Pengertian Implementasi Persepsi TINJAUAN PUSTAKA

3. Mengimplementasikan 100 KTR di tempat umum, tempat kerja, tempat pendidikan 4. Memperbesar peringatan merokok dan menambahkan gambar akibat kebiasaan merokok pada bungkus rokok.

2.2 Pengertian Implementasi

Steiner dan Miner 1997 menyebutkan bahwa implementasi mengarah pada aktivitas apapun yang dibutuhkan untuk mengaktifkan manusia dan menggunakan berbagai jenis sumber daya untuk mencapai rencana yang telah disusun dalam proses perencanaan. Perilaku manusia dalam melaksanakan aktivitasnya merupakan suatu hasil kompleks dari berbagai faktor. Implementasi berfungsi membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai outcome hasil akhir dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah Solichin, 2008. Steiner dan Miner 1997 menyatakan bahwa variabel yang memengaruhi keberhasilan suatu implementasi antara lain komunikasi dan sumber daya. Perilaku pekerjaan yang menyimpang dari peran yang diharapkan akan menjadi penyebab kegagalan implementasi. 2.3 Kawasan Tanpa Rokok 2.3.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat dengan KTR, merupakan ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan Universitas Sumatera Utara memproduksi, menjual, mengiklankan, danatau mempromosikan produk tembakau. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012, disebutkan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan umum dinyatakan sebagai KTR dan pemerintah daerah wajib mewujudkannya. Pimpinan atau penanggung jawab tempat-tempat yang dinyatakan sebagai KTR wajib menetapkan dan menerapkan KTR.

2.3.2 Prinsip Dasar KTR

WHO dalam Tobacco Free Initiative Bab 8 2010 menyebutkan bahwa peraturan KTR yang efektif adalah yang dapat dilaksanakan dan dipatuhi. Agar peraturan KTR dapat dilaksanakan diimplementasikan dan dipatuhi, perlu dipahami prinsip-prinsip dasar KTR. Prinsip dasar tersebut antara lain : 1. Asap rokok orang lain mematikan. 2. Tidak ada batas aman bagi paparan asap rokok orang lain. 3. Setiap warga negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan asap rokok orang lain. 4. Setiap pekerja berhak atas lingkungan tempat kerja yang bebas dari asap rokok orang lain. 5. Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100 yang dapat memberi perlindungan penuh bagi masyarakat. 6. Pembuatan ruang merokok dengan ventilasifiltrasi udara tidak efektif. Universitas Sumatera Utara Beberapa hal yang menjadi prinsip dasar pengembangan KTR menurut WHO 2010 antara lain : 1. Semua orang berhak dilindungi kesehatannya dari paparan asap rokok. 2. KTR merupakan upaya efektif untuk melindungi seluruh masyarakat dari asap rokok orang lain. 3. Perlu peraturan berbentuk legislasi yang mengikat secara hukum. 4. Untuk mencapai keberhasilan dalam penegakan dan penerapan KTR diperlukan perencanaan yang baik dan SDM yang memadai. 5. LSM dan Lembaga Profesi mempunyai peran yang penting. 6. Pelaksanaan peraturan, penegakkan hukum, dan dampak KTR harus dimonitor dan dievaluasi.

2.3.3 Dasar Hukum KTR

Beberapa dasar hukum terkait KTR di Indonesia, antara lain : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni : a. Pada pasal 10 dinyatakan bahwa setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial. b. Pada pasal 11 dinyatakan bahwa setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Universitas Sumatera Utara c. Pada pasal 113 ayat 1 dan 2 Pada ayat 1 tertulis mengenai pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Pada ayat 2 yaitu zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya danatau masyarakat sekelilingnya. d. Pasal 115 ayat 1 dan 2. Ayat 1 tentang KTR antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum serta tempat lain yang ditetapkan. Ayat 2 yaitu pemerintah daerah wajib menetapkan KTR di wilayahnya. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen a. Pada pasal 2 tertulis mengenai perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. b. Pada pasal 3 dinyatakan bahwa perlindungan konsumen bertujuan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab dalam berusaha dan meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak a. Pada pasal 44 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan. b. Pada pasal 45 ayat 1 dan 2. Pada ayat 1 tertulis mengenai orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. Pada ayat 2 dinyatakan bahwa dalam hal orang tua dan keluarga yang tidak mampu melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, maka pemerintah wajib memenuhinya. c. Pada pasal 59 dinyatakan bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat seperti anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika,dan zat adiktif lainnya napza. Berdasarkan pasal ini berkaitan juga dengan perlindungan anak dari asap rokok dan penggunaan rokok. Universitas Sumatera Utara 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 1 ayat 21 dinyatakan bahwa bahan berbahaya dan beracun adalah zat, energi, danatau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan danatau merusak lingkungan hidup, danatau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang terdapat pada pasal 46 ayat 3 yang terutama menyatakan siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif serta promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia a. Pada pasal 69 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ayat 2 menyatakan setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya. b. Pada pasal 70 dinyatakan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang Universitas Sumatera Utara ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, terutama pada pasal 29 ayat pertama dinyatakan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai KTR. 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu pada pasal 2 dinyatakan bahwa pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha danatau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi danatau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien. 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan yaitu: a. Pasal 2 ayat 2 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan bertujuan untuk: melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan dari bahaya bahan yang Universitas Sumatera Utara mengandung karsinogen dan zat adiktif dalam produk tembakau yang dapat menyebabkan penyakit, kematian, dan menurunkan kualitas hidup; melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau; meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa merokok; dan melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain. b. Pasal 8 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan meliputi: produksi dan impor; peredaran; perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil; dan KTR. c. Pasal 31 menyatakan bahwa selain pengendalian iklan produk tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, iklan di media luar ruang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: tidak diletakkan di KTR; tidak diletakkan di jalan utama atau protokol; harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang; dan tidak boleh melebihi ukuran 72 m 2 tujuh puluh dua meter persegi. d. Pasal 49 menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan, pemerintah dan pemerintah daerah wajib mewujudkan KTR. Universitas Sumatera Utara e. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa KTR sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 antara lain: fasilitas pelayanan kesehatan; tempat proses belajar mengajar; tempat anak bermain; tempat ibadah; angkutan umum; tempat kerja; dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Ayat 4 menyatakan pimpinan atau penanggung jawab tempat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib menerapkan KTR. f. Pasal 52 menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan KTR di wilayahnya dengan Peraturan Daerah. 10. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84 Menkes Inst II 2002 tentang KTR di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan 11. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 4U1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok. 12. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161MenkesInstIII1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok. 13. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188 dan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 7 Tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan KTR. a. Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa KTR meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya yang ditetapkan. Ayat 2 menyatakan bahwa pimpinan atau penanggung jawab tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib menetapkan dan menerapkan KTR. Universitas Sumatera Utara b. Pasal 4 menyatakan bahwa KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum dilarang menyediakan tempat khusus untuk merokok dan merupakan KTR yang bebas dari asap rokok hingga batas terluar. c. Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 tempat kerja dan tempat umum dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok. Ayat 2 menyatakan bahwa tempat khusus untuk merokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi persyaratan : 1. Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik. 2. Terpisah dari gedungtempatruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas. 3. Jauh dari pintu masuk dan keluar. 4. Jauh dari tempat orang berlalu-lalang. 2.3.4 Tujuan Penetapan KTR Penetapan KTR memiliki beberapa tujuan, antara lain menumbuhkan kesadaran bahwa merokok merugikan kesehatan, menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok, serta menurunkan angka kesakitan danatau kematian dengan cara mengubah Universitas Sumatera Utara perilaku masyarakat untuk hidup sehat Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 35 Tahun 2012.

