maka seseorang akan menganalisa pengetahuan yang diperolehnya. Analisa itu sendiri adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain Notoatmodjo, 2003, hlm. 123.
Setelah semua pengetahuan diaplikasikan maka seseorang akan berusaha untuk menuju ke tingkatan yang selanjutnya yaitu mengsintesiskan pengetahuan
yang diperolehnya. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Selanjutnya pengetahuan yang diperoleh akan dievaluasi terlebih dahulu kebenarannya. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Notoatmodjo, 2003, hlm. 123.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: cara tradisional atau nonilmiah, yakni tanpa
melalui penelitian ilmiah, dan cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian. Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis Notoatmodjo, 2010, hlm. 11.
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini terdapat 10 macam cara. Yang pertama yaitu cara coba-salah trial and error yaitu merupakan upaya
pemecahannya dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan Notoatmodjo, 2010, hlm. 11.
Cara yang kedua yaitu secara kebetulan yang merupakan penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan. Cara yang ketiga yaitu cara kekuasaan atau otoriter yaitu sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas atau kekuasaan ahli ilmu pengetahuan Notoatmodjo, 2010, hlm. 12.
Cara yang keempat yaitu berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud
bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut Notoatmodjo, 2010, hlm. 13.
Cara yang kelima yaitu cara akal sehat, dimana akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan
ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya
berbuat salah. Cara keenam yaitu kebenaran melalui wahyu yang mana ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para
Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil
usaha penalaran atau penyelidikan Notoatmodjo, 2010, hlm. 14. Cara yang ketujuh yaitu kebenaran secara intuitif dimana kebenaran secara
intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi
atau suara hati atau bisikan hati saja Notoatmodjo, 2010, hlm. 15. Cara yang kedelapan yaitu melalui jalan pikiran, sejalan dengan
perkembangan kebudayaan umat manusia. Cara berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung
melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus
kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus Notoatmodjo,
2010, hlm. 15. Cara yang kesembilan yaitu secara Induksi yaitu merupakan proses berpikir
induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal yang
abstrak. Cara yang kesepuluh yaitu secara deduksi yaitu merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir
deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas
Universitas Sumatera Utara
tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. Di sini terlihat proses berpikir berdasarkan pada
pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus Notoatmodjo, 2010, hlm. 16.
Selain cara tradisional atau nonilmiah pengetahuan dapat diperoleh dengan cara modern atau ilmiah. Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metodologi penelitian Notoatmodjo,
2010, hlm. 18
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan