63
Gejala disleksia auditoris adalah sebagai berikut: 1 Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan persepsi sehingga
mengalami kesulitan dalam analisis fonetik. Contohnya anak tidak dapat membedakan kata “kakak, katak, kapak”;
2 Kesulitan analisis dan sintesis auditoris. Contohnya “ibu” tidak dapat diuraikan menjadi “i-bu” atau problem sintesa “p-i-ta”
menjadi “pita”. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan membaca dan mengeja;
3 Kesulitan reauditoris bunyi atau kata. Jika diberi huruf tidak dapat mengingat bunyi huruf atau kata tersebut, atau kalau
melihat kata tidak dapat mengungkapkannya walaupun mengerti arti kata tersebut;
4 Membaca dalam hati lebih baik dari membaca lisan; 5 Kadang-kadang disertai gangguan urutan auditoris;
6 Anak cenderung melakukan aktivitas visual;
Gejala- geajala disleksia visual adalah sebagai berikut: 1 Tendensi terbalik, misalnya b dibaca d, p menjadi g, u menjadi
n, m menjadi w, dan sebagainya; 2 Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf atau kata yang
mirip; 3 Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Jika diberi
huruf cetak untuk menyusun kata mengalami kesulitan, misalnya kata “ibu” menjadi “ubi”, atau “iub”;
4 Memori visual terganggu; 5 Kecepatan persepsi lambat;
6 Kesulitan analisis dan sintesis visual; 7 Hasil tes membaca buruk;
8 Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditoris
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Sulistyowati 2006 tentang “Pengaruh Penggunaan Media Cerita Bergambar Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Anak Tuna Grahita Kelas
D5 SLB-C YSSD Cengklik Surakarta” menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif penggunaan media cerita bergambar terhadap prestasi belajar bidang studi Bahasa
Indonesia.
C. Kerangka Pemikiran
64
Dengan diberikannya media cerita bergambar untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan membaca pada anak berkesulitan belajar, maka
kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 2. 1. Kerangka Pemikiran
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori penelitian ini, dapat dirumuskan hipotesis bahwa:
1. Penggunaan media cerita bergambar berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan menyimak pada anak berkesulitan belajar kelas II SDN
Petoran Jebres Surakarta Tahun Ajaran 20092010. 2. Penggunaan media cerita bergambar berpengaruh terhadap peningkatan
keterampilan membaca pada anak berkesulitan belajar kelas II SDN Petoran Jebres Surakarta Tahun Ajaran 20092010.
3. Penggunaan media cerita bergambar berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan menyimak dan membaca pada anak berkesulitan belajar
kelas II SDN Petoran Jebres Surakarta Tahun Ajaran 20092010.
BAB III
Penggunaan media cerita bergambar
Ketrampilan menyimak dan membaca
Ketrampilan menyimak dan membaca
Pre test Post test
65
METODELOGI PENELITIAN A.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau teknik utama yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian dengan melalui metode-metode ilmiah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain one group pre test-post test design. Dimana desain ini digunakan
untuk mengetes, mengecek dan memverifikasikan hipotesa tentang ada tidaknya peningkatan keterampilan menyimak dan membaca siswa kelas II SD Negeri
Petoran Jebres Surakarta yang berkesulitan belajar menggunakan media cerita bergambar untuk bidang studi Bahasa Indonesia.
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Sumadi Suryabrata, 1997:41 Skema 3. 1. Rancangan Penelitian
Alasan digunakannya desain tersebut adalah pada penelitian ini, hanya ada satu kelompok sehingga tidak ada kelompok pembanding.
Variabel dalam penelitian ini ada dua, variabel bebas yaitu media cerita bergambar dan variabel terikat yaitu keterampilan menyimak dan membaca.
B. Tempat dan Waktu Penelitian