2.3.5 Implementasi KTR

Aturan terkait KTR telah banyak diterapkan, baik secara internasional maupun nasional. Di negara-negara maju seperti Amerika, Australia, dan beberapa negara di Eropa mulai gencar menerapkan KTR secara efektif. Di Amerika, Pemerintah Kota New York telah mengeluarkan Undang-Undang Bebas Asap Rokok sejak tahun 2002 yang mengatur tentang KTR termasuk di restoran. Di Australia, terdapat aturan pencabutan SIM pengendara yang sedang merokok di kendaraannya apabila di dalamnya ada anak berumur di bawah 16 tahun. Beberapa kota yang berhasil menerapkan peraturan terkait KTR secara efektif dengan penegakan hukum yang ketat serta diikuti tingkat kepatuhan masyarakat dan pelaku bisnis yang cukup tinggi yakni Kota New York dan Irlandia TCSC-Policy Paper, 2012. Pedoman pelaksanaan KTR sendiri telah ditetapkan di Indonesia sejak tahun 2011. Melalui perumusan MOU Memorandum of Understanding antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri, terciptalah Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri terkait pedoman pelaksanaan KTR. Di Indonesia telah terdapat 59 kabupatenkota di 23 provinsi yang telah memiliki peraturan terkait KTR. Peraturan itu diwujudkan ke dalam beberapa bentuk, antara lain berupa peraturan daerah, surat edaran gubernur, danatau peraturan bupatiwalikota Health Compas, 2013. Universitas Sumatera Utara DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia merupakan salah satu kota yang telah menetapkan aturan terkait KTR. Pemerintah DKI Jakarta telah menunjukkan usahanya dalam mengembangkan aturan KTR dengan memperbaharui Peraturan Gubernur Nomor 75 Tahun 2005 terkait Kawasan Dilarang Merokok menjadi aturan yang lebih detail dalam perangkatnya melalui Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 88 Tahun 2010 TCSC-Policy Paper, 2012. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga telah mulai menetapkan aturan tentang KTR yakni pada Perkantoran di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara melalui Peraturan Gubernur Nomor 35 Tahun 2012. Peraturan ini berlaku sejak tanggal 10 September 2012. Di dalam aturan tersebut dinyatakan bahwa KTR adalah tempat atau area yang telah dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, danatau mempromosikan produk tembakau. Area yang disebutkan untuk larangan merokok tersebut antara lain taman perkantoran, tempat parkir, lapangan apelupacara, lobby, ruang kerja, ruang rapat, ruang sidang seminar, gudang, kantin, lift, dan kamar mandi. Tempat-tempat yang dinyatakan KTR pada umumnya telah dilengkapi dengan himbauan untuk tidak merokok di kawasan tersebut, baik berupa poster, stiker, simbol larangan merokok, teguran, maupun aturan tertulis. Namun dalam implementasi ataupun penerapannya, KTR belum dapat diterapkan sesuai dengan aturan yang telah berlaku. Hal ini disebabkan berbagai faktor, antara lain tidak kuatnya hukum yang mengikat aturan tersebut disebabkan tidak adanya sanksi yang tegas serta kesadaran masyarakat yang rendah mengenai kegiatan merokok yang tidak Universitas Sumatera Utara hanya dapat merugikan kesehatan individu tetapi juga masyarakat secara luas TCSC- Policy Paper, 2012.

2.4 Persepsi

Persepsi merupakan proses yang dilakukan manusia dalam mengorganisasi dan menafsirkan kesan indera yang dimiliki dalam rangka untuk memberikan makna kepada lingkungan. Persepsi seseorang tidak hanya dapat berbeda dari kenyataan obyektif, tetapi juga dapat memungkinkan adanya ketidaksepakatan. Persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain karakteristik individu, karakteristik situasi, dan karakteristik target Robbins, 2010. Gambar 2.1 Diagram Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Robbins, 2006 Persepsi Faktor pada Pemersepsi : - sikap - kepribadian - motif - kepentingan atau minat - pengalaman masa lalu - harapan Faktor dalam Situasi : - waktu - keadaan tempat - keadaan sosial Faktor pada Target : - hal yang baru - gerakan - bunyi - ukuran - latar belakang - kedekatan Universitas Sumatera Utara Notoatmodjo 2005 membagi faktor yang memengaruhi persepsi ke dalam 2 bagian, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yakni faktor yang melekat pada objeknya, antara lain : a. Kontras: cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras, baik pada warna, ukuran, bentuk, atau gerakan. b. Perubahan intensitas: perubahan suara atau cahaya dari intensitas tinggi ke rendah akan menarik perhatian. c. Pengulangan: meski pada awalnya stimulus tentang suatu hal tidak masuk dalam rentang perhatian, dengan pengulangan maka hal tersebut lama-kelamaan akan mendapat perhatian. d. Sesuatu yang baru: suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian daripada sesuatu yang telah diketahui sebelumnya. e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan lebih mudah menarik perhatian. Faktor internal yakni faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut, antara lain : a. Pengalamanpengetahuan: pengalaman masa lalu ataupun pengetahuan dari apa yang dipelajari sebelumnya akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menginterpretasikan stimulus yang diterima. b. Harapan: harapan terhadap sesuatu akan memengaruhi persepsi terhadap suatu stimulus. Universitas Sumatera Utara c. Kebutuhan: kebutuhan akan menyebabkan suatu stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian dan menyebabkan perbedaan cara menginterpretasikan stimulus tersebut. d. Motivasi: motivasi akan memengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu stimulus. e. Emosi: emosi seperti rasa takut-berani, sedih-senang, marah, dan sebagainya, akan memengaruhi persepsi seseorag terhadap suatu stimulus. f. Budaya: seseorang dengan latar budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, tetapi akan mempersepsikan orang- orang di luar kelompoknya sebagai “sama saja”.

2.5 Kerangka Berpikir