Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

2 Pencak silat kategori tanding merupakan olahraga body contact, sehingga kemungkinan terjadinya cedera sangat tinggi pada saat pertandingan berlangsung. Untuk itu diperlukan kemampuan biomotor yang baik agar pesilat dapat melakukan setiap gerak teknik serangan maupun belaan dengan baik tanpa mengalami cedera yang berarti. Adapun komponen biomotor yang diperlukan dalam pencak silat kategori tanding adalah ketahanan, kekuatan, kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas Awan Hariono, 2005: 429. Aspek yang mendukung dalam pencapaian prestasi puncak dalam pertandingan pencak silat kategori tanding diantaranya adalah fisik, teknik, taktik, dan mental. Agung Nugroho 2000: 92 menyebutkan bahwa aspek fisik merupakan faktor pertama dalam olahraga pencak silat karena fisik yang baik akan mendukung aktivitas dalam pencapaian prestasi maksimal. Kualitas fisik antara lain ditentukan oleh kebugaran otot dan kebugaran energi. Menurut Awan Hariono 2006: 41 kebugaran otot mencakup komponen biomotor yaitu kekuatan, ketahanan, kecepatan, fleksibilitas, dan koordinasi. Sedangkan kebugaran energi mencakup sistem energi aerobik dan sistem energi anaerobik. Secara garis besar komponen biomotor dalam pencak silat dipengaruhi oleh kebugaran energi. Selama ini belum ada penelitian yang mengungkapkan masalah kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat, khususnya dalam kategori tanding. Untuk menentukan persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan selama pertandingan pencak silat kategori tanding perlu mempertimbangkan antara lain: lamanya waktu pertandingan berlangsung, macam gerak yang dilakukan pesilat, irama gerak 3 yang terjadi, waktu recovery pada saat pertandingan berlangsung, dan interval antar babak Awan Hariono, 2006: 34. Proses latihan fisik salah satunya untuk meningkatkan kemampuan sistem energi aerobik dan anaerobik pesilat, untuk dapat memberikan latihan tersebut pelatih harus mengetahui kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. Energi dominan yang digunakan dalam pencak silat kategori tanding berfungsi untuk menentukan jenis latihan yang dilakukan. Pelatih yang mengetahui sistem energi dominan akan dapat menyusun program latihan dengan metode, model dan pembebanan latihan yang tepat, sehingga kebugaran energi dapat ditingkatkan dengan tepat. Metode dalam latihan pencak silat adalah cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan latihan. Sedangkan model latihan dalam pencak silat adalah pola atau bentuk latihan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan latihan. Adapun pembebanan latihan adalah segala bentuk tuntutan dan rangsangan yang diberikan kepada pesilat dalam latihan yang dapat menimbulkan efek latihan trainings effect Syafruddin, 2010. diunduh dari www.wordpress .com. pada tanggal 6 Juni 2014. Pada pertandingan pencak silat kategori tanding, perencanaan program latihan fisik perlu memperhatikan energi dominan yang digunakan, ketahanan sistem energi yang baik akan mempermudah pesilat melakukan serangkaian gerak teknik maupun melaksanakan taktik dalam pertandingan maupun dalam proses latihan, oleh karena itu kecepatan dalam melakukan serangkaian gerak teknik yang dilakukan pesilat akan bertahan lebih lama. Oleh karena dalam 4 pertandingan pencak silat kategori tanding gerakan teknik dilakukan dengan cepat dan mendadak dalam waktu yang singkat dan berulang-ulang selama 2 dua menit bersih sebanyak 3 tiga babak. Maka dibutuhkan penyelenggaraan sistem latihan yang baik, pemilihan rancangan program latihan dan metode latihan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan biomotor dan kebugaran energi, serta dapat mengurangi resiko cedera. Pelatih pencak silat kategori tanding dalam proses latihan fisik harus memperhatikan kebutuhan energi dominan yang digunakan, agar kondisi fisik yang akan di kembangkan dapat tercapai sesuai dengan periodisasi latihan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar pelatih tidak memperhatikan kebutuhan energi dominan dalam proses berlatih melatih, hal ini dapat dilihat dari penerapan latihan yang dilakukan secara umum dalam setiap periode latihan, akibatnya prinsip kekhususan latihan dalam pencak silat kategori tanding tidak dapat tercapai dengan tepat. Bahkan masih ada pelatih yang beranggapan bahwa ketika seorang pesilat menjalani latihan harus selalu melebihi waktu kerja yang diperlukan saat bertanding. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat khususnya kategori tanding, sehingga penyusunan program latihan dapat disesuaikan menurut periodisasi latihan yang sedang dijalani. Pengetahuan pelatih dalam penggunaan energi dominan dapat menjadi pedoman pada penyusunan menu latihan fisik sesuai dengan periodisasi latihan sehingga pesilat dapat memiliki kemampuan aerobik dan anaerobik 5 yang baik, dengan begitu pesilat akan lebih mudah menggunakan berbagai macam teknik dan taktik dalam proses beralatih maupun bertanding secara berulang-ulang. Hal ini selaras dengan pertandingan pencak silat kategori tanding yang menggunakan berbagai macam teknik untuk mendapatkan nilai, serangkaian teknik serangan atau belaan dilakukan dengan cepat dan mendadak selama 3 babak penuh, oleh karena itu energi dominan yang digunakan harus betul-betul dipahami oleh seorang pelatih. Dalam proses berlatih yang berkaitan dengan kebutuhan energi dominan di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya kategori tanding secara keseluruhan belum dapat digunakan dengan tepat, pada kenyataan dilapangan masih terdapat pelatih yang hanya mengutamakan peningkatan komponen biomotor seperti kecepatan dalam melakukan salah satu teknik tanpa diimbangi terlebih dahulu dengan kapasitas kebugaran energi yang tepat, sehingga teknik-teknik yang digunakan hanya monoton. Kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding yang belum diketahui sebagian pelatih di Daerah Istimewa Yogyakarta mengakibatkan pesilat yang memiliki kondisi fisik baik didominasi dari salah satu perguruan tinggi saja, oleh karena itu sistem latihan dengan mengetahui kebutuhan energi dominan perlu diterapkan dalam upaya meningkatkan prestasi pesilat. Prestasi puncak dalam pencak silat kategori tanding dapat tercapai melalui sebuah proses latihan yang panjang, sistematis dan adanya pembebanan yang progresif. Proses latihan dapat dilakukan dengan adanya sebuah program latihan yang mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas. 6 Dengan adanya program latihan maka dosis latihan dan skala prioritas sasaran latihan telah disusun dengan sistematis. Agar terjadi proses adaptasi latihan maka prinsip progresif harus diterapkan dengan memperhatikan beban latihan yang akan diberikan. Dengan demikian, proses latihan untuk kebugaran energi harus disesuaikan dengan periode latihan sehingga kemampuan biomotor pun dapat meningkat secara seimbang. Aspek yang mendukung dalam pencapaian prestasi puncak dalam pertandingan pencak silat kategori tanding diantaranya adalah fisik, teknik, taktik, dan mental. Pada pencak silat kategori tanding, kemenangan dalam pertandingan ditentukan apabila pesilat mendapatkan nilai tertinggi sampai pertandingan berakhir. Nilai dalam pertandingan pencak silat dapat diperoleh jika serangan dilakukan dengan mantap dan tepat pada bidang sasaran yang diperbolehkan tanpa terhalang apapun, sehingga menghasilkan bunyi pada body protector. Untuk setiap serangan yang dilakukan oleh pesilat harus dilakukan dengan kuat dan cepat sehingga lawan tidak dapat menangkis, menghindar atau menangkap serangan tersebut. Untuk itu diperlukan kemampuan power yang bagus agar serangan yang dilakukan tidak dapat diantisipasi oleh lawan. Menurut Persilat 2012: 11 serangan yang dinilai pada pencak silat kategori tanding adalah serangan yang mengenai sasaran yang sah dengan menggunakan kaidah, mantap, dan bertenaga. Serangan dan pembelaan yang dilakukan harus berpola dari sikap awal pasang, pola langkah, serta adanya koordinasi yang baik dalam melakukan serangan dan pembelaan. Oleh karena itu, pesilat harus mengembangkan pola bertanding sebelum melakukan fight 7 dengan dimulai dari sikap pasang, melakukan pola langkah untuk mengukur jarak ketika akan melakukan fight terhadap lawan, mengkoordinasikan serangkaian gerakan untuk melakukan serangan atau belaan, dan kembali pada sikap pasang. Artinya, dalam upaya mendekati lawan, pesilat tidak dibolehkan berlari maupun melompat melainkan harus menggunakan pola langkah. Gerak pesilat dalam melakukan pola langkah dan kaidah untuk mendekati lawan termasuk dalam gerak siklus atau dilakukan dengan terus menerus. Pada pencak silat kategori tanding, serangan sejenis dengan menggunakan tangan maupun kaki akan dinilai satu serangan. Artinya, teknik pukulan dan tendangan hanya dapat dilakukan secara efektif sebanyak satu kali dalam satu rangkaian gerak serang atau belaan, selebihnya merupakan usaha dalam mempertahankan nilai. Untuk itu, pesilat harus menggunakan kombinasi serangan baik menggunakan tangan atau kaki, sehingga setiap gerak teknik yang masuk pada sasaran dapat mendapatkan nilai. Berdasarkan uraian tersebut menunjukan bahwa macam gerak dalam pencak silat kategori tanding didominasi oleh gerak non siklus Awan Hariono, 2006: 36. Adapun serangan yang dilakukan secara beruntun oleh pesilat harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara kearah sasaran sebanyak-banyaknya 6 enam teknik serangan Persilat, 2012: 12. Pesilat yang melakukan rangkaian serang bela lebih dari 6 enam teknik serangan atau belaan akan dihentikan oleh wasit. Selain itu pada proses tangkapan untuk menjatuhkan lawan diberikan waktu selama lima detik Persilat, 2012: 16, sehingga apabila dalam waktu lima detik tidak terjadi jatuhan maka akan 8 diberhentikan oleh wasit. Berdasarkan dari pengamatan, rata-rata dalam melakukan 6 enam gerak teknik tersebut dibutuhkan waktu kira-kira 4 empat sampai 5 lima detik, apabila pada serangan terakhir masing-masing pesilat melakukan enam jenis serangan atau belaan kemudian kaki dapat ditangkap oleh lawan dan tidak terjadi jatuhan, maka akumulasi waktu yang diperlukan selama proses tersebut maksimal kira-kira 10 detik. Serangan atau belaan yang dilakukan secara beruntun dan terus menerus selama tiga babak mengakibatkan densitas gerak teknik yang tinggi dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. Untuk itu, pada kategori tanding komponen biomotor kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas sangat diperlukan agar pesilat dapat melakukan teknik serangan atau belaan tanpa mengalami kesulitan. Menurut Persilat 2012: 10 kategori tanding berlangsung sebanyak 3 tiga babak, setiap babak terdiri atas 2 dua menit bersih, diantara babak diberikan waktu istirahat 1 satu menit. Waktu ketika wasit menghentikan fight dan waktu pengesahan terhadap pesilat yang jatuh tidak termasuk waktu bertanding. Kategori tanding umumnya terjadi 1 fight pertarungan dengan pergerakan yang cepat dan mendadak, 2 recovery aktif untuk melakukan fight berikutnya, dan 3 istirahat pasif interval antar babak. Selama dua menit bersih pesilat melakukan fight dengan menggunakan teknik dan taktik yang efektif dan efisien, rangkaian serang bela yang beruntun dengan berbagai cara kearah sasaran hanya boleh dilakukan sebanyak-banyaknya 6 enam kali serangan atau belaan masing-masing pesilat. Oleh sebab itu, pesilat harus memiliki kemampuan daya tahan yang baik agar dapat 9 melakukan serangan maupun belaan dengan mantap dan bertenaga selama tiga babak, selain itu pesilat yang memiliki kemampuan daya tahan yang baik dapat dengan cepat merecovery kelelahan pada saat bertanding. Pentingnya pengetahuan pelatih dalam hal kebutuhan energi dominan yang digunakan pada pencak silat kategori tanding yaitu untuk 1 menentukan pola bermain pesilat, 2 menyusun program latihan sesuai dengan sistem energi yang dibutuhkan, 3 pelatih dapat menentukan model dan metode dalam upaya meningkatkan kemampuan aerobik dan anaerobik pesilat, 4 dapat menentukan pembebanan latihan dengan tepat Zouhal, 2010: 1, dan 5 pengetahuan ini berguna untuk membantu pelatih dalam pelaksanaan yang benar dari program latihan yang dirancang untuk mengoptimalkan produksi metabolisme ATP dan karenanya mencapai kinerja puncak Duffield, dkk. 2005: 305. Apabila kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding tidak dapat dipahami oleh pelatih maka akan berakibat pada program latihan yang keliru, program latihan yang keliru akan berakibat negatif untuk pesilat, misalnya: 1 pesilat tidak dapat mencapai peak performancenya, 2 pesilat akan mengalami over training, 3 pesilat mudah mengalami cedera, 4 mengganggu fungsional tubuh Bafirman, 2013: 41-47, dan 5 tidak ada kekhususan proses latihan dalam penggunaan sistem energi sehingga kemampuan anaerobik maupun aerobik tidak meningkat Spencer Gastin, 2000: 157. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pelatih harus memperhatikan kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding untuk menyusun program latihan sesuai dengan periodisasi latihan, sehingga dapat 10 menyusun program latihan dengan model, metode, dan pembebanan latihan yang tepat, sehingga pesilat dapat meraih prestasi dengan optimal. Penelitian dalam hal kebutuhan energi dominan dalam pencak silat pun belum ada, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul analisis kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Belum ada penelitian tentang kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding. 2. Sebagian besar pelatih belum memahami kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding. 3. Sebagian besar pelatih di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak menggunakan ketentuan kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding dalam menyusun program latihan. 4. Banyak pelatih yang melakukan kesalahan dalam memberikan beban latihan karena keterbatasan pengetahuan terhadap kebutuhan energi dominan pada pencak silat kategori tanding. 11

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis kebutuhan energi dominan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat antar Perguruan Tinggi ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta batasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dan putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta? 2. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putra dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta? 3. Bagaimanakah persentase kebutuhan energi dominan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding putri dewasa pada Kejuaraan Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Ke-V tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta?