan. Akhirnya

peneliti berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang pendidikan khusus.


(11)

commit to user

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL...

i

HALAMAN PENGAJUAN...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...

iii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iv

HALAMAN ABSTRAK ...

v

HALAMAN ASTRAK INGGRIS ...

vi

HALAMAN MOTTO...

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI...

xi

DAFTAR TABEL...

xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

………

. 1

B.

Identifi

kasi Masalah………

..

3

C.

Pembatasan Masalah... 4

D.

Perumusan Masalah... 5

E.

Tujuan Penelitian... 5

F.

Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI

A.

Kajian Pustaka

………

..

6

1.

KajianTentang Anak Berkesulitan

Belajar

……….

...

6

2.

Kajian Tentang Keterampilan

menyimak

………..

...

21

3.

Kajian Tentang Media Pembelajaran

………

26

4.

Kajian Tentang Peng

gunaan VCD dalam Pembelajaran…

32


(12)

commit to user

xii

D.

Perumusan Hipotesis ...

36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian... 37

B.

Tempat Dan Waktu Penelitian ... 37

C.

Penetapan Populasi dan Sampel

………

39

D.

Teknik Pengumpulan Data

……….

40

E.

Validitas dan Reliabilitas... 42

F.

Teknik Analisis Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN

A.

Diskripsi Data... 45

B.

Pengujian hipotesis

………

50

C.

Rangkuman Pembuktian Hipotesis

………

51

D.

Pembahasan Hasil penelitian

……….

52

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

Kesimpulan Penelitian

………

55

B.

Implikasi Hasil Penelitian... 55

C.

Saran... 55

DAFTAR PUSTAKA... 56


(13)

commit to user

xiii

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal dan Waktu Penelitian ...

……….

37

Tabel 4.1. Daftar Identitas ABB Kelas 4b SDN Petoran

Surakarta ... 45

Tabel 4.2. Daftar Nilai Pretest Kemampuan Menyimak... 47

Tabel 4.3. Dftar Nilai Posttest Kemampuan Menyimak... 43

Tabel 4.4. Daftar Nilai Pretest-Posttest Kemampuan Menyinak... 44

Tabel 4.5. Perhitungan Analisis Data dan Kemampuan sebelum dengan

sesudah perlakuan... 50

Tabel 4.6. Hasl Tes Statistik kemampuan Menyimak... 50


(14)

commit to user

xiv

Halaman

Grafik 4.i. Histogram Kemampuan Menyimak (pretest)

…………

.... 47

Grafik 4.2. Histogram Kemampuan Menyimak (posttest)

………

... 48

Grafik 4.3. Histogram Kemampuan Menyimak (pretest-posttest)... 49


(15)

commit to user

xv

Halaman

Lampiran 1. Kisi- kisi Soal Try Out

………

... 59

Lampiran 2.

Soal Try Out………

... 60

Lampiran 3. Kunci Jawaban T

ry Out………

... 69

Lampiran 4. Kisi- Kisi

Pretest post tes………

... 70

Lampiran 5. Soal Pretest-postest ... 71

Lampiran 5. Kun

ci Jawaban ………

... 75

Lampiran 6. Perhitungan Validitas

………

.... 93

Lampiran 7. Perhitun

gan Reabilitas ………

... 97

Lampiran 10. Data

Nilai Pretes ………

... 105

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Nilai Tempat Bilangan ... 106

Lampiran 12. Hasil Anasilis Data dengan Wilcoxon Signes

Test Menggunakan Program SPSS 15 ...

126

Lampiran 13. Surat Ijin Menyusun Skripsi ... 137

Lampiran 14. Surat Mengadakan Reseach/Try Out

………

139


(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan ilmu pemgetahuan dan teknologi di Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mendukung untuk mengembangkan diri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolodi, saat ini teknologi komunikasi mengalami kemajuan sangat pesat, diantaranya satelit, internet, TV, Video, Laptop dan sebagainya memberi arti tersendiri bagi proses komunikasi. Tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan IPTEK membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola melalui pola tradisional.

Saat ini, pembelajaran di sekolah dinilai belum menunjukkan hasil optimal yang diharapkan. Proses pembelajarannya berlangsung tisak kondusif, seadanya, tanpa bobot, dan monoton sehingga peserta didik berada dalam proses pembelajaran yang tidak nyaman dan membosankan. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia keadaan yang tidak efektif akan memberikan pengaruh negatif dalam pencapaian hasil belajar. Karena dalam pembelajaran yang tidak menyenagkan dalam pelajaran Bahasa Indinesia akan menyebabkan anak tidak lancar dalam membaca, tidak dapat mengembangkan ide, tidak mampu mengungkapkan gagasan dan pikirannya secara logis, runtut, dan mudah dipahami. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang tidak nyaman mengharuskan kita untuk melakukan pembenahan, yaitu dengan menghidupkan dan menggairahkan bagi siswa yang mengikuti pembelajaran.

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kenal dengan materi menyimak cerita, yang diberikan mulai dari pendidikan dasar dengan menggunakan cerita-cerita pendek secara lisan dan dengan menggunakan cerita-cerita bergambar dan cerita-cerita dongeng.

Menyimak cerita merupakan kegiatan yang cukup sulit akibat kesukaran dalam memahami isi cerita dan memahami watak tokoh yang ada di dalam cerita. Menyimak cerita di sekolah merupakan kegiatan yang sangat sulit akibat kesukarannya dalam menjawab soal/ pertanyaan yang berhubungan dengan cerita


(17)

commit to user

yang disediakan, kesukaran dalam memahami isi cerita , kesukaran dalam menghafal tokoh pemeran cerita, kesukaran dalam memahami latar dan alur yang ada dalam cerita. Bagi anak berkesulitan belajar menyimak cerita merupakan hal yang sangat sulit dikarenakan pada anak berkesulitan belajar sangatlah sulit dalam memahami isi cerita melalui membaca cerita bahkan pada anak berkesulitan belajar masih mengalami kesulitan dalam membaca teks dalam cerita.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas yang dilakukan oleh peneliti, pendahnya kemampuan menyimak cerita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor 1) siswa kurang minat untuk membaca bacaan dan memahami isi bacaan melalui teks tertulis, 2) guru kesulitan untuk membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Selain itu juga adanya faktor guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang monoton, guru tidak memanfaatkan media pembelajaran, guru masih mengandalkan buku teks, dan kondisi kelas yang ramai karena kebosanan anak dalam mengikuti pelajaran.

Untuk lebih mempermudah dalam kegiatan menyimak cerita diperlukan bantuan berupa bentuk visual dan audiovisual, karena setiap bentuk penyaluran ekspresi atau gagasan merupakan kelengkapan dari kecerdasan. Kemampuan memahami dan menghafal sangat membantu dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan certita. Memvisualkan sebuah cerita salah satunya dengan menggunakan VCD dongeng anak. VCD dongeng anak dapat digunakan untuk membantu membangun konteks yang berfungsi untuk meningkatkan pemahaman dan perluasan pengetahuan pada anak dalam menjawab pertanyaan/ soal pada pelajaran menyimak cerita.

Anak-anak dalam usia antara 7-10 tahun berada pada tahap operasinoal konkret, dimana pada tahap ini cara berfikir anak masih didasarkan pada bantuan benda (obyek) atau peristiwa yang langsung dilihat (Azhar Arsyad, 2005: 9). Salah satu media yang berupa obyek yang dapat dilihat tersebut adalah gambar. Sedangkan untuk dapat memberi motovasi dalam memperkaya perbendaharaan kata serta mudah didapatkan anak yaitu melalui cerita.


(18)

commit to user

Dari pendapat diatas maka media kreatif yang dapat dipilih dalam pembelajaran menyimak cerita adalah media VCD dongeng anak. VCD dongeng anak merupakan salah satu media yang yang dapat menghasilkan sebuah karya khususnya dalam hal ini adalah cerita. Penggunaan media VCD Dongeng Anak dalam pelajaran menyimak cerita diharapkan akan menumbuhkan motivasi belajar siswa, hal ini dikarenakan siswa dapat mendengar, sekaligus melihat gambaran tokoh yang divisualisasikan melalui gambar-gambar animasi yang bergerak yang sesuai dengan usia anak. Adapun secara rinci alasan pemilihan media VCD dongeng anak dengan pertimbangan :

1. Media VCD dongeng anak akan menumbuhkan motivasi bagi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran karena sesuai dengan umur. 2. Media VCD dongeng anak mudah didapatkan.

3. Perhatian siswa yang pada awalnya tertuju pada temanya maka akan dapat dialihkan pada media VCD dongeng anak untuk mendapatkan pemahaman tentang isi cerita.

4. Dalam VCD dongeng anak tidak hanya terdapat tulisan saja tetapi terdapat gambar bergerak dan suara yang dapat menarik minat siswa untuk menyimaknya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana sebuah cerita dapat ditransformasikan kedalam tulisan yaitu melalui media VCD dongeng anak yang dapat mempengaruhi keterampilan menyimak cerita.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat penulis identifikasikan :

1. Menyimak cerita merupakan kegiatan yang sulit akibat kesukaran anak pada saat memahami isi cerita.

2. Kemampuan menyimak cerita siswa berkesulitan belajar masih sangat rendah, dikarenakan rendahnya kemampuan dalam memahami cerita,


(19)

commit to user

sehingga pada anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita.

3. Siswa berkesulitan belajar kurang antusias didalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita.

4. Kesulitan guru dalam memberikan dan menerapkan media yang tepat dan dapat menarik minat siswa didalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita.

C. PEMBATASAN MASALAH

Untuk memulai langkah dalam merumuskan pengaruh media VCD dongeng anak terhadap peningkatan keterampilan menyimak cerita, pembatasan masalah akan memberikan arah penelitian secara sistematis dan terhindar dari pemikiran yang keluar dari sasaran penelitian. Untuk memperjelas pembatasan masalah, penulis mengemukakan definisi operasional variabel sebagai berikut :

1. Obyek Penelitian

Sesuai dengan judul yang dikemukakan diatas, maka objek penelitian meliputi media VCD dongeng anak dan keterampilan menyimak cerita yang akan dibatasi permasalahannya yang akan diuraikan definisi operasional dan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. VCD dongeng anak dalam penelitian ini adalah cerirta yang disajikan dalam bentuk film dongeng anak-anak yang disaksikan anak melalui tampilan VCD.

2. Menyimak cerita dalam penelitian ini adalah kegiatan menyimak cerita yang disajikan lewat tampilan film dongeng anak melalui pemutaran VCD kemudian dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita film yang telah disaksikan anak.

2. Subyek Penelitian

Yang menjadi subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 yang berkesulitan belajar di SDN INKLUSI PETORAN NO 154 SURAKARTA yang berjumlah 7 siswa.


(20)

commit to user

D. RUMUSAN MASALAH

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai arah penelitian, dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

Apakah penggunaan media VCD dongeng anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan menyimak cerita siswa berkesulitan belajar kelas 4 SDN Inklusi Petoran No 154 Surakarta rahun 2010/2011?.

E. TUJUAN PENELITIAN

Bertolak dari rumusan penelitian diatas, tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh media VCD dongeng anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap peningkatan keterampilan menyimak cerita siswa berkesulitan belajar kelas 4 di SDN Inklusi Petoran No 154 Surakarta tahun 2010/2011.

F. MANFAAT PENELITAIAN

Hasil penelitaian ini dihjarapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Siswa

Memperkaya media pembelajaran berupa media VCD Dongeng anak yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia dalam materi menyimak.

2. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh penggunaan media VCD Dongeng Anak terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita pada anak berkesulitan belajar melalui penelitian yang dilakukan. 3. Bagi Guru

Memberi wacana dan memperkaya variasi media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelasnya dalam hal ini adalah VCD Donngeng Anak.


(21)

commit to user

BAB II

KEJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kajian Tentang Anak Berkesulitan Belajar (ABB) a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability yang artian sebenarnya adalah ketidakmampuan belajar. Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh the United States Office of Education pada tahun 1977 (Mulyono Abdurrahman, 2003: 6).

Menurut definisi yang dikemukakan oleh The Natoinal Advisory Comittee of Handicap Children pada tahun 1967 yang dikutip oleh Moelyono Abdurrahman (2003: 14). Adalah sebagai berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bagasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir bergicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung.batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perspektual, luka pada otak, disleksia, dan afasia pertkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan ,pendengaran,atau motorik, hambatan karena tuna grahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya dan emosi.

Menurut Lovit yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman dalam buku Pendidikan Anak Berkesulitan belajar (2003: 8). Adalah sebagai berikut:

³Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif menganggu perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal atau non verbal.´


(22)

commit to user

Balitbang Dikbud dalam, Munawir Yusuf (2005: 59)

PHQGHILQLVLNDQ³DQDNEHUNHVXOLWDQEHODMDUDGDODKDQDN\DQJVHFDUDQ\DWD

mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak

WHUVHEXWEHUHVLNRWLQJJLWLQJJDONHODV´

Menurut Ahmadi (2004: 77) menjelaskan bahwa Anak Berkesulitan Belajar adalah anak yang memiliki perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik sehinggan menyebabkan anak memiliki perbedaan dengan peserta didik lainnya dan tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.

Menurut Sunardi (2000: 70) bahwa kesulitan belajar merupakan istilah umum yang menunjuk kepada kelompok kelainan heterogen, yang ditandai dengan kesulitan penguasaan dan penggunaan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, bernalar, dan berhitung.

Sedangkan Mulyadi (2010: 6) mendefinisikan Anak Berkesulitan Belajar sebagai berikut:

³Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari atau mungkin tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosialogis, psikologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan

SURVHVEHODMDUQ\D´

³Public Law, the Education for All Handicapped Children Act of 1975, provides the most widely used definition of a learning disability. Within this law, a learning disability is defined as the disorder in one or more of the basic psycological processes involed in understanding or in using spoken or writen lenguage. The disorder result in problems in such skoll and abilities as listening, thinking, speaking, reading, writing, spelling, or doing mathematLFDOFDOFXODWLRQV´

Yang diterjemahkan Kedalam Bahasa Indonesia: Public law mendefinisikan kesulitan belajar (learning disabilities),sebagai gangguan dalam suatu atau lebih dari proses psikologis dasar yang terlibat dalam


(23)

commit to user

memahami atau menggunakan bahasa lisan atau tertulis. Hasil gangguan tersebut dalam masalah dalam keterampilan tersebut dan kemampuan seperti mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, ejaan, atau melakukan perhitungan matematis.

Menurut Mulyadi (2010: 6) mendefinisikan kesulitan belajar secara luas, yang terdiri dari:

1) Learning Disorder (keterganggunan belajar)

Suatu keadaan yang dialami seseorang saat proses belajar mengajar, timbul gangguan karena respon yang bertentangan. Akibat dari gangguan tersebut adalah hasil belajar yang dicapai lebih rendah dari potensi yang dimiliki sehingga terganggunya prestasi belajar.

2) Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)

Suatu keadaan yang dialami seorang siswa menunjukkan ketidakmampuan dalam belajar bahkan menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.

3) Learning Disfunction (ketidakfungsian belajar)

Suatu keadaan siswa yang menunjukkan gejala tidak berfungsinya proses belajar dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera, atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.

4) Under Achiever (pencapaian rendah)

Suatu keadaan siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

5) Slow Learner (lambat belajar)

Suatu keadaan siswa yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Definisi kesulitan belajar yang disetujui oleh pemerintah federasi dalam Smith (2006: 75) adalah kesulitan belajar khusus (spesific learning disability) berarti suatu gangguan pada satu atau lebih proses psikologi dasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau


(24)

commit to user

tulisan, yang dapat diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau melakukan perhitungan matematis.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian anak kesulitan belajar adalah anak yang memiliki kelainan berupa disfungsi otak sehingga menyebabkan timbulnya kesulitan dalam tugas-tugas akademik,sehingga prestasi belajar yang rendah jauh di bawah kapasitas intelegensi yang dimiliki dan tidak memasukkan sebab-sebab lain seperti karena tunagrahita, gangguan emosional, hambatan sensoris, ketidaktepatan pembelajaran, atau karena kemiskinan budaya.

b. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar.

Menurut Mulyono Abdurahman (2003: 11) Klasifikasi kesulitan belajar secara umum adalah :

1. Kesulitan perseptual yang meliputi kesulitan perseptual visual, visual motor, taktual, dan kinestik.

2. Kesulitan dalam bidang 3. Kesulitan dalam gahasa ujaran. 4. Kesulitan belajar bahasa 5. Kesulitan belajar matematika

6. Kesulitan belajar mengeja dan menulis.

Munawir Yusuf (2005: 58) mengelompokkan Anak Berkesulitan Belajar menjadi 4 jenis diantaranya:

1) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi hasil belajarnya rendah karena faktor eksternal, disebut sebagai anak yang mengalami hambatan belajar

2) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu (misal: membaca, menulis, berhitung) tidak seluruh mata pelajaran, diduga karena faktor neurologis, disebut sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik


(25)

commit to user

3) Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah rata-rata disebut dengan anak lamban belajar

4) Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan-hambatan komunikasi sosial, sedangkan IQ nya jauh di bawah rata-rata disebut retardasi mental atau tunagrahita.

Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2005: 60-66) klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar secara garis besar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu:

1) Kesulitan Belajar Praakademik

Kesulitan belajar Praakademik juga disebut dengan kesulitan belajar developmental. Kesulitan praakademik dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

a) Gangguan motorik dan presepsi b) Kesulitan belajar kognitif

c) Gangguan perkembangan bahasa (disfasia) d) Kesulitan dalam penyesuaian prilaku sosial 2) Kesulitan Belajar Akademik

Kesulitan belajar akademik sangat berkaitan dengan masalah pada kesulitan dalam memahami mata pelajaran di sekolah. Kesulitan belajar akademik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a) Kesulitan belajar membaca (Disleksia) b) Kesulitan belajar menulis (Disgrafia) c) Kesulitan belajar menghitung (Diskalkulia)

Berdasarkan sebab-sebab kesulitan belajar T Sujiahati Soemantri (2007: 202-205) mengklasifikasikan anak berkesulita belajar menjadi 4 macam, yaitu:

1) Minimal Brain Dysfunction (ketidakfungsian minimal otak)

Ketidakfungsian minimal otak adalah kondisi dimana anak mengalami kesulitan dalam persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian perhatian, impulsive, fungsi motorik. Sehingga dengan


(26)

commit to user

kondisi yang dialami anak tersebut menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar.

2) Aphasia

Aphasia merupakan kondisi dimana anak mengalami gagal menguasai ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 3 tahun. Kegagalan tersebut dapat disebabkan karena anak mengalami ketulian, keterbelakangan mental, gangguan organ bicara, dan faktor lingkungan. Sehingga dengan kondisi itu anak mengalami kesulitan belajar.

3) Dysleksia

Dysleksia merupakan kondisi dimana anak mengalami kesulitan dalam kecakapan membaca. Sehingga anak mengalami kesulitan belajar.

4) Kelemahan perspektual/ perspektual motorik

Merupakan kondisi anak yang mengalami kesulitan dalam menyatakan ide.

Sedangkan Ahmadi (2004: 78) mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:

1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar a) Berat

b) Sedang

2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari a) Sebagian bidang studi

b) Seluruh bidang studi 3) Dilihat dari sifat kesulitannya

a) Bersifat permanen b) Bersifat sementara

4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya a) Faktor intelegensi


(27)

commit to user

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpuklan bahwa secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis,yaitu:

(1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (development learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi,kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.

c. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar

Menurut Munawir Yusuf (2005: 43) beberapa klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar dilihat dari gejala yang tampak sebagai berikut:

1) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran seperti teman yang lain 2) Sering terlambat bahkan tidak mau menyelesaikan tugas

3) Menghindarintugas-tugas yabg agak berat

4) Ceroboh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas khususnya 5) Acuh tak acuh atau masa bodoh

6) Menampakkan semangat belajar rendah 7) Tidak mampu berkonsentrasi

8) Perhatian terhadap suatu objek singkat 9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri 10) Murung

11) Suka memberontak, agresif 12) Hasil belajar rendah


(28)

commit to user

Menurut T Sujihati Soemantri (2007: 200-201) anak berkesu;itan belajar dapat dilkasifikasikan berdasarkan aspek perkembangannya, yaitu:

1) Aspek kognitif

Masalah-masalah kemampuan bicara, membaca, menulis, mendengarkan, berpikir, dan matematis semuanya penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Tidak jarang anak yang mengalami kesulitan membaca menunjukan kemampuan berhitung yang tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa anak berkesulitan belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan anak dengan apa yang dicapainya secara nyata.

2) Aspek bahasa

Masalah bahasa anak berkesulitan belajar menyangkut bahasa respektif maupun bahasa ekspresif. Bahasa reseptif adalah kecakapan menerima dan memahami bahasa. Sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan mengekspresikan diri secara verbal. Di dalam proses belajar kemampuan berbahasa merupakan alatnuntuk memahami dan menyatakan pikiran.

3) Aspek motorik

Masalah motorik anak berkesulitan belajar biasanya menyangkut keterampilan motorik perseptual yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru pola. Kemampuan ini sangat deperlukan untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting. Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak dimiliki anak berkesulitan belajar.

4) Aspek sosial dan emosi

Terdapat dua karakteristik sosial-emosi anak berkesulitan belajar, yaitu: kelabilan emosi dan keimplusifan. Kelebihan emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati dan temperamen.


(29)

commit to user

Keimplusifan menunjuk kepada lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan untuk berbuat sesuatu.

Taylor et. al (2009: 90) menyebutkan bahwa ada 10 karakteristik umum yang tampak dari seseorang anak berkesulitan belajar, yaitu:

1) Hiperaktif (hyperactivity).

2) Gangguan persepsi motorik (perceptual-motor impairement)

3) Emosi labil (emotional lability).

4) Lemah dalam mengordinasi secra umum (general coordination deficits).

5) Ganguuan pemusatan perhatian (disorders of attention).

6) Implusif (impulsivity).

7) Gangguan berfikir dan mengingat (disorders of memory and thinking).

8) Kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities).

9) Gangguan wicara dan pendengaran (disorders or speech and hearing).

10)Tanda neurologi tampak samar (equivical neurological sign).

Menurut Anton Sukarno (2006: 75) menyatakan bahwa kesulitan belajar tampak pada beberapa symtom diantaranya sebagai berikut:

1) Gangguan perhatian : hiperaktif dan mudah beralih perhatian. 2) Ketidak mampuan menemukan strategi untuk belajar dan

megkoordinasika belajar.

