ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI DOMINAN DALAM PERTANDINGAN PENCAK SILAT KATEGORI TANDING.

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI DOMINAN DALAM PERTANDINGAN PENCAK SILAT KATEGORI TANDING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: KARTINI NIM 11602241011

PROGRAM PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015


(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Analisis Kebutuhan Energi Dominan Dalam Pertandingan Pencak Silat Kategori Tanding” yang disusun oleh Kartini NIM 11602241011 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diuji.

Yogyakarta, 19 Februari 2015 Pembimbing

Awan Hariono, M. Or


(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 19 Februari 2015 Yang menyatakan,

Kartini


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Analisis Kebutuhan Energi Dominan dalam Pertandingan Pencak Silat Kategori Tanding” yang disusun oleh Kartini NIM 11602241011 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 6 Maret 2015 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda

Tangan

Tanggal

Awan Hariono, M.Or Ketua Penguji ……… ……….

Faidillah Kurniawan, M.Or Sekretaris Penguji

……… ……….

Dr. Siswantoyo, M.Kes., AIFO Penguji I (Utama)

……… ……….

Drs. Agung Nugroho AM.,M.Si Penguji II (Pendamping)

……… ……….

Yogyakarta, Maret 2015 Fakultas Ilmu Keolahragaan Dekan,

Rumpis Agus Sudarko, M. S NIP. 19600824 198601 1 001


(5)

v MOTTO

“Sherlock Holmes”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan tugas akhir ini kepada: Bapak (in memories) dan Mimi tercinta, Aang Tersayang, & Almamaterku.


(7)

vii

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI DOMINAN DALAM PERTANDINGAN PENCAK SILAT KATEGORI TANDING

Oleh: Kartini NIM 11602241011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dan putri pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, (2) mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan (3) mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode survai, teknik pengumpulan data menggunakan observasi langsung/direct observation

dengan cara melakukan perekaman pertandingan menggunakan handycame. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah peserta baik putra maupun putri yang mengikuti Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berjumlah 31 pertandingan. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu atau sampel bertujuan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah pertandingan dalam babak semifinal dan babak final. Sampel yang dijadikan sebagai data penelitian berjumlah 19 partai kategori tanding putra dan 12 partai kategori tanding putri. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan handycame. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif yang digambarkan dalam bentuk persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) energi dominan yang digunakan pada kategori tanding putra dan putri adalah sistem anaerobik alaktik dengan waktu kerja rata-rata 2,82 detik, maka persentase penggunaan energi 79,02% ATP-PC, 10,98% LA-O2, dan O2 10%, (2) energi dominan yang digunakan pada kategori

tanding putra adalah sistem anaerobik alaktik dengan waktu kerja rata-rata 2,81 detik, maka persentase penggunaan energi 79,59% ATP-PC, 10,41% LA-O2, dan O2 10%,

dan (3) energi dominan yang digunakan pada kategori tanding putri adalah sistem anaerobik alaktik dengan rata-rata waktu kerja 2,83 detik, maka persentase penggunaan energi 78,09% ATP-PC, 11,91% LA-O2, dan O2 10%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam proses penyelesaian skripsi tentunya mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka berbagai kesulitan dan hambatan yang timbul tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberi kesempatan dan ijin dalam melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Siswantoyo, M. Kes. AIFO selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dalam pengambilan matakuliah selama perkuliahan. 5. Bapak Awan Hariono, M. Or. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, semangat, pengarahan, saran, dan koreksi dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

7. Keluarga Bapak Subiyono yang telah memberikan dorongan dan juga doa selama penulis menyusun skripsi.


(9)

ix

8. Seluruh panitia pelaksana dalam Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk mengambil data penelitian.

9. Teman-teman UKM Pencak Silat UNY dan Prodi Kepelatihan Olahraga tahun 2011 yang telah memberikan semangat dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

10. Teman-teman Kos Sendowo F. 156, Mba Eni, Danisi, Mba Puji, Mba Nunik, Mba Puji akhiroh, Ilma, Reni dan Sahabatku Siti Nur Janah yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan ini.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka dengan yang lebih baik. Amin.

Yogyakarta, Februari 2015


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 10

C. Batasan Masalah ………. 11

D. Rumusan Masalah ……… 11

E. Tujuan Penelitian ……… 12

F. Manfaat Penelitian ……….. 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ……… 14

1. Pengertian Latihan ……… 14

2. Tujuan dan Sasaran Latihan ………. 16

3. Sistem Energi ……… 19

4. Pencak Silat Kategori Tanding ……… 28


(11)

xi

C. Kerangka Berfikir ……… 40

D. Pertanyaan Penelitian ………..……… 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ………. 42

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……… 42

C. Populasi dan Subjek Penelitian ………... 43

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

E. Teknik Analisis Data ………... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ……… 49

B. Hasil Penelitian ………... 51

C. Pembahasan ………. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 83

B. Implikasi ………. 84

C. Keterbatasan Penelitian ……….. 84

D. Saran ………... 84

DAFTAR PUSTAKA ……….. 86


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kelas dan Berat Badan Kategori Tanding Putra ………. 29

Tabel 2. Kelas dan Berat Badan Kategori Tanding Putri ………. 29

Tabel 3. Nilai Prestasi Teknik ………... 35

Tabel 4. Kisi-kisi Pengumpulan Data ………... 47

Tabel 5. Hasil Kalibrasi Alat Ukur Kecepatan ………. 50

Tabel 6. Rekapitulasi Data Dalam Satu Partai Kategori Tanding Putra……….. 50

Tabel 7. Rekapitulasi Data Dalam Satu Partai Kategori Tanding Putri 51 Tabel 8. Perhitungan Data Kategori Tanding Putra dan Putri ……….. 52

Tabel 9. Perhitungan Data Kategori Tanding Putra ……….. 60


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Gelanggang Pencak Silat ……… 30 Gambar 2. Diagram Persentase Penggunaan Energi pada Kategori

Tanding Putra dan Putri ………... 53

Gambar 3. Diagram Persentase Penggunaan Energi pada Kategori

Tanding Putra ………... 60

Gambar 4. Diagram Persentase Penggunaan Energi pada Kategori


(14)

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan (Agung Nugroho, 2004: 15). Pencak silat dapat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis yakni: (1) pencak silat mental spiritual, (2) pencak silat beladiri, (3) pencak silat seni, (4) pencak silat olahraga. Namun, dewasa ini pencak silat berkembang pesat pada jenis pencak silat untuk olahraga, artinya pencak silat yang dipertandingkan secara resmi dengan tujuan memperoleh prestasi. Pertandingan pencak silat dilaksanakan dalam empat kategori, yaitu kategori tanding, kategori tunggal, kategori ganda, dan kategori regu.

Menurut Persilat (2012: 1) kategori tanding adalah pertandingan pencak silat yang menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari sudut yang berbeda, keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu, menangkis/mengelak/mengena/menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus. Teknik yang digunakan dalam pertandingan kategori tanding sangat beragam, oleh karena itu diperlukan latihan yang intensif, teratur, terprogram dan terukur, sehingga dapat menguasai teknik dengan baik.


(16)

2

Pencak silat kategori tanding merupakan olahraga body contact, sehingga kemungkinan terjadinya cedera sangat tinggi pada saat pertandingan berlangsung. Untuk itu diperlukan kemampuan biomotor yang baik agar pesilat dapat melakukan setiap gerak teknik serangan maupun belaan dengan baik tanpa mengalami cedera yang berarti. Adapun komponen biomotor yang diperlukan dalam pencak silat kategori tanding adalah ketahanan, kekuatan, kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas (Awan Hariono, 2005: 429).

Aspek yang mendukung dalam pencapaian prestasi puncak dalam pertandingan pencak silat kategori tanding diantaranya adalah fisik, teknik, taktik, dan mental. Agung Nugroho (2000: 92) menyebutkan bahwa aspek fisik merupakan faktor pertama dalam olahraga pencak silat karena fisik yang baik akan mendukung aktivitas dalam pencapaian prestasi maksimal. Kualitas fisik antara lain ditentukan oleh kebugaran otot dan kebugaran energi. Menurut Awan Hariono (2006: 41) kebugaran otot mencakup komponen biomotor yaitu kekuatan, ketahanan, kecepatan, fleksibilitas, dan koordinasi. Sedangkan kebugaran energi mencakup sistem energi aerobik dan sistem energi anaerobik. Secara garis besar komponen biomotor dalam pencak silat dipengaruhi oleh kebugaran energi. Selama ini belum ada penelitian yang mengungkapkan masalah kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat, khususnya dalam kategori tanding. Untuk menentukan persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan selama pertandingan pencak silat kategori tanding perlu mempertimbangkan antara lain: lamanya waktu pertandingan berlangsung, macam gerak yang dilakukan pesilat, irama gerak


(17)

3

yang terjadi, waktu recovery pada saat pertandingan berlangsung, dan interval antar babak (Awan Hariono, 2006: 34).

Proses latihan fisik salah satunya untuk meningkatkan kemampuan sistem energi aerobik dan anaerobik pesilat, untuk dapat memberikan latihan tersebut pelatih harus mengetahui kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. Energi dominan yang digunakan dalam pencak silat kategori tanding berfungsi untuk menentukan jenis latihan yang dilakukan. Pelatih yang mengetahui sistem energi dominan akan dapat menyusun program latihan dengan metode, model dan pembebanan latihan yang tepat, sehingga kebugaran energi dapat ditingkatkan dengan tepat.

Metode dalam latihan pencak silat adalah cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan latihan. Sedangkan model latihan dalam pencak silat adalah pola atau bentuk latihan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan latihan. Adapun pembebanan latihan adalah segala bentuk tuntutan dan rangsangan yang diberikan kepada pesilat dalam latihan yang dapat menimbulkan efek latihan (trainings effect) (Syafruddin, 2010. diunduh dari www.wordpress .com. pada tanggal 6 Juni 2014).

Pada pertandingan pencak silat kategori tanding, perencanaan program latihan fisik perlu memperhatikan energi dominan yang digunakan, ketahanan sistem energi yang baik akan mempermudah pesilat melakukan serangkaian gerak teknik maupun melaksanakan taktik dalam pertandingan maupun dalam proses latihan, oleh karena itu kecepatan dalam melakukan serangkaian gerak teknik yang dilakukan pesilat akan bertahan lebih lama. Oleh karena dalam


(18)

4

pertandingan pencak silat kategori tanding gerakan teknik dilakukan dengan cepat dan mendadak dalam waktu yang singkat dan berulang-ulang selama 2 (dua) menit bersih sebanyak 3 (tiga) babak. Maka dibutuhkan penyelenggaraan sistem latihan yang baik, pemilihan rancangan program latihan dan metode latihan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan biomotor dan kebugaran energi, serta dapat mengurangi resiko cedera.

Pelatih pencak silat kategori tanding dalam proses latihan fisik harus memperhatikan kebutuhan energi dominan yang digunakan, agar kondisi fisik yang akan di kembangkan dapat tercapai sesuai dengan periodisasi latihan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar pelatih tidak memperhatikan kebutuhan energi dominan dalam proses berlatih melatih, hal ini dapat dilihat dari penerapan latihan yang dilakukan secara umum dalam setiap periode latihan, akibatnya prinsip kekhususan latihan dalam pencak silat kategori tanding tidak dapat tercapai dengan tepat. Bahkan masih ada pelatih yang beranggapan bahwa ketika seorang pesilat menjalani latihan harus selalu melebihi waktu kerja yang diperlukan saat bertanding. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat khususnya kategori tanding, sehingga penyusunan program latihan dapat disesuaikan menurut periodisasi latihan yang sedang dijalani.

Pengetahuan pelatih dalam penggunaan energi dominan dapat menjadi pedoman pada penyusunan menu latihan fisik sesuai dengan periodisasi latihan sehingga pesilat dapat memiliki kemampuan aerobik dan anaerobik


(19)

5

yang baik, dengan begitu pesilat akan lebih mudah menggunakan berbagai macam teknik dan taktik dalam proses beralatih maupun bertanding secara berulang-ulang. Hal ini selaras dengan pertandingan pencak silat kategori tanding yang menggunakan berbagai macam teknik untuk mendapatkan nilai, serangkaian teknik serangan atau belaan dilakukan dengan cepat dan mendadak selama 3 babak penuh, oleh karena itu energi dominan yang digunakan harus betul-betul dipahami oleh seorang pelatih. Dalam proses berlatih yang berkaitan dengan kebutuhan energi dominan di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya kategori tanding secara keseluruhan belum dapat digunakan dengan tepat, pada kenyataan dilapangan masih terdapat pelatih yang hanya mengutamakan peningkatan komponen biomotor seperti kecepatan dalam melakukan salah satu teknik tanpa diimbangi terlebih dahulu dengan kapasitas kebugaran energi yang tepat, sehingga teknik-teknik yang digunakan hanya monoton. Kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding yang belum diketahui sebagian pelatih di Daerah Istimewa Yogyakarta mengakibatkan pesilat yang memiliki kondisi fisik baik didominasi dari salah satu perguruan tinggi saja, oleh karena itu sistem latihan dengan mengetahui kebutuhan energi dominan perlu diterapkan dalam upaya meningkatkan prestasi pesilat.

Prestasi puncak dalam pencak silat kategori tanding dapat tercapai melalui sebuah proses latihan yang panjang, sistematis dan adanya pembebanan yang progresif. Proses latihan dapat dilakukan dengan adanya sebuah program latihan yang mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas.


(20)

6

Dengan adanya program latihan maka dosis latihan dan skala prioritas sasaran latihan telah disusun dengan sistematis. Agar terjadi proses adaptasi latihan maka prinsip progresif harus diterapkan dengan memperhatikan beban latihan yang akan diberikan. Dengan demikian, proses latihan untuk kebugaran energi harus disesuaikan dengan periode latihan sehingga kemampuan biomotor pun dapat meningkat secara seimbang.

Aspek yang mendukung dalam pencapaian prestasi puncak dalam pertandingan pencak silat kategori tanding diantaranya adalah fisik, teknik, taktik, dan mental. Pada pencak silat kategori tanding, kemenangan dalam pertandingan ditentukan apabila pesilat mendapatkan nilai tertinggi sampai pertandingan berakhir. Nilai dalam pertandingan pencak silat dapat diperoleh jika serangan dilakukan dengan mantap dan tepat pada bidang sasaran yang diperbolehkan tanpa terhalang apapun, sehingga menghasilkan bunyi pada body protector. Untuk setiap serangan yang dilakukan oleh pesilat harus dilakukan dengan kuat dan cepat sehingga lawan tidak dapat menangkis, menghindar atau menangkap serangan tersebut. Untuk itu diperlukan kemampuan power yang bagus agar serangan yang dilakukan tidak dapat diantisipasi oleh lawan.

Menurut Persilat (2012: 11) serangan yang dinilai pada pencak silat kategori tanding adalah serangan yang mengenai sasaran yang sah dengan menggunakan kaidah, mantap, dan bertenaga. Serangan dan pembelaan yang dilakukan harus berpola dari sikap awal (pasang), pola langkah, serta adanya koordinasi yang baik dalam melakukan serangan dan pembelaan. Oleh karena itu, pesilat harus mengembangkan pola bertanding sebelum melakukan fight


(21)

7

dengan dimulai dari sikap pasang, melakukan pola langkah untuk mengukur jarak ketika akan melakukan fight terhadap lawan, mengkoordinasikan serangkaian gerakan untuk melakukan serangan atau belaan, dan kembali pada sikap pasang. Artinya, dalam upaya mendekati lawan, pesilat tidak dibolehkan berlari maupun melompat melainkan harus menggunakan pola langkah. Gerak pesilat dalam melakukan pola langkah dan kaidah untuk mendekati lawan termasuk dalam gerak siklus atau dilakukan dengan terus menerus.

Pada pencak silat kategori tanding, serangan sejenis dengan menggunakan tangan maupun kaki akan dinilai satu serangan. Artinya, teknik pukulan dan tendangan hanya dapat dilakukan secara efektif sebanyak satu kali dalam satu rangkaian gerak serang atau belaan, selebihnya merupakan usaha dalam mempertahankan nilai. Untuk itu, pesilat harus menggunakan kombinasi serangan baik menggunakan tangan atau kaki, sehingga setiap gerak teknik yang masuk pada sasaran dapat mendapatkan nilai. Berdasarkan uraian tersebut menunjukan bahwa macam gerak dalam pencak silat kategori tanding didominasi oleh gerak non siklus (Awan Hariono, 2006: 36).

Adapun serangan yang dilakukan secara beruntun oleh pesilat harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara kearah sasaran sebanyak-banyaknya 6 (enam) teknik serangan (Persilat, 2012: 12). Pesilat yang melakukan rangkaian serang bela lebih dari 6 (enam) teknik serangan atau belaan akan dihentikan oleh wasit. Selain itu pada proses tangkapan untuk menjatuhkan lawan diberikan waktu selama (lima) detik (Persilat, 2012: 16), sehingga apabila dalam waktu lima detik tidak terjadi jatuhan maka akan


(22)

8

diberhentikan oleh wasit. Berdasarkan dari pengamatan, rata-rata dalam melakukan 6 (enam) gerak teknik tersebut dibutuhkan waktu kira-kira 4 (empat) sampai 5 (lima) detik, apabila pada serangan terakhir masing-masing pesilat melakukan enam jenis serangan atau belaan kemudian kaki dapat ditangkap oleh lawan dan tidak terjadi jatuhan, maka akumulasi waktu yang diperlukan selama proses tersebut maksimal kira-kira 10 detik. Serangan atau belaan yang dilakukan secara beruntun dan terus menerus selama tiga babak mengakibatkan densitas gerak teknik yang tinggi dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. Untuk itu, pada kategori tanding komponen biomotor kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas sangat diperlukan agar pesilat dapat melakukan teknik serangan atau belaan tanpa mengalami kesulitan.

Menurut Persilat (2012: 10) kategori tanding berlangsung sebanyak 3 (tiga) babak, setiap babak terdiri atas 2 (dua) menit bersih, diantara babak diberikan waktu istirahat 1 (satu) menit. Waktu ketika wasit menghentikan fight dan waktu pengesahan terhadap pesilat yang jatuh tidak termasuk waktu bertanding. Kategori tanding umumnya terjadi (1) fight (pertarungan) dengan pergerakan yang cepat dan mendadak, (2) recovery aktif untuk melakukan fight berikutnya, dan (3) istirahat pasif (interval antar babak). Selama dua menit bersih pesilat melakukan fight dengan menggunakan teknik dan taktik yang efektif dan efisien, rangkaian serang bela yang beruntun dengan berbagai cara kearah sasaran hanya boleh dilakukan sebanyak-banyaknya 6 (enam) kali serangan atau belaan (masing-masing pesilat). Oleh sebab itu, pesilat harus memiliki kemampuan daya tahan yang baik agar dapat


(23)

9

melakukan serangan maupun belaan dengan mantap dan bertenaga selama tiga babak, selain itu pesilat yang memiliki kemampuan daya tahan yang baik dapat dengan cepat merecovery kelelahan pada saat bertanding.

Pentingnya pengetahuan pelatih dalam hal kebutuhan energi dominan yang digunakan pada pencak silat kategori tanding yaitu untuk (1) menentukan pola bermain pesilat, (2) menyusun program latihan sesuai dengan sistem energi yang dibutuhkan, (3) pelatih dapat menentukan model dan metode dalam upaya meningkatkan kemampuan aerobik dan anaerobik pesilat, (4) dapat menentukan pembebanan latihan dengan tepat (Zouhal, 2010: 1), dan (5) pengetahuan ini berguna untuk membantu pelatih dalam pelaksanaan yang benar dari program latihan yang dirancang untuk mengoptimalkan produksi metabolisme ATP dan karenanya mencapai kinerja puncak (Duffield, dkk. 2005: 305).

Apabila kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding tidak dapat dipahami oleh pelatih maka akan berakibat pada program latihan yang keliru, program latihan yang keliru akan berakibat negatif untuk pesilat, misalnya: (1) pesilat tidak dapat mencapai peak performancenya, (2) pesilat akan mengalami over training, (3) pesilat mudah mengalami cedera, (4) mengganggu fungsional tubuh (Bafirman, 2013: 41-47), dan (5) tidak ada kekhususan proses latihan dalam penggunaan sistem energi sehingga kemampuan anaerobik maupun aerobik tidak meningkat (Spencer & Gastin, 2000: 157).

Seperti yang telah dikemukakan di atas, pelatih harus memperhatikan kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding untuk menyusun program latihan sesuai dengan periodisasi latihan, sehingga dapat


(24)

10

menyusun program latihan dengan model, metode, dan pembebanan latihan yang tepat, sehingga pesilat dapat meraih prestasi dengan optimal. Penelitian dalam hal kebutuhan energi dominan dalam pencak silat pun belum ada, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul analisis kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Belum ada penelitian tentang kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding.

2. Sebagian besar pelatih belum memahami kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding.

3. Sebagian besar pelatih di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak menggunakan ketentuan kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding dalam menyusun program latihan.

4. Banyak pelatih yang melakukan kesalahan dalam memberikan beban latihan karena keterbatasan pengetahuan terhadap kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding.


(25)

11 C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat antar Perguruan Tinggi ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta batasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dan putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta?

2. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta?

3. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta?


(26)

12 E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dan putri pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pelatih tentang kebutuhan sistem energi dalam pertandingan pencak silat kategori tanding.

b) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pelatih dalam menyusun program latihan dengan metode, model, dan pembebanan yang tepat sesuai dengan sistem energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding.


(27)

13

c) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pelatih mengenai pentingnya sistem energi dalam proses latihan. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyusun program latihan pada pencak silat kategori tanding.


(28)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian latihan

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas

untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) dalam berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Proses berlatih melatih practice bersifat

sebagai bagian dari proses latihan yang berasal dari kata exercise. Artinya

dalam setiap proses latihan yang berasal dari kata exercises pasti terdapat

bentuk latihan practice. Latihan yang berasal dari kata exercise adalah

perangklat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Latihan exercise merupakan materi

latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan. Susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan antara lain: 1) pembukaan, 2) pemanasan, 3) latihan inti, 4) latihan tambahan, dan 5) cooling down/penutup. Sedangkan materi dan

bentuk latihan dalam pembukaan, pemanasan, dan penutup pada umumnya sama, bagi istilah practice maupun istilah exercise. Latihan

exercise sifatnya sebagai bagian dari istilah kata training yang dilakukan


(29)

15

Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari kata practice,

exercise maupun training adalah adanya beban latihan. Oleh karena

beban latihan selama proses berlatih melatih diperlukan agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan lebih lama (Sukadiyanto, 2011: 6).

Beberapa definisi di atas menunjukkan bahwa latihan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas fisik dan keterampilan gerak sesuai dengan cabang olahraga guna mendapatkan performa yang optimal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bompa (1994: 3) yang mengartikan latihan sebagai program pengembangan olahragawan untuk event khusus, melalui peningkatan keterampilan dan

kapasitas energi. Selain itu latihan juga sering didefinisikan sebagai suatu proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan berulang-ulang dengan mengunakan penambahan beban (Herre, 1982 dalam Bafirman, 2013: 40). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan proses yang berulang-ulang secara sistematis untuk meningkatkan keterampilan dan fisik olahraga dilakukan dengan pemberian beban yang tetap meningkat secara progresif.

Latihan dalam suatu cabang olahraga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan prestasi secara optimal. Artinya, keberhasilan atlet dalam meraih prestasi puncak sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang dilakukan. Untuk dapat meningkatkan kualitas latihan diperlukan


(30)

16

beberapa faktor pendukung, diantaranya adalah pelatih profesional. Dengan melibatkan pelatih profesional dalam proses latihan diharapkan dapat mencapai kesempurnaan dalam meningkatkan peforma atlet baik dari kemampuan kondisi fisik maupun faktor pendukung yang lain.

Penyempurnaan dalam latihan berarti meningkatkan kemampuan dari apa yang telah dimiliki oleh atlet ke tingkat yang lebih baik. Proses latihan harus menggunakan pendekatan ilmiah, artinya proses latihan menggunakan metode yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara keilmuan bukan karena faktor kebetulan, ketidaksengajaan maupun trial and error (Djoko Pekik Irianto, 2002: 12).

2. Tujuan dan Sasaran Latihan

Tujuan latihan secara umum adalah membantu para pembina, pelatih, dan guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan konseptual dalam membantu mengungkapkan potensi atlet dalam mencapai prestasi optimal. Sedangkan sasaran latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan atlet dalam mencapai prestasi optimal (Awan Hariono, 2006: 3). Menurut Sukadiyanto (2011: 9-10) secara garis besar sasaran dan tujuan latihan antara lain untuk: a. Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan

menyeluruh

Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh bertujuan untuk membantuk landasan dasar dalam pengembangan aspek fisik khusus, yaitu tingkat kebugaran energi dan kebugaran otot.


(31)

17

b. Mengembangakan dan meningkatkan potensi fisik khusus

Upaya mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus harus disesuaikan dengan cabang olahraga, diantaranya: lama pertandingan yang akan berlangsung, kebutuhan gerak selama dalam pertandingan, irama gerak, dan sistem energi yang digunakan sehingga mendukung atlet dalam menampilkan potensi kemampuan yang dimiliki.

c. Menambah dan menyempurnakan teknik

Teknik dasar yang tidak benar akan mempercepat terjadinya stagnasi prestasi, sehingga atlet tidak pernah dapat mencapai prestasi secara optimal. Untuk itu, teknik dasar dalam cabang olahraga harus dikuasai dengan baik dan benar oleh karena akan mempengaruhi dalam efisiensi dan efektifitas gerak. Selain itu, penguasaan teknik dasar yang baik dan benar merupakan modal dasar menuju prestasi yang lebih tinggi.

d. Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, serta pola bermain

Penyusunan strategi dapat tercipta dengan baik melalui ketajaman dan kejeliaan analisis dari seorang pelatih dalam mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan anak latih maupun lawan. Untuk itu, dalam proses latihan harus mengajarkan strategi, taktik, dan pola bermain sehingga dapat menambah pengetahuan dan


(32)

18

kecerdasan atlet dalam mengatasi beberapa permasalahan yang mungkin muncul selama dalam pertandingan berlangsung.

e. Meningkatkan kualitas dan kemampuan aspek psikis

Aspek psikis merupakan salah satu faktor pendukung dalam pencapaian prestasi puncak yang seringkali masih mendapatkan perhatian relatif kecil dalam sesi latihan. Hampir setiap kekalahan dalam olahraga, khususnya dalam cabang olahraga pencak silat dipengaruhi oleh aspek psikis, oleh karena pencak silat merupakan cabang olahraga body contact maka aspek psikis memberikan

sumbangan yang besar selama pertandingan. Untuk itu, aspek psikis harus dilatihkan sejak awal periodisasi latihan sampai dengan menjelang pertandingan (Awan Hariono, 2006: 4).

Tujuan dan sasaran latihan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasil latihan, aspek-aspek yang dapat mempengaruhi latihan harus diperhatikan secara tepat. Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 62-63), ciri-ciri sasaran latihan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Berjenjang (jangka panjang, menengah, dan pendek) 2. Spesifik dan obyektif

3. Kesepakatan bersama antara atlet dan pelatih 4. Tidak terlalu banyak sasaran dalam satu sesi latihan 5. Tertulis, sehingga mudah dikontrol oleh semua pihak 6. Menetapkan sasaran keberhasilan

a. Performance goal, sasaran berdasarkan proses b. Outcome goal, sasaran berdasarkan hasil 7. Sasaran latihan meliputi:

a. Latihan fisik: meningkatkan kualitas sistem tubuh b. Latihan teknik: meningkatkan efisiensi gerak


(33)

19

c. Latihan teknik: meningkatkan speed of decision d. Latihan psikis: meningkatkan maturasi emosi. 3. Sistem Energi

Ada dua sistem energi yang diperlukan dalam setiap aktivitas latihan yang dilakukan oleh seorang atlet, yaitu sistem energi aerobik dan sistem energi anaerobik. Perbedaan kedua sistem energi tersebut adalah pada penggunaan bantuan dari oksigen (O2) selama proses pemenuhan kebutuhan energi berlangsung (Sukadiyanto, 2011: 36). Menurut Catherin Sellers (diunduh di www.asc.com. pada tanggal 12 Juni 2014), energi standar semua gerak manusia adalah pelepasan energi dari ATP (Adenosin

trifosfat). Oleh karena itu, semua komponen terkait dengan resynthesis

atau penambahan ATP atau penghapusan dan/atau penyebaran dari produk limbah yang berhubungan dengan menjaga persediaan ATP.

Sistem energi anaerobik, selama proses pemenuhan kebutuhan energi menggunakan energi yang tersimpan di dalam otot. Sedangkan sistem energi aerobik dalam proses pemenuhan kebutuhan energi harus menggunakan bantuan oksigen (O2) yang diperoleh melalui sistem pernapasan. Atlet yang terlatih biasanya memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sistem yang diperlukan untuk mengisi ATP yang sedang digunakan. Tiga komponen utama: ATP/CP, LA dan oksigen memiliki kemampuan untuk mendukung berbagai kegiatan dalam berbagai intensitas dan durasi latihan. Semua atlet memiliki kemampuan untuk menghasilkan tenaga kerja dan intensitas yang melebihi kemampuannya untuk meresintesis ATP (Sellars, diunduh di www.asc.com. 12/06/2014).


(34)

20 a. Sistem energi anaerobik

Sistem energi anaerobik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) sistem energi anaerobik alaktik dan (b) sistem energi anaerobik laktik. Sistem energi anaerobik alaktik disediakan oleh sistem ATP-PC sedangkan sistem energi anaerobik laktik disediakan oleh sistem asam laktat (Bompa, 1994: 22). Proses pemenuhan kedua jenis sistem energi tersebut tidak memerlukan bantuan oksigen (O2). Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP, yang hanya menopang kerja kira-kira 6 (enam) detik bila tidak ada sistem energi yang lain (Soekarman, 1991: 29).

Menurut Shepard (1978: 9-15) sistem energi anaerobik alaktik biasanya habis diawal kinerja dalam waktu 10 detik. Kerja otot dapat berlangsung lebih lama apabila sistem energi ATP dapat ditopang dengan sistem energi yang lain, yaitu Phospho Creatin

(PC) yang tersimpan di dalam sel otot. Digunakannya sumber bantuan energi Phospho Creatin (PC) dapat menambah kemampuan

kerja otot hingga mencapai kira-kira 10 (sepuluh) detik (Nossek, 1982 dalam Awan Hariono, 2006: 28). Namun, apabila kerja otot harus berlangsung lebih lama, maka kebutuhan energi yang diperlukan akan dipenuhi oleh sistem glikolisis anaerobik atau asam laktat. Sistem glikolisis anaerobik mampu memeperpanjang kerja otot selama kira-kira 120 detik (McArdle, dkk. 1986: 348). Jumlah


(35)

21

ATP dalam otot sangat terbatas dan oleh karena itu perlu terus dibentuk ATP baru agar sumber energi yang dimiliki tidak segera habis. Walaupun demikian di dalam otot terdapat sejumlah sistem yang berfungsi sebagai perbantuan dan secara konstan melakukan resintesis ATP dari ADP. Dengan cara ini jumlah ATP tetap cukup untuk melanjutkan aktivitas selama intensitasnya rendah sampai sedang (Shadiqin, 2013: 29). Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara continue untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini biasanya juga

akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali (Anwari, 2007: 2).

Phosphor Creatin merupakan sumber energi yang paling

cepat membentuk ATP pada saat terjadi proses pemenuhan energi. Jumlah sistem ATP-PC dapat ditingkatkan melalui pemberian latihan dengan gerakan yang cepat dan pembebanan yang tinggi. ATP dan PC sering disebut sebagai sistem fosfagen yang merupakan sumber

energi yang dapat digunakan secara cepat, tidak memerlukan oksigen (O2), dan ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraktil dalam otot (Soekarman, 1991 dalam Awan Hariono, 2006: 29).

Proses terjadinya pembentukan ATP adalah dengan pemecahan creatin dan phosphate. Proses tersebut akan menghasilkan


(36)

22

energi yang digunakan untuk meresintesis ADP+P menjadi ATP, dan selanjutnya akan dirubah lagi menjadi ADP+P yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang dibutuhkan untuk kontraksi otot. Perubahan CP ke C+P tidak mengahsilkan tenaga yang dapat digunakan langsung untuk kontraksi otot, melainkan digunakan untuk meresintesis ADP+P menjadi ATP (Awan Hariono, 2006: 29).

Sistem anaerobik merespon pelatihan dengan intensitas tinggi melalui biokimia, saraf, dan adaptasi anatomi. Salah satu faktor penting yang membedakan latihan bersifat anaerobik dan latihan bersifat aerobik yaitu intensitas dosis latihan. Untuk latihan yang bersifat anaerobik dosis latihan tinggi dan dilakukan mendekati kelelahan. Disamping itu sistem anaerobik dapat langsung dinilai dengan tes kinerja yang dilakukan pada sebuah gerakan (Cahill, dkk. 1997: 1). Pelatihan yang tepat dan spesifik akan menentukan kemampuan untuk mengeksekusi gerakan secara efisien. Bentuk pelatihan untuk kinerja yang kurang dari 10 detik yaitu dengan pengulangan yang spesifik dan jarak yang pendek (Shepard, R. J. 1978: 9-15).

Pada cabang olahraga pencak silat kategori tanding, teknik tendangan dan pukulan dilakukan dengan cepat dan kuat (power) untuk menghasilkan nilai, ini berarti setiap usaha yang dilakukan untuk melakukan serangan atau belaan dalam pertandingan pencak silat memiliki intensitas yang tinggi, gerakan cepat dan mendadak


(37)

23

tersebut akan mempersulit lawan dalam mengantisipasi serangan karena tendangan dan pukulan dilakukan dengan kombinasi mengelak, menghindar dan menangkap. Serangan dapat memperoleh nilai apabila mengenai sasaran yang telah ditentukan dengan menggunakan pola langkah, tidak terhalang, mantap, bertenaga, dan tersusun dalam koordinasi teknik serangan atau pembelaan yang baik. Untuk itu, diperlukan kemampuan kecepatan dan kekuatan yang bagus agar pesilat dapat melakukan serangan dengan sempurna (Awan Hariono, 2006: 30).

Selama dalam pertandingan pencak silat kategori tanding, pesilat melakukan serangan dengan beruntun sebanyak 6 (enam) serangan. Kategori tanding menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari sudut yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis/mengelak/mengena/ menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang yang tinggi, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus. Serangan beruntun yang dilakukan oleh satu orang pesilat harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara kearah sasaran sebanyak-banyaknya 6 (enam) teknik serangan. Pesilat yang melakukan rangkaian serang bela lebih dari 6 (enam) teknik akan diberhentikan oleh wasit. Serangan terus menerus


(38)

24

dengan menggunakan teknik serangan tangan yang sama dinilai satu serangan (Persilat, 2012). Oleh karena itu, gerakan harus dilakukan dengan eksplosif agar lawan tidak dapat melakukan pembelaan, apabila serangan telah enam kali maka wasit akan memberi aba-aba berhenti. Pada saat pesilat akan membanting melalui sebuah tangkapan, maka hanya ada waktu 5 (lima) detik untuk menyelesaikan proses tersebut sebelum wasit menghentikan fight.

Berdasarkan pengamatan secara langsung, rata-rata pesilat memerlukan waktu antara 3-5 detik untuk melakukan serangan (kedua pesilat melakukan enam kali serangan). Adapun ciri-ciri dari sistem energi anaerobik alaktik (ATP-PC) adalah: 1) intensitas kerja maksimal, 2) lama kerja kira-kira sampai 10 detik, 3) irama kerja eksplosif (cepat mendadak), 4) aktivitas mengahasilkan Adhenosin

diphospat (ADP)+energi (Sukadiyanto, 2011: 38).

Pertandingan pencak silat dilakukan sebanyak tiga babak, dengan waktu dua menit bersih untuk setiap babak. Selama dalam pertandingan, akumulasi terjadinya serangan atau pembelaan rata-rata 11 kali dalam satu babak. Dengan demikian, penggunaan sistem energi anaerobik alaktik dilakukan secara terus menerus. Untuk itu, diperlukan sistem energi anaerobik laktik agar kerja otot dapat berlangsung lebih lama. Adanya bantuan dalam sistem energi ini maka dapat memperpanjang kerja otot selama 120 detik. Adapun


(39)

25

ciri-ciri dari sistem energi anaerobik laktik adalah sebagai berikut: 1) intensitas kerja maksimal, 2) lama kerja antara 10-120 detik, 3) irama kerja eksplosif, 4) aktivitas mengahsilkan asam laktat dan energi (Sukadiyanto, 2011: 38-39).

b. Sistem energi aerobik

Aerobik berarti menggunakan bantuan oksigen, sehingga metabolisme aerobik adalah menyangkut serentetan reaksi kimiawi yang memerlukan bantuan oksigen. Setelah proses pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120 detik, maka asam laktat sudah tidak dapat diresintesis lagi menjadi sumber energi (Sukadiyanto, 2011: 39). Sistem energi tubuh yang utama adalah metabolisme aerobik. Sistem ini memberi energi bagi pembaharuan ATP dengan oksidasi karbohidrat, lemak dan protein yang disimpan dalam sel. Tidak seperti sistem anaerobik, metabolisme aerobik sangat efisien dan pada akhirnya tidak mengahsilkan kelelahan. Jadi, tubuh kebanyakan menggunakan sistem energi ini untuk jangkauan terbesar yang dimungkinkan (Holloszy, 1973 dalam Pate 1993: 239). Selama latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benar menyediakan seluruh energi ATP yang dibutuhkan oleh otot. Hal tersebut dapat terjadi karena latihan yang dilakukan dengan intensitas sedang dan rendah menyebabkan sistem pernapasan jantung dapat menggerakan oksigen ke otot secara teratur


(40)

26

(Pate, 1993: 239). Untuk itu, kegiatan olahraga yang memerlukan penggunaan oksigen dengan intensitas sedang sangat tergantung pada sistem metabolisme aerobik.

Glikolisis adalah pemecahan glikogen secara kimiawi, dan aerobik adalah adanya bantuan oksigen. Glikolisis aerobik adalah pemecahan glikogen dengan menggunakan bantuan oksigen. Ada perbedaan antara glikolisis aerobik dan glikolisis anaerobik, yaitu dengan adanya bantuan oksigen maka asam laktat tidak tertimbun di dalam otot. Dengan kata lain berkat bantuan oksigen akan menghambat terjadinya timbunan asam laktat di dalam otot, tetapi oksigen tersebut tidak meresintesis ATP. Fungsi oksigen dalam proses ini adalah untuk mengalihkan asam laktat dengan asam pyruvate ke dalam sistem

aerobik setelah diresentesis ATP (Sukadiyanto, 2011: 39).

Peran oksigen dalam metabolisme aerobik tidak boleh diabaikan. Mudahnya, tanpa oksigen metabolisme aerobik tidak mungkin terjadi karena selama latihan metabolisme aerobik terjadi di dalam mitikondria pada serabut otot. Untuk memperoleh oksigen tersebut dibutuhkan sistem paru jantung yang baik (paru, jantung, darah dan pembulu darah) untuk memperoleh oksigen dari atmosfir, sehingga oksigen dapat berperan aktif dalam metabolisme aerobik. (Pate, 1993: 239). Selanjutnya aktivitas fisik yang menggunakan sistem energi aerobik cenderung menggunakan power rendah dan


(41)

27

berhubungan erat dengan daya tahan kardiorespirasi. Sedangkan aktivitas fisik yang berasal dari sistem energi anaerobik memiliki kecenderungan menggunakan power yang tinggi dan berkaitan erat dengan power otot serta ketahanan otot. Berikut adalah ciri-ciri sistem aerob: (1) intensitas kerja sedang, (2) lama kerja lebih dari 3 menit, (3) irama gerak (kerja) lancar dan terus-menerus (kontinyu), dan (4) selama aktivitas menghasilkan karbondioksida+air (CO2+H2O). Sistem energi aerobik harus dikembangkan dalam proses latihan, oleh karena dapat membantu dalam penghapusan asam laktat, sehingga atlet dapat lebih mentorelir laktat tersebut (Sellars, 2014. diunduh di www.asc.com. pada tanggal 12 Juni 2014).

Sistem energi aerobik dalam pertandingan pencak silat kategori tanding tetap diperlukan untuk membentuk ATP, meskipun persentasenya tidak terlalu besar. Perbedaan sistem energi anaerobik dengan aerobik adalah seberapa besar tingkat penggunaan bantuan dari oksigen. Selama otot beraktivitas ketiga sistem energi tersebut saling bekerja bergantian dan memenuhi satu sama lain. Untuk itu, sistem energi merupakan serangkaian proses pemenuhan tenaga secara terus menerus dan saling bekerja bergantian (Soekarman, 1991: 17).

Salah satu keuntungan pesilat yang memiliki kemampuan aerobik yang bagus yaitu dapat mengadaptasi beban latihan yang diberikan dengan intensitas maksimal. Selain itu, pesilat yang


(42)

28

memiliki kemampuan daya tahan aerobik yang bagus akan lebih cepat dalam merecovery tubuhnya, sehingga tidak akan mengalami

kelelahan yang berarti sebagai akibat dari pemberian beban latihan yang diberikan. Latihan aerobik juga akan membantu pesilat meningkatkan kekuatan ligamen, tendon, dan serabut-serabut otot sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera selama proses berlatih maupun bertanding (Awan Hariono, 2006: 33).

4. Pencak silat kategori tanding a. Pengertian kategori tanding

Kategori tanding adalah kategori yang menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari sudut yang berbeda, keduanya saling berhadapan menggunakan teknik pembelaan dan serangan, seperti: pukulan, tendangan, tangkisan, elakan, tangkapan dan jatuhan terhadap lawan; menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang yang tinggi, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus (Persilat, 2012: 1). Pertandingan pencak silat kategori tanding merupakan pertandingan olaraga body contact, oleh karena itu pesilat yang akan bertanding

dalam suatu kelas ditentukan oleh pembagian berat badan. Berikut rincian kelas dan berat badan dalam kategori tanding usia dewasa baik putra dan putri:


(43)

29

Tabel 1. Kelas dan Berat Badan Kategori Tanding Putra Tanding Putra

Kelas A 45 Kg s/d 50 Kg

Kelas B Di atas 50 Kg s/d 55 Kg

Kelas C Di atas 55 Kg s/d 60 Kg

Kelas D Di atas 60 Kg s/d 65 Kg

Kelas E Di atas 65 Kg s/d 70 Kg

Kelas F Di atas 70 Kg s/d 75 Kg

Kelas G Di atas 75 Kg s/d 80 Kg

Kelas H Di atas 80 Kg s/d 85 Kg

Kelas I Di atas 85 Kg s/d 90 Kg

Kelas J Di atas 90 Kg s/d 95 Kg

Kelas Bebas Di atas 85 Kg Sumber: Persilat (2012: 6)

Tabel 2. Kelas dan Berat Badan Kategori Tanding Putri Tanding Putri

Kelas A 45 Kg s/d 50 Kg

Kelas B Di atas 50 Kg s/d 55 Kg

Kelas C Di atas 55 Kg s/d 60 Kg

Kelas D Di atas 60 Kg s/d 65 Kg

Kelas E Di atas 65 Kg s/d 70 Kg

Kelas F Di atas 70 Kg s/d 75 Kg

Kelas Bebas Bebas Di atas 75 Kg Sumber: Persilat (2012: 6)

Pesilat sebelum bertanding diwajibkan untuk menimbang berat badannya 15 menit sebelum pertandingan, berbeda dengan olahraga beladiri yang lain yang hanya melakukan penimbangan sekali. Namun dalam pertandingan pencak silat umumnya penimbangan berat badan ini dilakukan sampai babak final, oleh karena itu pesilat harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Setelah melakukan penimbangan berat badan dan dinyatakan sah oleh petugas penimbangan, maka pesilat bersiap untuk bertanding dalam gelanggang, dengan ukuran 10 m x 10 m


(44)

30

dengan ketebalan matras 3 (tiga) sampai 5 (lima) centimeter. Berikut gambar gelanggang dalam pertandingan pencak silat:

Gambar 1. Gelanggang Pencak Silat (www.terateemas.com)

Kategori tanding hanya bermain dalam lingkaran besar, apabila salah satu pesilat keluar dari garis tersebut maka wasit akan menghentikan pertandingan dan memberikan pembinaan. Apabila pesilat keluar garis yang kedua kalinya dalam babak yang sama maka wasit akan memberikan teguran pertama, apabila pesilat keluar yang ketiga kalinya maka wasit akan memberikan teguran kedua dan apabila pesilat masih keluar maka akan diberi peringatan kesatu


(45)

31

begitu seterusnya sampai peringatan ketiga yaitu diskualifikasi. Pesilat yang mempunyai fisik yang baik, dalam hal ini kemampuan aerobik dan anaerobik yang bagus maka akan mudah memanfaatkan bidang pertandingan tersebut. Oleh karena pesilat akan lebih mudah mengatur pola permainan yang lebih efektif tanpa harus keluar dari garis lingkaran.

b. Karakteristik pencak silat kategori tanding 1) Waktu pertandingan kategori tanding

Menurut Persilat (2012: 10) pertandingan pencak silat dilangsungkan dalam 3 (tiga) babak, setiap babak terdiri atas 2 (dua) menit bersih, waktu istirahat antar babak yaitu 1 (satu) menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak termasuk waktu bertanding, penghitungan terhadap pesilat yang jatuh karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding. Dengan demikian waktu bertanding dalam pertandingan pencak silat yaitu ketika wasit memberi aba-aba “mulai” sampai dengan aba-aba “berhenti”.

Berdasarkan banyaknya fight dalam satu babak dan waktu

yang dibutuhkan dalam sekali fight maka pesilat kategori tanding

harus memiliki kemampuan biomotor ketahanan dan kecepatan yang baik, oleh karena pesilat yang melakukan serangan dan belaan harus bergerak secepat mungkin dan melakukannya


(46)

berkali-32

kali. Pesilat yang bertanding dalam satu kelas umumnya harus bermain sebanyak 5 (lima) kali untuk sampai ke partai final, oleh karena itu unsur ketahanan dan kecepatan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding sangat diperlukan.

2) Macam gerak kategori tanding

Macam gerak dibedakan menjadi dua yaitu siklus dan non-siklus, meskipun dalam aktivitas seringkali merupakan kombinasi serangkaian gerak siklus dan non-siklus. Gerak siklus adalah gerak yang dilakukan secara terus menerus, sedangkan gerak non-siklus adalah gerak yang dilakukan secara terputus-putus (Sukadiyanto, 2011: 54). Macam gerak dalam pertandingan pencak silat kategori tanding yaitu kombinasi dari kedua macam gerak tersebut, hal ini dapat dilihat dari pergerakan pesilat pada saat melakukan fight dan recovery antar

fight. Pada saat pesilat melakukan fight, macam gerak yang

digunakan adalah macam gerak non-siklus, dikarenakan gerakan pada saat fight cenderung cepat, mendadak dan terputus antara

serangan pertama dan selanjutnya. Sedangkan pada saat recovery pesilat melakukan macam gerak siklus. Dengan

demikian macam gerak yang dominan dalam pertandingan pencak silat adalah macam gerak non-siklus (terputus-putus).


(47)

33

Pertandingan pencak silat kategori tanding berlangsung dengan pesilat yang saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis/mengelak, mengenakan sasaran dan menjatuhkan lawan, menerapkan kaidah pencak silat serta mematuhi aturan-aturan yang ditentukan. Maksud dari kaidah pencak silat adalah bahwa dalam mencapai prestasi teknik, seorang pesilat harus mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari sikap pasang, langkah serta mengukur jarak terhadap lawan dan mengkoordinasikan jenis serangan/pembelaan serta kembali pada sikap pasang (Persilat, 2012: 12). Hal ini berarti pesilat dalam pertandingan pencak silat kategori tanding tidak diperbolehkan meloncat-loncat, berlari maupun berjalan cepat untuk mendekati lawan. Melainkan harus menggunakan kaidah pencak silat yang dikombinasikan dengan serangkaian pola langkah.

Pembelaan dan serangan yang dilakukan harus berpola dari sikap awal/pasang, pola langkah, serta adanya koordinasi yang baik dalam melakukan serangan dan pembelaan. Setelah melakukan serangan/pembelaan harus kembali pada sikap awal/pasang dengan tetap menggunakan pola langkah. Wasit akan memberikan aba-aba “LANGKAH” jika seorang pesilat tidak melakukan teknik pencak silat yang semestinya (Persilat, 2012: 12). Hal ini menggambarkan bahwa serangkaian teknik


(48)

34

harus dilakukan dengan cepat, mendadak dan juga terputus. Adapun serangan beruntun yang dilakukan oleh satu orang pesilat harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara kearah sasaran sebanyak-banyaknya 6 (enam) teknik serangan. Pesilat yang melakukan rangkaian serang-bela lebih dari 6 (enam) teknik serangan akan diberhentikan oleh wasit. Adapun serangan terus menerus dengan menggunakan teknik serangan tangan yang sama dinilai satu serangan (Persilat, 2012: 12).

Berdasarkan uraian di atas macam gerak yang dominan digunakan dalam pertandingan pencak silat yaitu macam gerak non-siklus. Gerak siklus pada pencak silat kategori tanding terjadi pada saat pesilat melakukan kaidah dan pola langkah, sedangkan gerak non-siklus terjadi pada saat pesilat melakukan serang-bela dengan menggunakan berbagai macam teknik, seperti: pukulan, tendangan, jatuhan, elakan atau hindaran dan tangkisan.

3) Irama gerak kategori tanding

Irama gerak merupakan bentuk gerak yang ditinjau dari cepat lambatnya satu gerak dilakukan. Jenis irama gerak dikelompokkan menjadi irama cepat-mendadak (eksplosif), sedang, dan lambat (Sukadiyanto, 2011: 55). Pada pencak silat kategori tanding, pesilat mempunyai kecenderungan untuk menggunakan teknik pukulan, tendangan, jatuhan dan elakan


(49)

35

dalam usahanya memperoleh nilai. Apabila pesilat berhasil menjatuhkan lawan secara langsung maupun tidak langsung maka pesilat tersebut akan memperoleh nilai lebih besar dari pada melakukan teknik pukulan atau tendangan. Teknik jatuhan tersebut dapat dilakukan secara langsung menggunakan kaki (sapuan bawah, sapuan atas, dan menggunting) dan jatuhan dengan diawali gerak tangkapan kemudian disusul dengan usaha menjatuhkan lawan. Dalam pertandingan pencak silat dikenal istilah nilai prestasi teknik yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 3. Nilai Prestasi Teknik

Nilai Prestasi Teknik

Nilai 1 Serangan dengan tangan yang masuk pada

sasaran, tanpa terhalang.

Nilai 1+1 Berhasil menggagalkan serangan lawan, diikuti dengan serangan balik dengan tangan.

Nilai 2 Serangan dengan kaki yang masuk pada sasaran,

tanpa terhalang.

Nilai 1+2 Berhasil menggagalkan serangan lawan, diikuti dengan serangan balik dengan kaki.

Nilai 3 Teknik serangan langsung yang berhasil

menjatuhkan lawan.

Nilai 1+3 Berhasil menangkap serangan lawan, diikuti

dengan keberhasilan menjatuhkan lawan. Sumber: (Persilat, 2012: 15)

Berdasarkan uraian nilai prestasi teknik tersebut dapat digambarkan kecepatan irama gerak untuk melakukan serangan atau belaan. Serangan lawan dapat digagalkan apabila pesilat melakukan tangkisan, elakan, dan menahan kemudian segera disusul dengan serangan balasan dengan kaki atau tangan. Untuk


(50)

36

melaksanakan teknik tersebut pesilat harus memiliki kemampuan biomotor kecepatan, fleksibilitas dan koordinasi yang apabila dilakukan secara bersamaan akan membentuk kelincahan (agility). Sedangkan dalam melaksanakan teknik

tangkapan dan bantingan pesilat harus melakukan gerakan tersebut dengan irama cepat dan berkesinambungan agar lawan yang akan dijatuhkan mengalami ketidakkeseimbangan sehingga mudah untuk dijatuhkan. Teknik bantingan dengan mengangkat badan lawan lazim ditemui dalam setiap pertandingan pencak silat kategori tanding baik putra maupun putri, pesilat yang mampu melakukan teknik tersebut jelas memiliki kekuatan otot yang baik karena secara aturan berat badan dalam satu kelas hanya diperbolehkan terpaut 5 (lima) kilogram.

Sikap pasang dalam pertandingan pencak silat tidak selalu sama artinya selalu berubah arah atau menyesuaikan dengan kebutuhan pesilat. Sikap pasang sangat menentukan hasil gerak teknik yang dilakukan oleh pesilat baik untuk menyerang maupun bertahan. Untuk itu pesilat harus menguasai sikap pasang dengan baik dan benar. Pada pencak silat kategori tanding, agar teknik serangan dapat mengenai sasaran dan memperoleh nilai maka gerakan yang dilakukan harus cepat dan mendadak (eksplosif), sehingga lawan mengalami kesulitan


(51)

37

dalam melakukan hindaran, elakan, tangkisan, maupun tangkapan. Sebaliknya, pada saat bertahan pesilat harus mampu mengantisipasi setiap gerak yang akan dilakukan oleh lawan agar lawan mengalami kesulitan dalam memperoleh nilai. Dengan mengetahui sikap pasang yang dilakukan lawan, memungkinkan bagi pesilat untuk memprediksi kemungkinan serangan yang akan dilakukan oleh lawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pesilat harus memiliki kemampuan antisipasi yang didukung oleh kemampuan kecepatan dan kemampuan respon yang baik dari seorang pesilat.

Teknik tendangan yang dilakukan pesilat dalam melakukan respon terhadap gerakan lawan merupakan teknik counter attack yang membutuhkan konsentrasi tinggi, dalam

satu kali serangan membutuhkan kecermatan agar serangan tersebut tepat mengenai sasaran dan termasuk nilai bersih yang diperoleh pesilat, hal ini dapat dilakukan oleh pesilat yang memiliki kemampuan kecepatan yang baik. Sehingga pada saat melakukan counter attack lawan tidak sempat melakukan belaan

seperti menghindar, mengelak, menangkis, maupun menangkap serangan yang dilakukan.

Keberhasilan melakukan serangan dengan kaki dapat disusul dengan serangan berikutnya oleh lawan, dalam


(52)

38

mengantisipasi hal ini seorang pesilat harus memiliki kecepatan dalam hal mengelak untuk mengamankan nilai yang telah didapat. Bisa juga dengan melakukan tangkapan apabila lawan melakukan serangan kaki, kemudian disusul dengan teknik jatuhan secara cepat dan mendadak.

Berdasarkan uraian di atas menggambarkan bahwa serangan-serangan yang dilakukan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding berirama capat dan mendadak. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa irama gerak dalam pencak silat adalah irama gerak cepat dan mendadak (eksplosif).

Melihat waktu yang digunakan, macam gerak, dan irama gerak dalam pertandingan pencak silat, maka dapat diidentifikasi komponen biomotor yang penting dalam olahraga pencak silat kategroi tanding. Adapun komponen biomotor yang penting dalam pencak silat yaitu, ketahanan, kekuatan, kecepatan, fleksibilitas, dan koordinasi (Awan Hariono, 2006: 43).

B. Penelitian yang Relevan

Salah satu penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengenai analisis kebutuhan sistem energi predominan Taekwondo Kyoruki yang ditulis oleh Asep Santoso pada tahun 2011. Hasil penelitian itu menunjukan bahwa rata-rata dalam satu kali gebrakan terjadi selama 2 (dua) detik. Dengan demikian, lama waktu untuk recovery antara


(53)

39

gebrakan rata-rata 13 detik. Persentase dari waktu yang digunakan selama dalam pertandingan selama 3 (tiga) ronde adalah 10% untuk gebrakan (waktu kerja), 65% untuk recovery antar fight, dan 25% untuk interval antar babak.

Untuk itu, total waktu istirahat baik aktif maupun pasif sebanyak 90%, sedangkan total waktu efektif yang digunakan untuk fight selama dalam

pertandingan sebanyak 10%. Dengan dilihat dari waktu kerja singkat dan intensitas tinggi yang digunakan dapat disimpulkan sistem energi yang dominan dalam pertandingan taekwondo kyoruki adalah anaerobik.

Butir penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1) substansi pembahasan, dan 2) teknik analisis data. Penelitian tersebut menggambarkan kebutuhan energi predominan dalam pertandingan kyoruki taekwondo.

Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kebutuhan sistem energi yang dominan digunakan atlet dalam pertandingan kyoruki. Sampel dipilih melalui purpose sampling mulai dari babak penyisihan, semi final, hingga

final dengan persyaratan pertandingan terjadi full round tanpa terjadi knock

out atau penambahan ronde (suddent death), kemudian dari keseluruhan

video tersebut dipilih sebanyak 20 video di mana pertandingan yang diambil tidak terjadi pesilat terlalu banyak menunggu dan tidak terlalu banyak menyerang. Populasi dalam penelitian tersebut adalah pertandingan kejuaraan daerah taekwondo DIY tahun 2010. Variabel dalam penelitian ini adalah waktu kerja seorang atlet selama dalam pertandingan ketika pesilat


(54)

40

melakukan gerakan dalam usahanya meraih point dan dalam kondisi anaerobik serta teknik yang digunakan pesilat dalam pertandingan.

C. Kerangka Berfikir

Prestasi olahraga pencak silat masih perlu ditingkatkan, peningkatan tersebut akan membawa pesilat menuju prestasi puncak. Salah satu hal yang penting dalam hal upaya meningkatkan prestasi tersebut adalah adanya program latihan yang mempunyai tujuan dan sasaran yang tepat dan jelas. Pelatih dalam menyusun program latihan harus menyesuaikan dengan waktu yang terjadi pada saat pertandingan sebenarnya.

Pertandingan pencak silat kategori tanding sangat membutuhkan ketahanan kecepatan (stamina), oleh karena dalam pertandingan pencak silat gerakan-gerakan teknik dilakukan dengan cepat dan mendadak dalam waktu yang singkat dan berulang-ulang selama 2 (dua) menit bersih sebanyak 3 (tiga) babak. Oleh karena itu, dalam pertandingan pencak silat kategori tanding harus memiliki kemampuan anaerobik yang bagus. Dalam pemenuhan anaerobik maka perlu dilandasi dengan kemampuan aerobik terlebih dahulu. Namun harus diketahui seberapa besar penggunaan antara sistem energi anaerobik dan aerobik yang dibutuhkan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding dewasa supaya dapat disesuaikan dalam program latihan.


(55)

41 D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa besar persentase kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dan putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta?

2. Berapa besar persentase kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta?

3. Berapa besar persentase kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta?


(56)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survai. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 234) yang dimaksud penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Oleh karena itu, peneliti hanya mengambil apa yang terjadi pada objek dengan direkam atau dipotret sesuai dengan apa adanya, kemudian memaparkan gejala tersebut dalam bentuk laporan penelitian secara lugas dan alami. Sedangkan metode survai dalam penelitian bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari sebagian populasi dengan data yang sifatnya nyata (tangible) (Donal Ary, dkk. dalam Suharsimi Arikunto, 2005: 237).

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 169) variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Adapun definisi operasional adalah definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi (Jogiyanto, 2004: 62). Berikut definisi operasional yang ada dalam penelitian ini:


(57)

43

1. Kebutuhan energi

Kebutuhan energi dikatakan sistem anaerobik alaktik apabila aktivitas kerja otot dibawah 10 detik, dikatakan anaerobik laktik apabila aktivitas kerja otot lebih dari 10 detik dan kurang dari 120 detik, serta dikatakan aerobik apabila aktivitas kerja otot lebih dari 120 detik.

2. Pencak silat kategori tanding

Pertandingan yang dilakukan antara dua orang pesilat dari kubu yang berbeda yang menempati masing-masing sudutnya yakni sudut biru dan sudut merah, dalam pertandingan tersebut pesilat akan bertanding melakukan serangkaian gerak teknik dan taktik untuk mendapatkan nilai dengan diawali posisi pasang, kaidah, melakukan fight, dan kembali ke posisi pasang setelah wasit memberi aba-aba “berhenti”.

C. Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda nyata, abstrak, peristiwa atau gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta baik putra maupun putri yang mengikuti Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.


(58)

44

2. Teknik pengambilan sampel

Sampel adalah pemilihan sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi sehingga dihasilkan sampel yang mewakili populasi yang dimaksud (Suharsimi Arikunto, 2005: 91). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2005: 97). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pesilat putra maupun putri dalam Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berhasil masuk dalam babak semifinal dan babak final. Pertandingan yang diambil sebagai sampel adalah partai yang diasumsikan dapat mewakili dari keseluruhan pertandingan. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah pertandingan babak semifinal dan babak final yang berlangsung dalam 3 babak penuh yaitu sebanyak 31 partai. Alasan peneliti mengambil sampel pada babak semifinal dan babak final adalah karena dalam babak tersebut penampilan/peforma bertanding lebih berkualitas. Pesilat yang telah memasuki babak semifinal dan babak final adalah pesilat yang diprediksi memiliki fisik, teknik, taktik, dan mental yang baik untuk memenangkan pertandingan sebelumnya.


(59)

45

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 102) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan handycam.

a. Lembar observasi

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi yang memuat tentang: (1) Waktu kerja, yaitu waktu yang diperlukan pesilat dalam melakukan serangan atau pembelaan dengan menggunakan teknik dan taktik dengan cepat sehingga terjadi body contack dengan lawan; (2) Recovery aktif antar fight,

yaitu waktu yang terjadi sebelum terjadi fight berikutnya yaitu ketika pesilat berada pada posisi aerobik dengan pergerakan aktif seperti melakukan pola langkah dan kaidah pencak silat; dan (3) Recovery

pasif atau interval antar babak, yaitu interval antar babak adalah ketika pesilat berada pada sudutnya masing-masing dalam kondisi pasif (istirahat).

b. Handycam yang digunakan untuk merekam dan mendokumentasikan pertandingan sebanyak 4 buah.


(60)

46

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 224). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan observasi langsung dilakukan dengan cara merekam pertandingan pencak silat kategori tanding pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V di Universitas Gadjah Mada. Perekaman dilakukan menggunakan 4 (empat) handycam

yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: (1) Sony HDR-CX 190, 30x Zoom, camera 5 mp, Carl Zeiss Lens, (2) HD Sony model no. DCR-SX65E/BC, 70x Extended Zoom, Carl Zeiss Lens 1,8 – 108, Made in China (3) Sony DCR-SX22E, no. 1762597. 4-439-291-01 Carl Zeiss Lens 1,8 – 108, Made in China, dan (4) JVC model no. G2-MG 750AAG, Kunica Lens f=2.2-85,8 mm 1:18. Keempat handycam tersebut dipasang dibeberapa tempat yaitu: (a) Handycam 1 dipasang di gelanggang 1 yang terletak di sudut netral sebelah kiri dewan wasit juri dengan jarak 2 meter dari garis luar gelanggang, (b) Handycam 2 dipasang di gelanggang 1 yang terletak di tribun tepat diatas sudut netral sebelah kanan dewan wasit juri dengan jarak 7 meter dari garis luar gelanggang, (c) Handycam 3 dipasang di gelanggang 2 yang terletak di sudut netral sebelah kiri dewan wasit juri dengan jarak 2 meter dari garis luar gelanggang, dan (d) Handycam 4 dipasang di gelanggang 2 yang


(61)

47

terletak di tribun tepat diatas sudut netral sebelah kiri dewan wasit juri dengan jarak 7 meter dari garis luar gelanggang.

Pencatatan waktu menggunakan duration recording. Duration recording adalah teknik pengamatan yang menyediakan informasi pada penggunaan waktu (Judith, 2010: 331-333). Tabel berikut merupakan kisi-kisi dalam teknik pengumpulan data.

Tabel 4. Kisi-kisi Pengumpulan Data

No. Sampel ke-

JF WB (dtk) WK (dtk) WRA (dtk) WRP (dtk) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Keterangan:

1. JF : Jumlah fight dalam satu partai, yaitu ketika kedua pesilat melakukan body contack dengan gerakan yang cepat.

2. WB : Waktu bersih dalam satu partai, yaitu keseluruhan jumlah waktu yang dapat dihitung dari aba-aba

“mulai” sampai dengan aba-aba “berhenti” selama 3

babak.

3. WK : Waktu kerja dalam satu partai, yaitu ketika pesilat melakukan gerakan serang bela dengan cepat dan terjadi body contack.

4. WRA : Waktu recovery aktif dalam satu partai, yaitu ketika pesilat melakukan kaidah sebelum terjadinya fight dan setelah melakukan fight sebelum wasit memberikan

aba-aba “berhenti”

5. WRP : Waktu recovery pasif dalam satu partai, yaitu ketika istirahat antar babak dimana pesilat berada pada sudutnya masing-masing.


(62)

48

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis sehingga dapat diperoleh suatu gambaran. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 147) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini untuk mengetahui rata-rata data dengan menggunakan rumus dimana Σ (X) adalah jumlah keseluruhan dari penjumlahan X dan N adalah banyaknya sampel, sedangkan data yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu: (1) waktu kerja, (2) waktu

recovery aktif, dan (3) recovery pasif atau interval antar babak, kemudian setelah diketahui jumlah rata-rata data waktu kerja, data waktu recovery aktif dan data waktu recovery pasif maka akan dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus , dimana Σ (X) adalah jumlah rata-rata waktu (X), dan N adalah jumlah waktu bersih yang digunakan dalam satu pertandingan. Untuk itu pertandingan direkam menggunakan handycam,

kemudian video yang telah direkam di pindahkan ke sebuah laptop untuk diamati setiap waktunya dengan menggunakan software kinovea dan juga menggunakan stopwatch. Data waktu yang telah terkumpul akan dicatat dalam kisi-kisi pengumpulan data. Selanjutnya akan dicari persentase antara waktu kerja, waktu recovery aktif dan recovery pasif dalam kategori tanding.


(63)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V Tahun 2014. Sampel penelitian berjumlah 31 partai yang terdiri dari 19 pertandingan di kelas putra dan 12 pertandingan di kelas putri pada babak semifinal dan babak final. Sampel data yang diambil adalah data yang telah mewakili keseluruhan pertandingan, yakni:

1. Pertandingan yang berlangsung selama 3 babak, tidak ada tambahan babak. 2. Tidak terjadi WMP (Wasit Menghentikan Pertandingan).

3. Pertandingan yang tidak terjadi Kemenangan Teknik, dan 4. Pesilat yang tidak di diskualifikasi.

Untuk menghindari terjadinya bias data maka pengambilan waktu dilakukan dengan menggunakan softwarekinovea dan juga dibandingkan dengan menggunakan stopwatch. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang digunakan dalam perhitungan. Pengambilan waktu ditandai dengan:

1. Wasit memberi aba-aba “mulai” sampai memberikan aba-aba berhenti. 2. Sebelum dan sesudah kedua pesilat melakukan body contack maka waktu

tersebut termasuk dalam perhitungan waktu recovery aktif.

3. Pada saat pesilat melakukan serang bela maka waktu tersebut termasuk dalam waktu kerja, dan Istirahat antar babak atau istirahat pasif.

Adapun hasil uji kalibrasi terhadap alat ukur kecepatan adalah sebagai berikut:


(64)

50 Tabel 5. Hasil kalibrasi alat ukur kecepatan

No Media Audio Visual tfight (dtk) Menggunakan

Kinovea

tFight (dtk) Menggunakan

Stopwatch

1 Pertama 3.68 3.68

2 Kedua 3.36 3.36

3 Ketiga 1.88 1.88

4 Keempat 2.60 2.60

5 Kelima 2.36 2.36

6 Keenam 2.60 2.61

7 Ketujuh 2.80 2.80

8 Kedelapan 1.72 1.72

9 Kesembilan 3.36 3.36

10 Kesepuluh 3.76 3.76

Dari 10 percobaan, penyimpangan berkisar ± 0,01 detik 1. Deskripsi data kategori tanding putra

Kategori tanding putra terdiri atas 19 pertandingan dari babak final dan semi final dalam Kejuaraan Nasional antar Perguruan Tinggi ke-V. Berikut adalah deskripsi data yang dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi Data Dalam Satu Partai Kategori Tanding Putra

No. Sampel ke (X)

JF WB (dtk) WK (dtk) WRA (dtk) WRP (dtk)

1. 1 31 387.81 96.18 291.63 106.40

2. 2 22 372.98 55.22 317.76 100.48

3. 3 33 376.79 105.73 271.06 92.12

4. 4 20 303.82 67.44 236.38 96.64

5. 5 49 397.89 144.33 253.56 111.72

6. 6 40 406.45 119.52 286.93 103.44

7. 7 24 380.00 71.16 308.84 106.89

8. 8 36 397.88 100.37 297.51 110.64

9. 9 34 378.30 107.13 271.17 114.20

10. 10 32 374.90 78.02 296.88 114.13 11. 11 33 382.35 75.99 306.36 104.08

12. 12 32 349.30 77.58 271.72 99.08

13. 13 30 391.95 91.00 300.95 132.72 14. 14 47 384.17 121.41 262.7 101.96 15. 15 30 395.36 92.14 303.22 112.28 16. 16 51 416.52 141.61 274.91 105.16 17. 17 20 393.09 56.93 336.16 108.24 18. 18 59 395.59 149.66 245.93 101.55 19. 19 51 367.29 145.26 222.03 120.88


(65)

51 Keterangan:

1. JF : Jumlah Fight dalam satu partai 2. WB : Waktu Bersih dalam satu partai 3. WK : Waktu Kerja dalam satu partai

4. WRA : Waktu Recovery Aktif dalam satu partai 5. WRP : Waktu Recovery Pasif dalam satu partai 2. Deskripsi data kategori tanding putri

Kategori tanding putri terdiri atas 12 pertandingan dalam Kejuaraan Nasional antar Perguruan Tinggi ke-V. Berikut adalah deskripsi data yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi data dalam satu partai kategori tanding putri No. Sampel ke- JF WB (dtk) WK (dtk) WRA (dtk) WRP (dtk)

1. 1 36 363.87 101.41 262.46 97.28 2. 2 42 372.76 95.04 277.72 100.84 3. 3 42 414.86 139.10 275.76 117.12 4. 4 57 409.61 192.53 217.08 121.72 5. 5 28 370.79 67.00 303.79 116.20 6. 6 42 374.38 104.29 270.09 109.80 7. 7 45 375.80 133.93 241.87 101.04 8. 8 30 370.08 66.71 303.37 92.88 9. 9 23 371.02 62.58 308.44 116.72 10. 10 33 379.61 107.18 272.43 118.68 11. 11 19 331.20 66.08 265.12 101.20 12. 12 54 385.86 142.84 243.02 123.48

Jumlah 451 4519.84 1278.69 3241.15 1316.96

Keterangan:

1. JF : Jumlah Fight dalam satu partai 2. WB : Waktu Bersih dalam satu partai 3. WK : Waktu Kerja dalam satu partai

4. WRA : Waktu Recovery Aktif dalam satu partai 5. WRP : Waktu Recovery Pasif dalam satu partai

B. Hasil Penelitian

Hasil deskripsi data penelitian akan dihitung menggunakan software Microsoft excel dimana telah dijelaskan di atas bahwa pengambilan waktu menggunakan alat pemutar video kinovea dan juga menggunakan stopwatch.


(1)

150

150

Lampiran 48


(2)

151

151

Lampiran 49


(3)

152

152

Lampiran 50


(4)

153

153

Lampiran 51

Lampiran 52

KELAS SUDUT MERAH VS SUDUT BIRU SKOR

B Pi Girindra Kusuma Wardani UNY Sri Rahayu UNS

0 5

KELAS SUDUT MERAH VS SUDUT BIRU SKOR

E Pa Gunawan Harsono

UNTAG Banyuwangi

Afif Azkiawan Univ. Lampung


(5)

154

154

Lampiran 53

Lampiran 54

KELAS SUDUT MERAH VS SUDUT BIRU SKOR

D Pa Muh. Panduwijaya

UNM

Ali Usman Univ. Halu Oleo

5 0

KELAS SUDUT MERAH VS SUDUT BIRU SKOR

C Pa Yosi Amura Hasikin

UN Malang

Syarif Nur Hasymi UNY


(6)

155

155

Lampiran 55

KELAS SUDUT MERAH VS SUDUT BIRU SKOR

I Pa Muslim

UNM

Panji Agung Muhamad UNPAD