terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013, sehingga hipotesis ketiga yang diajukan ditolak.
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati 2007 yang menyatakan bahwa kebijakan dividen
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal tersebut terjadi karena beberapa perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI telah menetapkan kebijakan pembayaran dividen yang relatif stabil setiap tahunnya. Seperti
pada PT Lion Metal Works Tbk yang menetapkan kebijakan pembayaran dividen dengan rasio minimal 20 dari laba bersih
tahun bersangkutan. Jadi dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen tak memengaruhi pengambilan keputusan dalam penggunaan
hutang.
d. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan
Hutang
Koefisien regresi variabel Pertumbuhan perusahaan Growth sebesar 0,725 dengan signifikansi 0,346. Nilai
signifikansi kebijakan dividen yang lebih besar dari signifikansi yang diharapkan 0,05 menunjukkan bahwa variabel kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2013, sehingga hipotesis keempat yang diajukan ditolak.
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan
hutang. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih dan Oktaviani 2012 yang
menyatakan bahwa Growth mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Data dari 39 perusahaan
manufaktur selama tiga tahun pengamatan dapat diketahui bahwa growth ratio berkisar dari 2,15 hingga 37,57. Growth ratio dari
tahun 2011 hingga 2013 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Pada tahun 2012, 8 dari 13 perusahaan mengalami
kenaikan sedangkan pada tahun 2013, 7 dari 13 perusahaan mengalami penurunan. Dengan tingkat pertumbuhan yang relatif
kecil menyebabkan kebutuhan modal juga relatif lebih kecil, sehingga pembiayaan dapat dibiayai dengan ekuitas yang dimiliki.
e. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang
Koefisien regresi variabel Profitabilitas ROA sebesar -4,310 dengan signifikansi 0,001. Nilai signifikansi Profitabilitas
yang lebih kecil dari signifikansi yang diharapkan 0,05 menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013, sehingga hipotesis kelima yang diajukan diterima.
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
hutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Amirya dan Atmini 2008 yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan
memilliki sumber dana internal yang lebih tinggi, sehingga dana tersebut
dapat digunakan
dalam pembiayaan
operasional perusahaan dan pada akhirnya dapat mengurangi penggunaan
hutang perusahaan. Seperti pada pecking order theory tentang hierarki pembiayaan yang dimulai dari laba ditahan, hutang dan
yang terakhir adalah saham baru.