139
Fasilitas yang dimiliki SMA Negeri 4 Yogyakarta belum memadai, seperti lapangan sepakbola yang belum standar, tidak adanya lapangan bulu tangkis,
jumlah bola sepak yang masih kurang. Untuk menangani hal tersebut sekolah berupaya untuk menyewa tempat latihan ataupun membeli peralatan yang lebih
layak. Namun, pembelian peralatan olahraga hanya dilakukan setiap satu tahun sekali dan belum tentu seluruh peralatan yang dibutuhkan dapat terpenuhi pada
tahun itu juga. Dana untuk kelas khusus BIO sangat terbatas. Sumber dana untuk kelas
khusus BIO didapatkan dari APBN yang diwakilkan Pemerintah kota serta APBS. Sekolah tidak mendapat dana dari masyarakat atau pihak lain untuk
menyelenggarakan kelas khusus BIO ini. Meskipun banyak kekurangan baik dalam manajemen pelatih, fasilitas dan
anggaran, kelas khusus BIO masih tetap berjalan hingga sekarang. Komitmen yang tinggi dari pelatih serta kemauan berprestasi yang lebih baik oleh atlet
menjadi faktor penting berlangsungnya kelas khusus BIO hingga saat ini. Selain itu, pelatih juga berinisiatif untuk melakukan pengembangan karir secara swadaya
demi mengasah kemampuan mereka tanpa harus mengandalkan pihak Kesbangpor atau sekolah untuk memberikan pengembangan karir. Oleh karena itu, pelatih
tetap bertahan dalam kelas khusus BIO meskipun gaji yang mereka masih minim.
140
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembinaan bakat kelas khusus BIO di SMA Negeri 4 Yogyakarta dilakukan
melalui tahapan seleksi, pembinaan berkelanjutan dan pemberian penghargaan.
a. Seleksi peserta didik kelas khusus BIO dilakukan lebih awal daripada
seleksi PPDB kelas reguler. Seleksi dilakukan secara adminstratif dan seleksi ketrampilan. Seleksi administratif meliputi tahapan verifikasi
dokumen dan faktual. Seleksi ketrampilan dilakukan dengan tes masing-masing cabang olahraga.
b. Pembinaan berkelanjutan di SMA Negeri 4 Yogyakarta terbagi
menjadi dua pembinaan yaitu pembinaan cabang olahraga dan pembinaan akademik. Pembinaan cabang olahraga telah sesuai dengan
pembinaan cabang olahraga pada umumnya. Sedangkan, pembinaan akademik dalam kelas khusus BIO belum sesuai dengan esensi kelas
khusus bakat istimewa. Hal ini terlihat dari kurikulum yang diterapkan dalam kelas khusus BIO masih sama dengan kelas reguler sehingga
modifikasi materi yang diberikan belum seutuhnya.
141
c. Pemberian penghargaan untuk peserta didik kelas khusus BIO
dilakukan dengan menerapkan sistem poin yang diakumulasikan dalam periode tertentu hingga mencapai poin 100.
2. Manajemen sumber daya pembinaan kelas khusus BIO yang mencakup
pelatih, fasilitas dan dana belum seluruhnya maksimal, hal tersebut terlihat dari:
a. Rasio pelatih dengan cabang olahraga yang ada belum seimbang.
Pembinaan dan pengembangan karir masih terbentur banyak kendala seperti gaji yang terlambat dan pengembangan karir pelatih yang hanya
diberikan kepada beberapa pelatih saja sehingga sebagian besar pelatih melakukan pengembangan karir secara swadaya.
b. Fasilitas olahraga yang terbatas baik dari segi kuantitas yang masih
minim dan kualitas yang belum standar seluruhnya. c.
Dana untuk kelas khusus BIO masih sangat terbatas, meskipun sumber dana kelas khusus BIO berasal dari APBN yang diwakili Pemerintah
Kota dan APBS, kebutuhan kelas khusus BIO masih lebih banyak.
B. Saran
Berikut beberapa saran dari peneliti terhadap hasil penelitian yang telah ditemuka n:
1. Untuk pembinaan cabang olahraga saran yang diberikan adalah sekolah
perlu lebih berkoordinasi dengan pihak terkait terutama Kesbangpor untuk mengoptimalkan kelas khusus BIO di SMA Negeri 4 Yogyakarta.
142
2. Untuk pembinaan akademik, sekolah perlu mengkaji ulang mengenai
modifikasi materi yang akan diberikan oleh peserta didik kelas khusus BIO. Sekolah juga perlu memberikan pelatihan terhadap guru-guru untuk
memahami tentang keolahragaan yang berkaitan dengan kelas khusus BIO. 3.
Untuk penyediaan pelatih, hendaknya sekolah dilibatkan dalam perekrutan pelatih meskipun pada tahap tes wawancara saja. Pelatih juga diberikan
pembinaan dan pengembangan karir yang merata kepada pelatih semua cabang olahraga tidak hanya cabang olahraga yang diunggulkan.
4. Untuk pengadaan fasilitas, sekolah hendaknya melakukan kerjasama dengan
pihak lain untuk mendapatkan fasilitas olahraga yang lebih memadai seperti mengajukan proposal ke donatur.
5. Untuk dana, sekolah dan Kesbangpor hendaknya mencoba mencari sumber
dana lain yang tidak mengikat untuk memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada seperti menyewakan tempat olahraga yang dimiliki sekolah kepada
masyarakat luas. 6.
Apabila Pemerintah Kota masih akan meneruskan kelas khusus BIO untuk beberapa tahun ke depan, sebaiknya perlu dikaji kembali arah kebijakan
penyelenggaraan kelas khusus BIO ini.
143
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Amrozi Khamidi. 2011. Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Olahraga Studi Multi Kasus pada Sekolah Sepak Bola di Surabaya, Sekolah Menengah Atas
Negeri Olahraga Sidoarjo dan Prodi S1, S2, S3 Olahraga Universitas Negeri Surabaya.
Diakses dari
http:karya- ilmiah.um.ac.idindex.phpdisertasiarticleview15615, pada tanggal 06
Februari 2013 pukul 10.15 WIB Andi Prastowo. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media Aris
Fajar Pambudi. 2011.
Pendidikan Olahraga.
Diakses dari
blog.uny.ac.idarisfajarpambudi B. Suryosubroto, dkk. 2000. Manajemen Tenaga Pendidikan. Yogyakarta: FIP
UNY , pada tanggal 30 April 2013 pukul 11.45
WIB
Balai Pengembangan Pendidikan Khusus. 2013. Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa danatau Bakat Istimewa. Diakses dari
http:bpdiksus.orgv2index.php?page=dberitaid=4
,
pada tanggal 06
Januari 2012 pukul 10.10 WIB Barbara Clark. 1988. Growing Up Gifted : Developing The Potential of Children
at Home and at School. 3
rd
ed. Ohio: Merril Publishing Co. Binti Roikhatul Jannah. 2010. Implementasi Manajemen Pembelajaran Program
Akselerasi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. Diakses dari http:lib.uin- malang.ac.idthesisfullchapter05120101-binti-roihatul-janah, pada 29 April
2013 pukul 12.45 WIB
Conny Semiawan. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo
_______. 2009. Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa dan Bagaimana. Jakarta: Indeks
Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
144
_______. 2006. Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat
Istimewa. Jakarta: Depdiknas Djoko Pekik. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: FIK UNY
Husein Umar. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Raja Grafindo Persada Ibrahim Bafadal. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan
Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara James J. Jones Donald L. Walters. 2008. Human Resource Management in
Education. Yogyakarta: Q-media Kemendiknas. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas _______. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas Kemenkumham. 2002. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Jakarta: Kemenkumham Kemenpora. 2005. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional. Jakarta: Kemenpora. _______. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Pendanaan Keolahragaan. Jakarta: Kemenpora Kusnul Isti Qomah. 2012. Kelas Olahraga Kota Jogja Belum Maksimal. Diakses
dari www.harianjogja.com
,
pada tanggal 15 November 2012 pukul 10.12 WIB
Laurence J. Coleman. 1985. Schooling The Gifted. USA: Addison-Wesley Lexy Moleong. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Ed. Rev. Bandung:
Rosdakarya. M. Ichwan. 1989. Administrasi Keuangan Negara. Yogyakarta: Liberty Offset
Malayu Hasibuan. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Miles dan Huberman. 1994. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UII Press Muhaimin, dkk. 2010. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan SekolahMadrasah. Jakarta: Kencana