30
ungu sehingga negatif mengandung triterpenoid. Menurut Harbone 1987 triterpenoid menunjukkan warna merah, merah muda atau ungu sedangkan
steroid akan menghasilkan warna biru kehijauan.
4.7 Uji Toksisitas
Uji toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik dalam kaitannya dengan penggunaan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan tersebut
Widyastuti, 2008. Brine Shrimp Lethality Test merupakan salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat toksik dan digunakan sebagai uji hayati
yang pertama untuk penelitian bahan alam karena cepat, murah, sederhana tidak memerlukan
teknik aseptik,
untuk melakukannya
tidak memerlukan
peralatankhusus dan membutuhkan sampel yang relatif sedikit dalam pengujian BSLT ini.
Nilai LC
50
nilai LC50. LC50 LethalConcentration 50 adalah tingkat konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk mematikan50 dari hewan yang diuji.
Sehingga, apabila jumlah mortalitas lebih dari 50 dapatdipastikan nilai LC
50
˂ 1000 μgml atau 1000 ppm. Metode ini menggunakan larva Artemia salina Leach
sebagai hewan uji. Uji toksisitas dengan metode ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu
rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian dosisi uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai LC
50
dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach Kemala, 2012. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan
metode BSLT jika harga LC
50
1000 µgml Meyer, et al., 1982. Kematian larva Artemia salina Leach berhubungan dengan konsentrasi dan senyawa-senyawa
Universitas Sumatera Utara
31
yang terkandung di dalam larutan uji yang telah kita teliti tersebut Cahyadi, 2009; Mutia, 2010.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier pengujian toksisitas larutan uji terhadap larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada Tabelberikut:
Tabel 4.2 Hasil pengukuran LC
50
dengan metode BSLT
Menurut Meyer, et al., 1982, jika ekstrak mempunyai nilai LC
50
1000 µgml maka ekstrak tersebut bersifat toksik pada larva Artemia salina Leach.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak dan fraksi memiliki aktivitas toksik terhadap larva Artemia salina Leach karena nilai LC
50
nya masih dibawah 1000 µgml.
Tabel 4.3 Tingkat nilai toksisitas LC
50
Anderson, 1991 No
Nilai LC
50
µgml Tingkat Toksisitas
1 2
3 4
– 250 250
– 500 500
– 750 750
– 1000 Sangat toksik
Toksik Sedang
Tidak toksik Berdasarkan pembagian tingkat toksisitas LC
50
menurut Anderson 1991 diatas, maka nilai LC
50
yang diperoleh dari ekstrak dan fraksi termasuk kedalam tingkat sangat toksik dengan rentang nilai antara 0
– 250 µgml. Perbedaan toksisitas antara ekstrak dan fraksi ini dapat disebabkan oleh senyawa yang
terkandung pada masing-masing ekstrak dan fraksi. Pada ekstrak etanol nilai LC
50
yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan fraksi n-heksana yaitu 24,7007 µgml, diduga karena senyawa yang terkandung di dalamnya yaitu flavonoid,
steroidtriterpenoid, saponin, glikosida dan tanin yang apabila masuk kedalam No
EktrakFraksi LC
50
µgml 1.
Etanol 24,7007
2. n-Heksana
30,8936 3.
Etilasetat 47,4319
4. Air
79,5144
Universitas Sumatera Utara
32
saluran pencernaan larva dapat mengganggu proses fisiologis sel Cahyadi, 2009. Pada fraksi n-heksana memiliki nilai LC
50
30,8936 µgml. Hal ini disebabkan karena pelarut n-heksana merupakan pelarut non polar sehingga dapat menarik
enyawa-senyawa yang
bersifat non
polar seperti
steroidtriterpenoid. Steroidtriterpenoid dalam kadar tertentu dapat menyebabkan kematian terhadap
larva dengan cara menghambat daya makan Cahyadi, 2009. Fraksi etilasetat memiliki nilai LC
50
47,4319 µgml. Aktivitas toksiknya diduga disebabkan oleh flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid yang memiliki aktivitas toksik pada larva
Artemia salina Leach. Nilai LC
50
paling tinggi dibandingkan larutan uji lainnya adalah fraksi air yaitu 79,5144 µgml. Diduga karena adanya senyawa saponin
yang memiliki efek menghemolisa darah. Walaupun demikian LC
50
nya masih dapat dikatakan toksik karena kurang dari 1000 µ gml. Suatu ekstrak memiliki
aktivitas toksik yang kuat dapat dilihat dari rendahnya nilai LC
50
. Pada manusia, senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik pada kadar tertentu, dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem metabolisme tubuh, dimana senyawa aktif tersebut dapat menjadi inhibitor pada enzim sehingga mengganggu proses
replikasi DNA. Menurut Cahyadi 2009 Apabila suatu ekstrak tanaman besifat toksik menurut nilai LC
50
dengan metode BSLT, maka tanaman tersebut dapat dikembangkan sebagai obat dan dilakukan isolasi terhadap zat aktif.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN