23
b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
1 Pasal 9 ayat 1 yang berbunyi:
“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya”. 2
Pasal 9 ayat 2 yang berbunyi: “Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, khusus bagi anak
yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan
pendidikan khusus”. 3
Pasal 52 yang berbunyi: “Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas
untuk memperoleh pendidikan khusus”. Pasal 9 dan 52
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap peserta didik yang mempunyai kelebihan dan
potensi diberikan kemudahan untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai bakat dan minat melalui pendidikan khusus.
c. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Aris Fajar Pambudi menyatakan bahwa dalam Undang-undang No. 3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional menjadi rujukan utama penyelenggaraan olahraga dan pendidikan olahraga di Indonesia yang isinya
antara lain mencakup prinsip penyelenggaraan keolahragaan, ruang lingkup, pembinaan dan pengembangan olahraga, pengelolaan keolahragaan,
24
penyelenggaraan kejuaraan, sarana dan prasarana olahraga hingga pendanaan kegiatan olahraga Tatang, dkk, 2011
d. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
1 Pasal 25 ayat 1 yang berbunyi:
“Pemerintah provinsi melakukan pembinaan berkelanjutan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa untuk
mencapai prestasi puncak dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, danatau olahraga pada tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, provinsi,
nasional, dan internasional”. 2
Pasal 127 yang berbunyi: “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa”. 3
Pasal 134 ayat 1 yang berbunyi: “Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
danatau bakat istimewa berfungsi mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan karakteristik
keistimewaannya”. 4
Pasal 134 ayat 2 yang berbunyi: “Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
danatau bakat istimewa bertujuan mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan
25
kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik, dan kecerdasan lain.”
5 Pasal 135 ayat 1 yang berbunyi :
“Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan
formal TKRA, SDMI, SMPMTs, SMAMA, SMKMAK, atau bentuk lain yang sederajat”.
6 Pasal 135 ayat 2 yang berbunyi :
“Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa dapat berupa: a. program percepatan;
danatau b. program pengayaan. 7
Pasal 135 ayat 5 yang berbunyi : “Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilakukan dalam bentuk: a. kelas biasa; b.
kelas khusus; atau c. satuan pendidikan khusus”. 8
Pasal 136 yang berbunyi: “Pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 satu satuan
pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa”.
Dalam pasal dan ayat yang telah disebutkan diatas mengandung makna bahwa penyelenggaraan pendidikan khusus diperuntukkan untuk peserta didik yang
mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa, penyelenggaraan pendidikan
26
khusus tersebut diselenggarakan dalam bentuk kelas biasa, kelas khusus dan satuan pendidikan khusus sedangkan program pendidikan untuk mewadahi peserta
didik tersebut berupa program pengayaan dan program percepatan. Adapun penyelenggaraan pendidikan khusus dapat diselenggarakan pada satuan
pendidikan formal dengan paling sedikit satu satuan pendidikan khusus di setiap provinsi.
e. Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 57KEP2010 tentang
Penunjukkan SMA Negeri 4 Kota Yogyakarta sebagai Rintisan Sekolah Olahraga
Surat Keputusan Walikota Nomor 57Kep2010 merupakan tindak lanjut
beberapa Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang telah disebutkan sebelumnya. Pemerintah Kota Yogyakarta merespon berbagai macam bentuk
landasan yuridis tersebut dengan menunjuk SMA Negeri 4 Yogyakarta secara langsung sebagai rintisan sekolah olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan
prestasi dan pembinaan olahraga secara terpadu pada jalur pendidikan formal yang berkelanjutan di Kota Yogyakarta.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembinaan Kelas Khusus Bakat Istimewa
Olahraga BIO Pembinaan merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan potensi
peserta didik yang mempunyai potensi ataupun bakat. Tujuan pembinaan prestasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa sesuai
dengan Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa pasal 1
adalah: