Makna Gramatikal Reduplikasi Bukalah pintu itu lebar-lebar 2. Daunnya sudah lebar-lebar, tetapi belum dipetik. Kumpulkan kertas yang lebar-lebar itu disini. Makna Gramatikal Komposisi

sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka”. Qs. 22:35

2. Makna Gramatikal Reduplikasi

Reduplikasi juga merupakan satu proses gramatikal dalam pembentukan kata. Secara umum makna gramatikalnya adalah menyatakan ‘pluralis’ atau ‘intensitas’. Umpamanya kata rumah direduplikasikan menjadi rumah-rumah bermakna gramatikal ‘banyak rumah’, dan kata besar direduplikasikan menjadi besar-besar memiliki makna gramatikal ‘banyak yang besar’. Sedangkan kata memukul yang direduplikasikan menjadi memukul-mukul memberi makna gramatikal ‘berkali-kali memukul’. Chaer, 2003. Namun, makna gramatikal reduplikasi ini tampaknya tidak bisa ditafsirkan pada tingkat morfologi saja, melainkan baru bisa ditafsirkan pada tingkatan gramatikal yang lebih tinggi yaitu pada tingkatan sintaksis. Contoh :

1. Bukalah pintu itu lebar-lebar 2. Daunnya sudah lebar-lebar, tetapi belum dipetik.

3. Kumpulkan kertas yang lebar-lebar itu disini.

Contoh : 1 . ﻞﻴﻌﻓ ﻮﻫ ḥua fu’ailun ‘dia banyak melakukan sesuatu’ 2 . ﻚﻴﺨﺿ ﻲﻫ ḥia ḍuhaikun ‘dia tukang ketawa’ `kata lebar-lebar pada kalimat 1 bermakna ‘selebar mungkin’, pada kalimat 2 bermakna ‘banyak yang lebar’ dan pada kalimat 3 bermakna ‘hanya yang lebar saja’. Sejauh ini peneliti tidak menemukan kata A ṣ-ṣabru dalam Alquran yang mengalami proses gramatikal Reduplikasi.

3. Makna Gramatikal Komposisi

Universitas Sumatera Utara Butir leksikal dalam setiap leksikal, termasuk bahasa Indonesia, adalah terbatas, padahal konsep-konsep yang berkembang dalam kehidupan manusia selalu bertambah. Oleh karena itu, selain dengan proses afiksasi dan proses reduplikasi, banyak juga digunakan proses komposisi untuk menampung konsep- konsep yang baru muncul itu atau yang belum ada kosa katanya. Umpamanya, dulu kata kereta digunakan untuk menampung konsep ‘kendaraan beroda yang ditarik oleh kuda’. Kemudian dengan hadirnya kereta yang berjalan di atas rel dan ditarik oleh lokomotif bertenaga uap, muncullah gabungan kata kereta api atau kereta rel; dan yang ditarik oleh kuda disebut kereta kuda. Lalu, dengan hadirnya tenaga listrik yang digunakan untuk menjalankan kereta muncullah kata kereta listrik. Chaer:2003. Dalam perkembangan selanjutnya dikenal pula pola komposisi kata seperti kereta penumpang, kereta barang, kereta bisnis, kereta eksekutif dan sebagainya, dengan makna gramatikal ’kereta untuk mengangkut penumpang’,’ kereta untuk mengangkut barang’, ‘kereta untuk kelas bisnis’, dan ‘kereta untuk penumpang eksekutif’. Penutur asli suatu bahasa tidak perlu secara khusus mempelajari dulu fitur2 semantik kosa kata yang ada di dalam bahasanya untuk dapat membuat gabungan kata, sebab fitur-fitur semantik itu sudah turut ternuranikan sewaktu dia dalam proses pemerolehan bahasannya Iskandar 2009 Hal: 127.

4. Kasus Kepolisemian