281.88 57.62 Hasil perhitungan data kategori tanding putra

61 a. Jumlah satu kali fight dalam satu partai Jumlah fight dihitung dari pengamatan video melalui software kinovea, dimana pesilat melakukan serang bela setelah wasit memberikan aba- aba “mulai” sampai terdengar aba-aba “berhenti”. Data yang diperoleh di atas kemudian dihitung reratanya dengan menjumlahkan keseluruhan fight dan dibagi dengan banyaknya sampel yang digunakan dengan rumus: Keterangan: 1. Σ X : Jumlah keseluruhan fight 2. N : Banyaknya sampel Hasil perhitungan rumus di atas menunjukkan bahwa dalam satu partai ditemukan rata-rata 35,47 fight selama 3 babak atau 11,82 kali fight dalam setiap babaknya. Peraturan pertandingan memperbolehkan serangan dilakukan sebanyak 6 kali oleh masing- masing pesilat kemudian wasit akan menghentikan fight, sedangkan pesilat yang menggunakan teknik bantingan, guntingan atau jatuhan bawah, tanpa diawali serangan tangan atau kaki maka dengan hasil jatuhan atau gagal wasit akan segera menghentikan fight. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pertandingan wasit dapat menghentikan sebuah fight kurang dari 6 serangan. Dalam proses berlatih pun jumlah serangan tersebut dapat menjadi gambaran 62 bahwa pesilat harus mampu melakukan gerakan minimal 4 serangan yang dilakukan dengan cepat untuk memperoleh nilai. Pesilat putra pada tingkat mahasiswa lebih berorientasi pada perolehan nilai bersih, artinya pesilat cenderung akan mengamankan nilai yang telah diperoleh tersebut. Oleh karena berusaha mengamankan nilai maka setelah pesilat melakukan serangan, pesilat akan berusaha menjauhi lawan untuk menghindari serangan- serangan berikutnya, tanpa dihentikan oleh wasit dan waktu pertandingan pun tetap berjalan. Hal ini yang menyebabkan fight pada kategori tanding putra lebih sedikit daripada fight yang terjadi pada kategori tanding putri. Apabila pesilat melakukan serangan beruntun maka setelah serangan ketiga lebih banyak diakhiri dengan teknik yang akan memperoleh nilai 3, seperti teknik bantingan, teknik guntingan dan juga teknik jatuhan bawah. Ini berarti pada tingkat mahasiswa peraturan melakukan 6 kali serangan tersebut tidak memberikan pengaruh yang besar karena justru dengan peraturan tersebut pesilat secara tidak langsung akan memilih teknik- teknik yang dapat menghentikan sebuah fight dengan tujuan mengamankan nilai yang telah diperoleh. Proses latihan pada pencak silat kategori tanding pun harus dibentuk sedemikian rupa dan menggunakan aturan-aturan tertentu agar pesilat dapat menyusun serangan atau belaan dengan menggunakan taktik yang tepat, oleh karena itu pelatih dapat 63 memberikan bentuk-bentuk latihan untuk mempertajam teknik bantingan, guntingan atau jatuhan bawah sekaligus cara untuk mengantisipasi teknik tersebut sehingga pada saat pertandingan tingkat keberhasilan melakukan jatuhan lebih besar. b. Waktu bersih dalam satu partai Waktu bersih pada pertandingan pencak silat yakni keseluruhan jumlah waktu yang dapat dihitung dari aba- aba “mulai” sampai dengan aba- aba “berhenti” selama 3 babak. Data yang diperoleh di atas kemudian dihitung reratanya dengan menjumlahkan keseluruhan waktu bersih dan dibagi dengan banyaknya sampel yang digunakan dengan rumus: dtk Keterangan: 1. Σ X : Jumlah keseluruhan waktu bersih 2. N : Banyaknya sampel Hasil perhitungan rumus di atas menunjukkan bahwa rerata waktu bersih dalam satu kali partai adalah 381, 71 detik dalam 3 babak pada kategori tanding putra. Maka dalam satu babak dapat diketahui waktu bersih yang berlangsung selama 127,24 detik. Waktu tersebut tidak sesuai dengan peraturan pertandingan dengan asumsi waktu bersih selama 120 detik dalam setiap babak. Meskipun menggunakan sistem digital scoring namun tidak menutup kemungkinan terjadi miss understanding dengan operator yang menjalankan tugas sebagai timer. 64 Hal ini menyebabkan waktu bersih tidak sesuai dengan asumsi sebenarnya. Oleh karena itu, ketika wasit memberikan aba-aba “berhenti” dengan segera timer harus menghentikan waktu sehingga pemberhentian waktu sesuai dengan aba-aba wasit. Data waktu seperti diatas harus diketahui dan disadari oleh seorang pelatih untuk dapat mempersiapkan pesilat sehingga mampu bekerja maksimal hingga akhir pertandingan. Dalam proses latihan pun peatih dapat menerapkan metode-metode latihan yang mencakup waktu tersebut agar pesilat siap dengan kemungkinan yang akan terjadi. Berdasarkan waktu bersih yang diperoleh maka sistem energi yang digunakan yaitu sistem aerobik dimana waktu kerja otot berlangsung lebih dari 180 detik. Adapun ciri-ciri dari sistem energi aerobik adalah a intensitas kerja sedang, 2 lama kerja lebih dari 3 menit, 3 irama kerja lancar dan kontinyu, dan 4 selama melakukan aktivitas menghasilkan CO 2 dan H 2 O. c. Waktu kerja dalam satu partai Waktu kerja yang dimaksud adalah ketika pesilat melakukan gerakan serang bela dengan cepat. Adapun perhitungan waktu dimulai ketika pesilat bergerak pertama kali untuk melakukan serangan ke lawan. Data yang diperoleh di atas kemudian dihitung reratanya dengan menjumlahkan keseluruhan waktu kerja dan dibagi dengan banyaknya sampel yang digunakan dengan rumus: dtk 65 Keterangan: 1. Σ X : Jumlah keseluruhan waktu kerja 2. N : Banyaknya sampel Hasil perhitungan rumus di atas menunjukkan bahwa rerata waktu kerja dalam satu kali partai adalah 99,83 detik dalam waktu 381,71 detik selama 3 babak pada kategori tanding putra. Maka dalam satu babak dapat diketahui waktu kerja selama 33,27 detik, dan apabila dilihat dari banyaknya fight dalam satu babak maka satu kali fight memerlukan waktu 2,81 detik. Waktu kerja yang sangat singkat tersebut dikarenakan gerakan yang dilakukan untuk menyerang termasuk dalam gerakan eksplosif cepat dan mendadak, oleh karena itu pesilat yang mempunyai kemampuan biomotor baik akan dapat melakukan gerakan-gerakan ini dengan sempurna. Dengan waktu kerja 2,81 detik maka sistem energi dominan yang digunakan adalah anaerobik alaktik. Seperti dijelaskan dalam BAB II, sistem energi anaerobik alaktik hanya dapat digunakan dalam jangka waktu yang sangat pendek sekitar 6 detik. Kemampuan biomotor yang mendukung dalam gerakan eksplosif yakni kecepatan dan kekuatan, oleh karena dilakukan dengan berulang-ulang selama 3 babak maka untuk dapat melakukan gerakan tersebut dibutuhkan sistem energi lain untuk menambah waktu kerja otot. Rata-rata waktu fight yang singkat tersebut dapat dilakukan dari serangan tangan maupun kaki hingga terjadinya bantingan, oleh karena pesilat pada saat proses membanting sampai 66 berhasil menjatuhkan diberi waktu toleransi selama 5 detik maka peraturan tersebut sangat cukup bahkan lebih untuk melakukan bantingan terhadap lawan. Waktu yang sangat singkat ini pun berpengaruh terhadap pemilihan model dan bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan biomotor pesilat terutama kekuatan dan kecepatan power, oleh karena serangan untuk mendapatkan nilai bersifat eksplosif maka seorang pelatih harus lebih cermat dalam menentukan model latihan fisik seperti: sprint training, plyometric, dan juga weight training. d. Recovery aktif dalam satu partai Recovery aktif terjadi ketika pesilat melakukan kaidah sebelum terjadinya fight dan setelah melakukan fight sebelum wasit memberikan aba- aba “berhenti”. Data yang diperoleh di atas kemudian dihitung reratanya dengan menjumlahkan keseluruhan waktu recovery aktif dan dibagi dengan banyaknya sampel yang digunakan dengan rumus: dtk Keterangan: 1. Σ X : Jumlah keseluruhan waktu recovery aktif 2. N : Banyaknya sampel Hasil perhitungan rumus di atas menunjukkan bahwa rerata waktu recovery aktif dalam satu kali partai adalah 281,88 detik selama 3 babak pada kategori tanding putra. Artinya dalam satu babak 67 recovery aktif rata-rata terjadi 93,96 detik, apabila melihat jumlah fight maka recovery aktif yang terjadi antar fight adalah 7,94 detik. Pada saat pesilat melakukan kaidah kemudian fight jenis gerakan yang dilakukan adalah gerakan yang terputus-putus, gerakan tersebut menggambarkan sistem energi yang digunakan selama pertandingan berlangsung adalah kombinasi dari anaerobik dan aerobik untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang akan digunakan untuk meresintesis asam laktat. Waktu recovery aktif yang dilakukan setiap pesilat berbeda- beda, hal ini dikarenakan tingkat keterlatihan yang cenderung berbeda dari setiap individu. Berdasarkan analisis video, kelas kecil atau yang termasuk dalam berat badan 45 –55 kg adalah kelas yang paling sedikit melakukan recovery aktif antar fight, ini berarti pesilat yang masuk dalam kelas tersebut harus memiliki tingkat ketahanan anaerobik yang lebih baik dibandingkan dengan kelas besar. Waktu recovery aktif tersebut termasuk kedalam penggunaan sistem energi anaerobik laktik yang mampu memperpanjang kerja otot selama kira-kira 120 detik. Adapun ciri-ciri dari sistem energi anaerobik laktik adalah sebagai berikut: 1 intensitas kerja maksimal, 2 lama kerja antara 10-120 detik, dan 3 aktivitas mengahsilkan asam laktat dan energi . e. Recovery pasif dalam satu partai Recovery pasif terjadi ketika istirahat antar babak dimana pesilat berada pada sudutnya masing-masing. Recovery pasif dilaksanakan 2 kali dalam satu partai yakni jeda babak pertama dan 68 kedua. Data yang diperoleh di atas kemudian dihitung reratanya dengan menjumlahkan keseluruhan waktu recovery pasif dan dibagi dengan banyaknya sampel yang digunakan dengan rumus: Keterangan: 1. Σ X : Jumlah keseluruhan waktu recovery aktif 2. N : Banyaknya sampel Hasil perhitungan rumus di atas menunjukkan bahwa rerata waktu recovery pasif dalam satu kali pertandingan adalah 107, 51 detik. Recovery pasif atau yang biasa disebut dengan interval antar babak tidak sesuai dengan peraturan pertandingan sebenarnya dikarenakan sebelum 60 detik timer sudah memberi kode kepada wasit untuk memanggil kedua pesilat. Sehingga waktu recovery pasif kurang dari 120 detik dalam satu partai. Banyaknya pertandingan pada kategori tanding putra dan waktu penyelenggaraan yang tidak memenuhi juga dapat menjadi pertimbangan atas keputusan tersebut. Dengan demikian, peraturan tersebut belum dapat diterapkan dengan tepat dalam pertandingan. Pelatih perlu memperhatikan waktu interval pada saat proses berlatih pada periode pra kompetisi dan kompetisi karena akan mempersiapkan pesilat dalam kondisi pertandingan yang sebenarnya, apabila pelatih tidak tepat dalam memberikan waktu interval maka pesilat tidak dapat beradaptasi dengan cepat pada saat bertanding. 69

3. Hasil perhitungan data kategori tanding putri

Kategori tanding putri terdiri atas 12 pertandingan dari babak final dan babak semifinal dalam Kejuaraan Nasional antar Perguruan Tinggi ke-V. Tabel 10 berikut adalah hasil perhitungan data pada kategori tanding putri: Tabel 10. Perhitungan data kategori tanding putri No. Sampel ke- JF WB dtk WK dtk WRA dtk WRP dtk 1. 1 36 363.87 101.41 262.46 97.28 2. 2 42 372.76 95.04 277.72 100.84 3. 3 42 414.86 139.10 275.76 117.12 4. 4 57 409.61 192.53 217.08 121.72 5. 5 28 370.79 67.00 303.79 116.20 6. 6 42 374.38 104.29 270.09 109.80 7. 7 45 375.80 133.93 241.87 101.04 8. 8 30 370.08 66.71 303.37 92.88 9. 9 23 371.02 62.58 308.44 116.72 10. 10 33 379.61 107.18 272.43 118.68 11. 11 19 331.20 66.08 265.12 101.20 12. 12 54 385.86 142.84 243.02 123.48 Jumlah 451 4519.84 1278.69 3241.15 1316.96 Rata-rata 376.65 106.56 270.10 109.75 Persentase

21.91 55.53

22.56 Diagram dibawah ini menunjukkan perhitungan persentase waktu yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri. Gambar 4. Diagram persentase penggunaan waktu dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri. 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 WK WRA WRP 21.91 55.53 22.56 Waktu Kerja Waktu Recovery Aktif Waktu Recovery Pasif 70 a. Jumlah satu kali fight dalam satu partai Jumlah fight dihitung dari pengamatan video melalui software kinovea, dimana pesilat melakukan serang bela setelah wasit memberikan aba- aba “mulai” sampai terdengar aba-aba “berhenti”. Data yang diperoleh di atas kemudian dihitung reratanya dengan menjumlahkan keseluruhan fight dan dibagi dengan banyaknya sampel yang digunakan dengan rumus: Keterangan: 1. Σ X : Jumlah keseluruhan fight 2. N : Banyaknya sampel Hasil perhitungan rumus di atas menunjukkan bahwa dalam satu partai ditemukan rata-rata melakukan fight sebanyak 37, 58 kali fight selama tiga babak atau masing-masing babak terjadi 12,52 kali fight dalam kategori tanding putri. Data tersebut menunjukkan bahwa fight yang terjadi dalam kelas tanding putri lebih banyak daripada yang terjadi pada kelas tanding putra, ini dikarenakan pesilat putri lebih banyak mengunakan serangan kaki dengan beruntun untuk mendapatkan nilai, berbeda dengan pesilat putra yang memiliki penguasaan berbagai macam teknik untuk memperoleh nilai. Dalam pertandingan kategori tanding putri jarang sekali pesilat melakukan teknik bantingan dengan baik dan berhasil, hal ini yang perlu diperhatikan oleh pelatih kategori tanding putri dewasa agar menjadi