Habitat dan morfologi Artemia salina Leach

10 butil eter MTBE dan etilasetat. Hasil dariproses partisi yang diperoleh masing- masing dapat diuji aktivitas biologisnya untuk mengidentifikasi keaktifan komponen bioaktif yang terkandung Venn, 2008.

2.4 Artemia salina Leach

Artemia merupakan zooplankton yang diklasifikasikan ke dalam filum Arthropoda dan kelas Crustaceae dari suku Artemidae. Organisme sejenis udang- udangan berukuran kecil. Artemia salina Leach sebelumnya telah digunakan untuk berbagai macam uji hayati, seperti uji pestisida dan ketoksikan dalam air laut Meyer, et al., 1982; Widyastuti, 2008. Secara lengkap sistematika Artemia salina Leachmenurut Mudjiman 1989 dapat dijelaskan sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Subkelas : Branchiopoda Ordo : Anostraca Famili : Artemidae Genus : Artemia Spesies : Artemia salina Leach.

2.4.1 Habitat dan morfologi

Artemia salinaLeachmerupakan jenis udang-udangan yang hidup dalam air yang berkadar garam tinggi. Artemia salina Leachtumbuh baik pada temperatur 25-30 C. Keistimewaan Artemia salina Leachadalah memiliki toleransi kemampuan beradaptasi dan mempertahankan diri dari kisaran kadar garam yang sangat luas. Beberapa ditemukan di rawa asin hanya pada pedalaman Universitas Sumatera Utara 11 bukit pasir pantai, tidak pernah ditemukan di laut itu sendiri karena terlalu banyak predator Mudjiman, 1989. Telur Artemia salinaLeach atau siste adalah telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras dan mempermudah pengapungan, sehingga tahan menghadapi keadaan lingkungan yang buruk Panjaitan, 2011. Telurnya merupakan makanan ikan tropis dan telur tersebut dapat dijumpai di toko-toko penjual ikan hias dalam keadaan kering. Telur Artemia yang kering direndam dalam air laut pada suhu 25-30 C, akan menetas dalam waktu 24-36 jam dan dari dalam cangkang keluar larva yang disebut dengan istilah naupliusMudjiman, 1989atau nauplii Indiastuti, et al., 2008. Perkembangan selanjutnyalarva akan mengalami 15 kali perubahan bentuk. Setiap kali mengalami perubahan bentuk merupakan satu tingkatan. Tahapan perkembangan pertama disebut instar I, tingkat II instar II, tingkat III instar III, demikian selanjutnya sampai instar XV. Instar I bentuk lonjong, panjang sekitar 0,4 mm dan beratnya 15 mikrogram, warnanya kemerah-merahan karena masih banyak mengandung cadangan makanan dan masih belum memerlukan makanan. 24 jam setelah menetas, larva akan berubah menjadi instar II. Instar II mulai memiliki mulut, saluran pencernaan dan dubur, berfungsi mencari makanan karena cadangan makanan sudah mulai habis, tingkatan selanjutnya mulai terbentuk sepasang mata majemuk, berangsur-angsur tumbuh tunas-tunas kakinya. Instar XV, kakinya sudah lengkap 11 pasang yang disebut dengan Artemiadewasa. Proses ini berlangsung antara 1-3 minggu. Artemia salinaLeach mempunyai Universitas Sumatera Utara 12 panjang sekitar 1 cm, beratnya 10 mg, dapat hidup sampai 6 bulan dan bertelur 4- 5. Setiap kali bertelur dapat menghasilkan 50-300 butir telur Mudjiman, 1989. Gambar 2. Tahap pertumbuhan Artemia salinaLeach Mudjiman, 1989 2.4.2 Penggunaan Artemia salinaLeach pada metode BSLT Artemia salina Leach secara luas telah digunakan untuk pengujian aktivitas farmakologi ekstrak suatu tanaman. Artemia salinaLeach juga merupakan hewan uji yang digunakan untuk praskrining aktivitas kanker di Institut Kanker Nasional, Amerika Serikat. Uji BSLT dengan hewan uji Artemia salinaLeach dapat digunakan untuk skrining awal terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antikanker maupun fisiologi aktif tertentu Panjaitan, 2011.

2.5 Toksisitas

Dokumen yang terkait

Uji Sitotoksik Fraksi Etilasetat Daun Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

6 22 91

Uji Sitotoksik Fraksi Etilasetat Daun Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 0 14

Uji Sitotoksik Fraksi Etilasetat Daun Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 0 2

Uji Sitotoksik Fraksi Etilasetat Daun Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 0 4

Uji Toksisitasekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Air Daun Titanus (Leea aequata L.) Terhadap Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 0 15

Uji Toksisitasekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Air Daun Titanus (Leea aequata L.) Terhadap Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 0 2

Uji Toksisitasekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Air Daun Titanus (Leea aequata L.) Terhadap Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 0 4

Uji Toksisitasekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Air Daun Titanus (Leea aequata L.) Terhadap Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 0 10

Uji Toksisitasekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Air Daun Titanus (Leea aequata L.) Terhadap Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 3 4

Uji Toksisitasekstrak Etanol dan Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Air Daun Titanus (Leea aequata L.) Terhadap Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

0 0 48