3) Lemah dalam kemampuan gerak: antara koordinasi gerakan baik kasar serta persoalan spasial.

4) Permasalahan persepsi: perbedaan stimulus pendengaran, penglihatan, serta pendengaran dan penglihatan.

5) Kesulitan bahasa lisan, pendengaran dan kemampuan linguistik. 6) Kesulitan membaca: pengkodean, keterampilan dasar membaca

dan membaca komprehensip.


(30)

commit to user

8) Kesulitan matematika dalam berhitung dan menentukan wakyu dan ruang.

9) Tingkah laku sosial yang kurang pantas, seperti: persepsi soaial dan tingkah laku emosi.

Dari beberapa pendapat diatas maka penilis dapat menyimpulkan bahwa karakteristik umum anak berkesulitan belajar adalah anak mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan menerima/ menyerap materi pelajaran dalam proses belajar yang dikarenakan oleh beberapa faktor sehingga menyebabkan anak mengalami keterlambatan dalam menerima pelajaran anak lainnya dan mengalami keterbelakangan dalam pencapaian hasil belajar.

d. Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kesulitab belajar. Faktor-faktor yang sama yang dapat menyebabkan kesulitan belajar, dapat pula menyebabkan kondisi-kondisi ketidakmampuan yang lain, seperti retardasi mental, dan gangguan emosional.

Menurut Muhibbin Syah (2009: 184-185) menyatakan bahwa anak yang mengalaminkesulitan belajar berawal dari keterabaiannya anak/anak kurang perhatian pada anak yang berada diluar rata-rata. Hal tersebut dikarenakan penyelenggaraan pendidikan sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga pada anak yang berkemampuan diluar rata-rata mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran disekolah,sehingga menyenabkan anak mengalami kesilitan belajar.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:11) faktor yang menyebabkan kesulitan belajar adalah:

1) Faktor genetik

2) Luka pada otak (brain injuri) yang disebabkan oleh trauma fisik atau kekurangan oksigen sebelum atau sesudah kelahiran.


(31)

commit to user

3) Biokimia yang hilang, misalnya kimia yang diperlukan untuk memfungsikan sistem saraf pusat.

4) Biokimia yang diberikan kepada anak.

5) Pencemaran lingkungan, misalnya pencemaran timah hitam

6) Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial, misalnya perbedaan latar belakang budaya, pembelajaran yang tidak tepat, kemiskinan orang tua.

Secara umum Munawir Yusuf (2005: 44-51) menjelaskan sebagai berikut: (digolongkan mejadi faktor perbedaan individual)

1) Perbedaan tingkat kecerdasan

Perbedaan tingkat kecerdasan yang dapat dilihat dari IQ dengan standart pengukuran dan alat ukur tertentu

2) Perbedaan kreativitas

Seperti halnya kecerdasan (IQ), kreativitas juga dapat diukur dengan menggunakan tes tertentu

3) Perbedaan kelainan atau cacat fisik

Kelainan atau cacat fisik dapat menyebabkan anak menjadi kesulitan belajar.

4) Perbedaan kebutuhan khusus

Setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus sering kali juga mengalami kesulitan dalam belajar.

5) Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi

Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

6) Perbedaan ekonomi dan budaya

Perbedaan ekonomi dan budaya seseorang dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar.

Menurut Tylor et. al (2009: 98) penyebab yang paling sering dikenal dan diteliti saat ini untuk mengetahui penyebab anak berkesulitan


(32)

commit to user

belajar dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu: neurologi, genetik, dan faktor penyebab lingkungan.

Lask dan Reber dalam Muhibbin Syah (2009: 186) menyebutkan bahwa jesulitan belajar siswa tidak hanya disebabkan oleh minimal brain dysfungsi, yaitu gangguan ringan pada otak melainkan masih banyak penyebab lainnya.

Menurut Ahmadi (2004: 77) menyebutkan bahwa kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faltor-faktor non-intelegensi dengan kata lain bahwa anak yang memilii IQ tinggi belum tentu menjamin dalam keberhasilan belajar.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009: 184-186) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab anak berkesulitan belajar adalah:

1)Faktor Intern Siswa

Faktor Intern Siswa adalah faktor yang muncul dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi :

a) Bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siswa.

b) Bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnaya emosi dan sikap.

c) Bersifat psiko motor (ranah karsa) antara lain seperti tergangguna alat indra penglihat dan pendengar.

2)Faktot Ekstern Siswa

Faktor eksteren siswa adalah faktor yang datang dari luar diri siswa yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar, yaitu meliputi:

a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.


(33)

commit to user

b) Lingkungan masyarakat,contohnya wilayah perkampungan kumuh dan teman bermain yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi letak sekolah yang burk (dekat pasar) dan kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Ahmadi (2004: 78-79) juga mengemukakan faktor penyebab kesulitan belajar yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

1) Faktor Intern adalah faktor yang muncul dari dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi:

a) Faktor fisiologis yang disebabkan oleh kondisi fisik seperti: sakit dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis yang disebabkan karena rohani seseorang seperti: intelegensi, bakat, minat, mitivasi, kesehatan mental, dan tipe khusus siswa.

2) Faktor ekstern adalah faktor yang muncul dari luar diri manusia yang meliputi:

a) Faktor non-sosial (1)Keluarga

(a) Orang tua: cara mendidik anak, hubungan anak dengan orang tua, bimbingan dan contoh badi orang tua.

(b)Suasana rumah (c) Ekonomi keluarga (2)Sekolah

(a) Guru: dalam pemilihan strategi pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran

(b)Fasilitas sekolah

(c) Kondisi dedung sekolah (d)Kurukulum


(34)

commit to user

b) Faktor sosial

(1)Mass Media: bioskop, internet, TV, majalah, Surat kabar,dll.

(2)Lingkungan sosial: pemilihan teman bergaul, tetangga dan aktifitas masyarakat.

Sedangkan menurut Mulyono Abdurrahman (2003:13) faktor penyebab kesulitan belajar yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal meliputi:

1) Faktor internal yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis 2) Faktor eksternal meliputi:

a) Kekeliruan/ ketidak tepatan guru dalam pemilihan strategi pembelajaran.

b) Pengelolaan kegiatan belajar yang tidak emmbangkitkan motivasi belajar siswa.

c) Pemberian penguatan (reinfircement) yang tidak tepat. Menurut Anton Sukarno (2006: 85-87) menyebutkan bahwa ada empat faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar,yaitu:

1) Neurologis

Bermacam-macam faktor yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf sehingga menimbulkan kesukitan belajar. Kerusakan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: posisi janin yang tidak normal, anoxia/kekurangan oksigen, infeksi dan luka diotak.

2) Kemasakan Terhambat (maturation delay) 3) Genetik

Abnormalisasi genetik diwariskan oleh orang tua kepada anak merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar.

4) Lingkungan


(35)

commit to user

Sedangkan menurut Raber dalam Muhibbin Syah (2009: 186) faktor khusus yang menyebabkan kesulitan belajar adalah berupa sindrom psikologis learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar disleksia, disgrafia, dan diskalkulia.

Dapat disimpulkan bahwa penyebab utama kesulitan belajar (learning disability) adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu kemungkian adanya disfungsi neurologis, dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa yang berupa strategi pembelajaran yang keliru dan lingkunagan sosial anak.

e. Hambatan Anak Berkesulitan Belajar

Menurut Mulyadi (2010: 8) menyebutkan hambatan pada anak berkesulitan belajar dapat dilihat dan ditunjukkan dari tingkah laku. Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:

1) Menunjukkan hasil belajar rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimiliki. 2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah

dilakukan. Mungkin ada nurid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah. 3) Lambat dalam melakukan tgas-tugas kegiatan belajar. Selalu

tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.

4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh, menentang, brpura-pura, dll.

5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan PR, menganggu kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib


(36)

commit to user

dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama.

6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, tidak sedih dan menyesal dalam menghadapi nilai rendah.

Smith (2006: 80) menyebutkan masalah-masalah yang ditemukan pada anak berkesulitan belajar adalah sebagai berikut:

1) Masalah bahasa (langguage problem)

2) Masalah perhatian dan aktifitas(attention and activity problem) 3) Masalah ingatan (memory problem)

4) Masalah kognitif (cognitive problem)

5) Masalah sosial emosi (social and emotional problem)

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dimiliki oleh anak berkesulitan belajar dapat ditunjukkan melalui tingkah laku anak sehingga mmengakibatkan ketidak mampuan anak dalam mengikuti pelajaran atau materi yang disampaikan disekolah, sehingga mengakibatkan hasil belajar dibawah rata-rata.

2. Kajian Tentang Keterampilan Keterampilan Menyimak a. Pengertian Keterampilan

Menurut Alwi Hasan (2007: 935) bahwa keterampilan adalah kecakapan untuk menyelasaikan tugas. Seseorang dapat dikatan terampil apabila sudah cekatan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Setiap orang mempunyai keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil tugas yang telah dikerjakan.

Berdasarkan devinisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu yang diperoleh dengan latihan secara berkesinambungan.


(37)

commit to user

b. Pengertian Menyimak

Henry Guntur Tarigan (2008: 28) menyatakan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

St. Y. Slamet (2009: 6) bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa, kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan tersirat di dalam wahana bahasa tersebut.

Menurut Rusel dalam Tarigan (2008: 28) berpendapat bahwa menyimak merupakan upaya untuk memahami bahasa yang dituturkan pembicara melalui sarana komunikasi lisan. Olehkarena itu menyimak bersifat reseptif. Bertolak dari itu, kita harus bisa mendengarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman serta interprestasi.

Sedangkan Djago Tarigan (1986: 24) menyatakan bahwa kegiatan menyimak memang selalu dimulai bunyi gahasa baik secara langsung atau tidak langsung maupun melalui rekaman disertai kegiatan pemusatan perhatian. Setelah diikuti kegiatan identifikasi bunyi bahasa tersebut yaitu mengenal, mengelompokkan menjadi suku kata, kata, frase, kalimat, dan wacana. Lagu dan intonasi pun tak lepas dari perhatian penyimak. Langkah berikutnya, penyimak menginterpretasi, memahami makna ujaran yang diterima. Akhirnya penyimak mengkaji, menelaah, dan menguji makna tersebut baru memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Oleh karena itu menyimak dapat dikatakan juga sebagai proses kegiatan mendengarkan bahasa lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi dan evaluasi.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa menyimak merupakan upaya untuk memahami bahasa yang dituturkan pembicara melalui sarana komunikasimlisan guna memperoleh informasi untuk dikaji


(38)

commit to user

dan ditelaah dan dipahami isi dari informasi yang diperoleh dari kegiatan menyimak. Oleh karena itu, menyimak bersifat reseptif (menerima).

c. Tahapan Menyimak

Tahapan kegiatan menyimak menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 24) terdiri dari :

1) Mendengarkan bunyi bahasa disertai pemusatan perhatian. 2) Mengidentifikasi bunyi bahasa dengan cara mengenali,

mengelompokkan menjadi suku kata, kata, frase, kalimat, dan wacana yang memperhatikan lagu dan intonasi, memahami, dan mengapresiasi.

3) Mengintepretasi dan memahami makna ujaran yang diterima. 4) Mengaji, menelaah, dan menguji makna tersebut (reaksi). 5) Memutuskan untuk menerima atau menolaknya (evaluasi). Sedangkan menurut Djago tarigan (1986: 15) menyimak merupakan adalah suatu proses. Adapun tahap-tahap dalam keterampilan menyimak antara lain:

1) Tahap mendengar: penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.

2) Tahap mengidentifikasi: bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelaompokkan menjadi suku kata, kelompok kata, semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik.

3) Tahap menginterpretasi: bunyi bahasa itu perlu untuk menginterpretasikannya. Perlu diupayakan agar interpretsi ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksud oleh pembicara. 4) Tahap memahami: setelah proses penginterpretasian maka

selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu untuk langkah berikutnya, yaitu penilaian.

5) Tahap menilai: makna pesan yang sudah dipahami kemidian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan


(39)

commit to user

pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian hasil menyimak sangat tergantung kepada kualitas pengalaman dan pengetahuan penyimak.

6) Tahap menghadapi: tahap akhir dari proses menyimak adalah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk sepertimengangguk-angguk tanda setuju, menggeleng tanda tidak setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan menyimak terdapat tahapan yang harus dilalui oleh pemyimak, tahapan dalam menyimak adalah: tahap mendengar, tahap mengidentifikasi, tahap menginterpretasi, tahap menilai dan tahap menaggapi.

d. Jenis-jenis Menyimak

Djago Tarigan (1986: 25) berdasarkan taraf hasil simakan dikenal sembilan jenis menyimak :

1) Menyimak tanpa mereaksi: penyimak mendengar sesuaru tanpa suara atau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara masuk ketelinga kiri keluar ketelinga kanan.

2) Menyimak terputus-putus: penyimak sebemtar menyimak sebentar tidak menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnta. Pikiran penyimak bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.

3) Menyimak terpusat: pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada aba-aba, untuk mengetahui apabila saatnya mengerjakan sesuatu.


(40)

commit to user

4) Menyimak pasif: menyimak pasif hampir sama dengan menyimak tanpa mereaksi, dalam emnyimak pasif sudah ada reaksi walaupun hanya sedikit.

5) Menyimak dangkal: penyimak hanya menangkap sebagian dari isi simakan, bagian-bagian yang tidak penting tidak disimak, mungkin karena sudah tahu, menyetujui atau menerima.

6) Menyimak untuk membandingkan: penyimak menyimak sesuatu oesan, kemudian membandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.

7) Menyimak organisasi materi: penyimak berusaha mengetahui orgaisasi materi yang disampaiakn, ide pokoknya beserta detail penunjangnya.

8) Menyimak kritis: penyimak menganalisis secara detail terhadap materi yang disampaiakn pembicara. Bila siperlukan, pemnyimak meminta data atau keterangan terhadap isi yang disampaikan.

9) Menyimak kreatif dan apresiasif: penyimak memberikan respon mental dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.

Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 57) barpendapat bahwa jenis-jenis menyimak adalah:

1) Menyimak untuk meyakinkan. 2) Menyimak untuk belajar. 3) Menyimak untuk menikmat. 4) Menyimak untuk megapresiasi. 5) Menyimak untuk membedakan bunyi.

6) Menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis menyimak antara lain: menyimak memahami, menyimak terpusat,


(41)

commit to user

menyimak pasif, menyimak untuk membandingkan, menyimak untuk belajar, dan menyimak untuk menikmati.

3. Kajian Tentang Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

.DWD ³0HGLD´ VHFDUD KDUSLDK DGDODK ³SHUDQWDUD DWDX SHQJDQWDU´ 3HQJHUWLDQPHGLDVHEDJDLVXPEHUEHODMDUDGDODK³0DQXVLDEHQGDDWDXSXQ

peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan

NHWHUDPSLODQ´%DVXNi Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 6).

Media dalam arti umum adalah segala bentuk peraturan yang dipakai orang menyebabkan ide sehingga gagasan itu sampai pada penerima (Wina Sanjaya:2002: 9).

Menurut Mulyasa (2009: 78) mengemukakan bahwa pengertian media adalah :

³0HGLD DGDODK EHQWXN MDPDN GDUL NDWDmedium merupakan istilah dari bahasa latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, dapat pula diartikan sebagai alat, sarana, atau wahana. Media sering kali ditemukan sebagai istilah dalam bidang komunikasi maupun transportasi yang memiliki arti sebagai alat untuk berkomunikasi atau alat untuk transportasi.dalam dunia pendidikan dan pengajaran, biasa disebut media

peQGLGLNDQDWDXPHGLDSHQJDMDUDQ´

Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam Mulyasa (2009: 78-79) menyatakan bahwa media pendidikan atau media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

Menurut Assiciation of education and comunikation technology

(AECT) dalam Mulyasa (2009: 78) media adalah segala bentuk yang digunakan untuk menyelurkan informasi. Media diartikan sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan, beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Jekasnya media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,


(42)

commit to user

merangsang pikiran, perasaan dan kekauan siswa sehingga terdorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidak jelasan guru dalam menyampaikan bahan pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran media

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.

Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.

b. Fungsi Dan Peranan Media Pembelajaran

Peranan media pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sangatlah sulit materi pelajaran tersampaikan dengan baik tanpa melalui media pembelajaranyang tepat. Oemar Malik dalam Mulyasa (2009: 79-80) mengemukakan fungsi media pembelajaran secara umumyang meliputi:

1) Meletakkan dasar-dasar berfikir konkret dan mengurangi verbalisme.


(43)

commit to user

3) Meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, membuat pelajaran lebih mantap.

4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur, terutama dalam gambar hidup.

6) Membantu tunbuhnya pengertian atau perkembangan kemampuan berbahas.

7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu perkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar

Fungsi media pengajaran sebagai sumber belajar. Maryati T Permana, (2010: 16) merumuskan fungsi media sebagai berikut:

1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif

2) Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.

3) Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran .

4) Penggunaan media bukan semata ± mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

5) Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru.

6) Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.


(44)

commit to user

Ketika fungsi ± fungsi media pengajaran itu diaplikasikan kedalam proses belajar mengajar, maka penulis menyimpulkan bahwa fungsi media adalah :

1) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.

2) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. 3) Media sebagai sumber belajar bagi siswa.

c. Kriteria Media Pembelajaran

Didalam pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan kriteria, supaya dalam penggunaan media dapat sesuai dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut Mulyasa (2009: 81) menyatakan bahwa kriteria media pembelajaran harus memenuhi:

1) Tujuan

Media pembelajaran hendaknya sesuai dan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

2) Materi pembelajaran

Materi yang dipilih hendaknya relevan dan tidak out of date.

3) Metode atau pendekatan

Sebagai contoh,pemilihan metode demonstrasi akan lebih banyak memerlukan media daripada metode ceramah

4) Evaluasi

Sebetulnya evaluasi mengukur keberhasilan tujuan. Oleh karena itu media dipilih sekain mengacu pada tujuan terkait juga pada evaluasi yang digunakan.

5) Siswa

Pemilihan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa, yaitu diseduaikan dengan kemampuan siswa dalam hal membaca, mendengar dan melihat.


(45)

commit to user

Maryati T Permana (2010: 18) mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut:

1) Ketepatan dengan tujuan pengajaran.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa.

3) Media yang digunakan mudah diperoleh, mirah, sederhan dan praktis penggunaannya.

4) Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pengajaran.

5) Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan media pembelajaran harus memenuhi kriteria dalam pemilihan media pembelajaran yang meliputi:

1) Media harus sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran 2) Media harus sesuai dengan siswa

3) Media mudah didapat dan digunakan

4) Media harus sesuai dengan keterampilan guru 5) Media yang digunakan murah dan dapat dijangkau

d. Prinsip Dalam Menggunakan Media Pembelajaran

Wina Sanjaya (2002: 158) mengungkapkan tentang beberapa prinsip dalam menggunakan media pembelajaran sebagai berikut:

1) Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa.


(46)

commit to user

4) Media yang digunakan harus efektif dan efisien

Menurut Arief Sidharta dalam Mulyasa (2009: 80) mengemukakan bahwa dalam menggunakan media harus memperhatikan prinsip-prinsip:

1) Access

Kemudahan skses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh siswa.

2) Cost

Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak media yang canggih tetapi mahal harganya. Kita harus mempertimbangkan aspek manfaatnya nedia tersebut.

3) Technology

Mungkin kita tertarik pada suatu media tertentu, kita harus memperhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya. Misalnya kita akan menggunakan media audoio visual, maka harus dipertimbangkan apakah fasilitas listrik, tegangan listrik teredia atau sesuai.

4) Interactivity

Media yang kita kembangkan hendaknya dapat memunculkan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa

5) Organization

Perlu dipertimbangkan apakah pimpinan sekolah atau pemimpin lembaga yayasan mendukung, bagaimana pengorganisasiannya.

6) Novelty

Biasanya media yang baru lebih menarik bagi siswa sehingga kebaruan suatu media hendaknya juga menjadi pertimbangan pemilihan suatu media.

Dari pendapat diatas maka dalam memilih media pembelajaran harus memenuhi prinsip kemudahan penggunaan media, prinsip biaya, prinsip relevan terhadap materi yang akan dipelajari.


(47)

commit to user

4. Kajian Tentang Penggunaan VCD Dalam Penbelajaran a. Hakikat VCD

Media VCD (Video Compact Disk) adalah salah 1 jenis media audio visual atau media yang berupa perpaduan gambar dan suara. Dengan kata lain VCD (Video Compact Disk) merupakan rangkaian gambar elektronik yang disertai dengan unsur audio.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2010: 72) mengemukakan bahwa VCD (Video Compact Disk) merupakan media yang dapat menampilkan pesan audio-visual-gerak. Seperti halnya film dan televisi yang menyajikan hal-hal yang nyata maupun yang fiktif, juga pesan yang disampaikan dapat berupa informatif, pendidikan dan pengajaran.

Suwarna (2005: 118). Mengemukakan bahwa media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur-unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena me;iputi jenis media auditif dan visual. Dia juga menambahkan media ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu :

1) Audiovisual diam, yaiytu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sounds slides), film rangkai suara, cetak suara.

2) Audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassete. VCD (Video Compact Disk) sebagai media yang dapat menampilkan efek suara dan gerak, tentunya memiliki kelebihan dan keterbatasan.

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 72-73) kelebihan dan kelemahan VCD adalah :

Kelebihan VCD

1) Penyajiannya tidak memerlukan ruang gelap. 2) Program dapat diputar berulang-ulang.


(48)

commit to user

3) Program sajian rumit/ berbahaya dapat direkam sebelumnya sehingga waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya.

4) Mudah dikontrol oleh guru. Kelemahan VCD

1) Daya jangkaunya terbatas. 2) Sifat komunikasinya satu arah. 3) Peralatannya cukup mahal.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa VCD (Video Compact Disk) adalah proses teknologi sinyal elektronik yang menunjukkan gambar bergerak.

b. Manfaat VCD Dalam Pembelajaran

VCD (Video Compact Disk) sebagai salah satu dari media audio visual selain mempunyai fungsi sebagai alat bantu media juga sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Media tersebut bukan hanya sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyakur pesan (Arif Sadiman, dkk, 2007: 8).

Suwarna (2005: 135) Media VCD ini memiliki unsur gambar dan unsur suara (tampak dengar) dalam hal ini biasanya menamoilkan beruoa rekaman gambar disertai suara yang menjelaskan mengenai gambar yang disajikan. sebagai komponen dari suatu sistem instruksiaonal, media tersebut mempunyai nilai praktis berup kemampuan untuk :

1) Konkkritisasi konsep yang abstrak.

2) Menyajikan informasi belajas secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

3) Membangkitkan minat siswa.

4) Memungkinkan pengamatan dan presepsi siswa yang beragam bagi pengalaman belajar siswa.


(49)

commit to user

Melihat adanya sebuah kelebihan dan kelemahan dari media tampak dengar atau audio visual, ternyata benyak kelebihannya, maka dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media VCD dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi tang disampaikan oleh guru.

B. Penelitian Yang Relevan

Ada penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini yaitu :

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Astuti (2007) dalam penelitian yang

EHUMXGXO³8VDKD0HQLQJNDWNDQ Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan

Menggunakan Media VCD pada siswa SMP Islam Al-+DGL6XNRKDUMR´ Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terjadi peningkatan konsentrasi dan antusias siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indinesia dengan menggunakan media VCD dengan ditunjukkan dengan meningkatnya nilai Bahasa Indonesia Siswa.

Berdasarkan penelitian diatas pada umumnya siswa sangat tertarik dengan media pembelajaran audiovisual yang menampilkan gambar bergerak dan suara, oleh sebab itu penggunaan media audiovisual dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan pada siswa, oleh sebab itu peneliti menggunakan media VCD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan Menyimak Cerita anak berkesulitan belajar di SDN Inklusi Petoran Surakarta Tahun ajaran 2010/2011.


(50)

commit to user

C. KERANGKA BERFIKIR

Untuk menjelaskan penelitian ini maka penulis membuat kerangka berfikir seperti dibawah ini :

SKEMA 2.1. Kerangka berfikir

D.

HIPOTESIS

Berdasarkan kejian teori dan kerangka berfikir tersebut diatas dapat

KONDISI AWAL :

1.

Anak kurang mampu dalam memahami sebuah cerita dan

mengalami kesulitan menjawab soal yang berhubunagn

dengan suatu cerita

2.

Nilai dalam pelajaran menyimak cerita pada siswa

Berkesulitan Belajar masih sangat rendah.

TINDAKAN

Æ

Penggunaan media VCD Dongeng Anak dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi

menyimak cerita.

HASIL :

1.

Siswa lebih mudah dalam memahami isi suatu cerita

sehingga dapat menjawab soal.

2.

Nilai pelajaran menyimak cerita pada siswa Berkesulitan

Belajar meningkat.


(51)

commit to user

D. HIPOTESIS

Berdasarkan kejian teori dan kerangka berfikir tersebut diatas dapat dinyatakan hipotesis yaitu dengan menggunakan media VCD Dongeng Anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada Anak Berkesulitan Belajar kelas 4 SDN Petoran Surakarta tahun ajaran 2010/2011.


(52)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi dimana penelitian dilakukan, sehingga diperoleh sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 di SDN Petoran NO 154 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis kurang lebih selama 5 bulan, yaitu dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai bulan April 2011. Apapun rincian kegiatan penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal dan Waktu Penelitian

NO Keterangan

Waktu Penelitian Tahun 2010-2011

DES JAN FEB MAR APR

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul& Proposal

2. Menyusun BAB I-III

3. Pengumpul an Data

4. Mengolah Data

5. Menyusun BAB IV-V

6. Laporan Hasil

Penelitian


(53)

commit to user

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008: 2). Metode dalam suatu penelitian memiliki peran yang sangat penting. Menutut Suharsimi Arikunto (2006: ³ 0HWRGH SHQHOLWLDQ DGDODK VXDWX FDUD \DQJ

GLJXQDNDQROHKSHQHOLWLGDODPXSD\DPHQJXPSXONDQGDWDSHQHOLWLQ\D´0HQXUXW

Sumardi Suryabrata (2004: ³ 0HWRGH SHQHOLWLDQ DGDODK VXDWX UDQJNDLDQ langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna

PHQGDSDWNDQSHPHFDKDQVXDWXPDVDODK´

Berdasarkan uraian pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data untuk mencari bukti-bukti/ kebenaran yang muncul dan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan pemecahan ilmiah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 88) berpendapat bahwa :

³ 3HQHOLWLDQ HNVSHULPHQ EHUWXMXDQ XQWXN PHQyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok

NRQWURO\DQJWLGDNGLNHQDLSHUODNXDQ´

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud penelitian eksperimen adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan sebab akibat antara dua variabel yang dilakukan secara berulang-ulang untuk mengetahui hubungan sebab-akibat. Adapun variebelnya meliputi:

a. Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi adalah VCD Dongeng Anak

b. Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi adalah kemampuan menyimak cerita Anak Berkesulitan Belajar kelas 4 SD Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Rancangan penelitian/ desain penelitian eksperimen yang digunaka penelitian ini adalah one group pretest-posttest design, (Sumadi Suryabrata, 2004:


(54)

commit to user

117) yaitu sekelompok subjek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (T1) dan pengukuran

akhir (T2). Rancanagan dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengukuran Perlakuan Pengukuran ( Pre Test) ( Treatment) ( Post Test )

T1 X T2

Skema 3.2. Rancangan Penelitian

Keterangan :

T1 : Tes yang diberikan sebelum diberi perlakuan/ Pre-Test

X : Perlakuan yang diberikan oleh peneliti

T2 : Tes yang diberikan sesudah diberi perlakuan/ Post-Test

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: ³SRSXODVL DGDODK NHVHOXUXKDQ

VXE\HNSHQHOLWLDQ´

Berdasarkan pendapat tentang pengertian populasi diatas penulis menyimpulkan bahwa populasi adalah kumpulan individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang ditetapkan sebagai subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami berkesulitan belajar kelas 4 SDN Petoran No 154 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 7 siswa, yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: ³VDPSHO DGDODK VHEDJLDQ DWDX

ZDNLOSRSXODVL\DQJGLWHOLWL´

Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi wakil populasi sebagai subjek penelitian. Penelitin ini tidak menggunakan sampel karena jumlah populasi kecil


(55)

commit to user

sehingga semua objek individu didalam populasi digunakan yaitu seluruh siswa berkesulitan belajar kelas 4 di SDN Inklusi Petoran No 154 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 7 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data sebagai sumber penelitian untuk memecahkan masalah yang diteliti. Dengan teknik pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian maka dapat diperoleh pemecahan masalah secara valid dan reliabel. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa metode tes dan metode dokumentasi.

Tes

Menurut Anas Sudijono (2008: 67) yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (bai berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee).

Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 21) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tes adalah sebagai berikut:

³7HVWDGDODKSHUQ\DUDDQ-pernyataan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang berdasar atasbagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan dan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara menbandingkannya

GHQJDQVWDQGDUDWDXWHVWHH\DQJODLQ´

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dendan tes adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi,nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai.


(1)

commit to user

dapat diketahui bahwa antara nilai rata-rata pretest dan posttest terdapat perbedaan yang signifikan.

B. Pengujian Hipotesis

Untuk menbuktikan hipotesis bahwa ada pengaruh positif penggunaan media VCD Dondeng Anak terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita anak berkesulitan belajar kelas 4b di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011, maka digunakan analisis Uji Rangking Bertanda Wilcoxson. Hasil perhitungan SPSS release 15 analisis Uji Rangking Bertanda Wilcoxson adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Perhitungan Analisis Data Kemampuan Menyimak Sebelum Dengan Sesudah Perlakuan.

Des criptive Statistics

7 16.14 1.574 14 18

7 22.00 1.155 20 23

Pretest Postes t

N Mean Std. Deviation Minimum Max imum

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

0a .00 .00

7b 4.00 28.00 0c

7 Negative Ranks

Positive Ranks Ties

Total Postes t - Pretes t

N Mean Rank Sum of Ranks

Postes t < Pretest a.

Postes t > Pretest b.

Postes t = Pretest c.


(2)

commit to user

Tes t Statisticsb

-2.410a .016 Z

A sy mp. Sig. (2-tailed)

Postes t -Pretest

Based on negative ranks. a.

Wilc oxon Signed Ranks Tes t b.

Hasil uji hipotesis pada perhitungan nilai pretest dan posttest tentang keterampilan menyimak dihasilkan Z hitung -2,410 dengan P = 0,016. Maka dapat disimpulkan bahwa media VCD Dongeng Anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berpengaruh positif terhadap kemampuan menyimak cerita pada Anak Berkesulitan Belajar kelas 4b di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

C. Rangkuman Pembuktian Hipotesis

Berdasarkan analisis di atas diperoleh nilai Z adalah -2,410 dan P adalah 0,016. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, seperti tampak dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.7. Kesimpulan Hasil Penelitian

Hipotesis Asymp.Sig (2-tailed)

Taraf Signifikansi

Į

Kesimpulan

Hipotesis nihil:

Tidak ada pengaruh penggunaan media VCD Dongeng Anak terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita Anak Berkesulitan Belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Hipotesis Alternatif:

Ada pengaruh penggunaan media VCD Dongeng Anak terhadap peningkatan kemampuan menyimak

0,016 0.05 Hipotesis

dotolak

Hipotesis diterima


(3)

commit to user

cerita Anak Berkesulitan

Belajat kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Berdasarkan hasil analisis data diatas maka Ha yang berbunyi media VCD

Dongeng Anak berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita Anak Berkesulitan Belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Dari analisis deskriptif diketahui mean setelah perlakuan mempunyai nilai yang lebih besar daripada nilai mean sebelum perlakuan, yaitu mean setelah perlakuan 22,00 dan mean sebelum perlakuan 16,14.

Dengan demikian, dari perbandingan data diatas dapat disimpulkan bahwa media VCD Domgeng Anak berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita Anak Berkesulitan Belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/201.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah diolah, maka dapat dikaji pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: berdasarkan hasil analisis data maka dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan pada nilai rata-rata kemampuan menyimak yang diperoleh antara tes awal sebelum mendapat

treatment (pretest) dimana nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 16,14 sedangkan

nilai rata-rata kemampuan menyimak yang diperoleh sesudah mendapat treatment

(posttest) diperoleh nilai rata-rata sebesar 22,00. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa siswa yang sudah diberikan treatment melalui penggunaan media VCD Dongeng Anak memiliki hasil nilai kemampuan menyimak yang lebih tinggi dibandingkan nilai yang diperoleh sebelum mendaparkan treatment.

Pengujian hipotesis yang diperoleh dari hasil uji tes rangking bertanda Wilcoxson yang dioleh menggunakan prosram komputer SPSS 15 diperoleh hasil nilai Z hitung = -2,410 dengan probabilitas < 0,o16. Dengan demikian nilai P


(4)

commit to user

hitung lebih kecil dari probabilitas prevalue Į maha diperoleh hipotesis yang berbunyi ada pengaruh positif penggunaan media VCD Dongeng Anak terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita anak berkesulitan belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya.

Dalam pelaksanan penelitian ini terdapat kelemahan yang berupa hambatan dalam pelaksanaan penelitian yang disebabkan karena masalah waktu yang akan bertepatan dengan waktu Ujian Tengah Semester sehingga penelitian diajukan, dalam hal persiapan media pembelajaran kurang matang sehingga sedikit menhhambat jalannya penelitian, dalam hal kesiapan subjek penelitian kurang terkoordinir, dan dalam masalah tempat penelitian yang kurang memadahi.sehingga untuk lebih memaksimalkan hasil pada penelitian ini peneliti memerlukan persiapan yang matang untuk menghindari hambatan-hambatan dalam pelaksanaan jalannya penelitian.

Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peran penting bagi siswa didalam mencapai hasil prestasi belajar, pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, dan merupakan mata pelajaran wajib dalam ujian nasional. Sehingga siswa dituntut untuk benar-benar menguasai pelajaran Bahasa Indonesia.

Pada anak berkesulitan belajar yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran Bahasa Indonesia yang disebabkan karena kesulitan anak dalam memahami konsep sehingga anak tidak mampu mengembangkan konsep yang dimiliki, kesulitan anak dalam memahami bacaan yang tersedia dalam soal dan kesulitan anak dalam menuangkan pikiran kedalam tulisan. Sehingga daat menyebabkan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia yang dicapai bahkan menyebabkan anak tertinggal dengan teman yang lainnya.

Sistem pendidikan di Sekolah Dasar dapat meningkatkan kemampuan Bahasa Indonesia terutama dalam meningkatkan kemampuan menyimak cerita bagi murid-murid khususnya siswa Anak Berkesulitan Belajar dengan cara


(5)

commit to user

mengembangkan kualitas media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Pengajaran menyimak cerita pada biasanya hanya dilakukan dengan membaca sebuah cerita kemudian menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita yang disajikan, sehingga pada anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan dalam memahami isi cerita dan mengalami kebosanan dalam mengikuti pembelajaran menyimak, sehingga diperlukan kreatifitas guru dalam memilih media pembelajaran yang tepat dan menarik minat siswa yang digunakan untuk pelajaran menyimak cerita.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan menyimak cerita adalah dengan menggunakan VCD Dongeng Anak. (Grace,2009, dalam Journal of Media ) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dapat ditransfer dari radio, film, TV, Video kedalam pikiran murid. Menutut Mulyasa (2009:78-79) berpendapat:

³0HGLD DGDODK EHQWXN MDPDN GDUL NDWD PHGLXP PHUXSDNDQ LVWLODK GDUL

bahasa latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, dapat pula diartikan sebagai alat, sarana, atau wahana. Media seringkali ditemukan sebagai istilah dalam bidang komunikasi maupun transportasi yang memiliki arti sebagai alat untuk berkomunikasi. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran biasa disebut media pendidikan atau media pengajaran.

Media VCD Dongeng Anak juga dapat membantu mengurangi kebosanan siswa karena dalam VCD Dongeng Anak disajikan gambar animasi yang sangat disukai anak sehingga mainat siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian bahwa antara antara karakteristik anaka berkesulitan belajar yang mempuanyai kemampuan menyimak cerita rendah dengan media VCD Dongeng Anak saling berhubungan. Sehingga berpengaruh terhadap kemampuan menyimak cerita anak berkesulitan belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Dengan demikian penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam hal ini, VCD Dongeng Anak merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita.


(6)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : Media VCD Dongeng Anak dalam pembelajaran Bahasa Indoneisa berpengaruh terhadap peningkatan hasil nilai kemampuan menyimak anak berkesulitan belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Implikasi

Dengan penelitian ini diketahui bahwa ada pengaruh penggunaan media VCD Dongeng Anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap peningkatan kemampuan menyimak cerita anak kesulitan belajar kelas 4 di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 maka implikasi yang diambil adalah: Untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada anak berkesulitan belajar dapat menggunakan VCD Dongeng Anak.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi guru untuk menggunakan media VCD Dongeng Anak dalam pembelajaran menyimak untuk menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran menyimak dan dapat meningkatkan nilai kemampuan menyimak pada anak berkesulitan belajar.

2. Diharapkan bagi peneliti untuk lebih matang dalam mempersiapkan penelitian dan mengkoordinasi waktu dengan baik dengan jadwal di sekolah.