Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam

last name. Resiprokal hubungan nonsimetris didapati jika terjadi perbedaan usia atau pangkat dalam jabatan.

2.6.1 Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau

Sapaan yang berlaku di Minangkabau kalau dilihat dari segi pemakaiannya dapat dibagi menjadi sapaan umum, sapaan adat, sapaan agama, dan sapaan jabatan Ayub dkk., 1984:10. Pemakaian jenis kata sapaan umum berkaitan dengan hubungan tidak resmi, baik di dalam kerabat maupun dengan orang lain di luar kerabat. Sapaan adat berkaitan dengan gelar adat dalam perkembangan adat Minangkabau yang diwariskan menurut garis keturunan ibu. Orang yang memakai gelar adat biasanya disapa menurut gelarnya sebagaimana pepatah mengatakan ketek banamo, gadang bagala ’kecil diberi nama, besar diberi gelar’. Sistem sapaan mencerminkan sistem sosial budaya masyarakat Minangkabau yang berlandaskan adat dan syarak. Hal ini tercermin dalam pepatah Minangkabau yang berbunyi syarak mangato adat memakai artinya syarak mengatakan dan adat memakai. Misalnya seorang yang menjabat penghulu kepala kaum di Minangkabau dipanggil datuak dan bukan dipanggil namanya Amir M.S., 2007.

2.6.2 Sistem Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam

Kabupaten Agam merupakan satu di antara beberapa daerah di Sumatera Barat. Ada dua pemahaman perihal daerah Agam, yaitu wilayah Agam berdasarkan administrasi dan wilayah Agam berdasarkan kebudayaan Minangkabau. Wilayah Agam berdasarkan administrasi mencakupi wilayah luhak Agam ditambah sebagian Universitas Sumatera Utara wilayah Pariaman Tiku dan Lubuk Sikaping. Sedangkan wilayah Agam berdasarkan kebudayaan mencakupi wilayah luhak Agam saja Syafyahya dkk., 2000:7. Kata sapaan yang akan dijabarkan berikut ini merupakan kata sapaan yang dipakai di wilayah Agam berdasarkan kebudayaan Luhak Agam. Di Kabupaten Agam, di samping berlaku gelar adat seperti di daerah lainnya di Minangkabau- gelar adat yang diperoleh dari garis keturunan ibu yang akhirnya dapat membuat si pemilik gelar diangkat menjadi kepala suku dalam kaumnya atau diangkat selaku penghulu, juga terdapat gelar adat yang diperoleh dari pihak ayah yang diturunkan kepada anak-anak lelakinya pada saat akan dilangsungkan pernikahan yang diberikan oleh pihak bakonya--saudara perempuan ayahnya. Sebagai contoh dalam BMA nama Syaifuddin disapa Udin atau gelarnya Sutan Bandaro – gelar yang diperolehnya dari bako keluarga ayah karena telah menikah, dan sebagainya Moussay, 1998:191-192. Kata sapaan di wilayah Agam bisa dibagi atas dua sapaan, yaitu kata sapaan kekerabatan dan kata sapaan nonkekerabatan. Kata sapaan kekerabatan merupakan pertalian langsung atau tidak langsung dan cara pemakaian kata sapaan pada umumnya. Sementara kata sapaan nonkekerabatan meliputi, yaitu 1 kata sapaan bidang agama, 2 kata sapaan bidang adat, dan 3 kata sapaan jabatan. Kata sapaan bidang agama merupakan kata sapaan yang dipakai untuk menyapa orang yang terlibat dan bekerja dalam bidang agama; hal ini menyangkut pengetahuan Universitas Sumatera Utara seseorang perihal agama Islam khususnya. Kata sapaan bidang adat merupakan kata sapaan yang dipakai untuk menyapa orang yang menduduki jabatan dalam adat. Pemakaian kata sapaan ini sesuai jabatan yang bersangkutan dalam adat tersebut. Sementara kata sapaan umum dipakai untuk menyapa orang lain. Pemakaian kata sapaan ini ditentukan oleh usia, pekerjaan, dan status sosial Syafyahya dkk., 2000: 12-13. Berikut ini diberikan panduan untuk keempat kata sapaan tersebut, yaitu kata sapaan umum, kata sapaan adat menurut kaum, kata sapaan dalam agama, dan kata sapaan dalam jabatan dalam BI dan BMA. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Kata Sapaan Umum dalam BI dan BMA Jenis Kata Sapaan dalam BI Jenis Kata Sapaan dalam BMA 1. Panggilan terhadap Ibu kandung Ibu inyiak uci, nenek, enek, amai gaek 2. Panggilan terhadap Ibu kandung biyai, amak, amai, uwai 3. Panggilan terhadap kakak Perempuan Ibu maktuo, mak adang, mak angah 4. Panggilan terhadap adik Perempuan Ibu Etek 5. Panggilan terhadap kakak dan adik laki- laki Ibu mak dang, mak etek 6. Panggilan terhadap Ayah kandung abak, abah, ayah, apa, apak, buya 7. Panggilan terhadap Kakak dan Adik Laki-laki Ayah Kandung pak tuo, pak dang, pak angah, pak etek 8. Panggilan kakak dan Adik Perempuan Ayah mak tuo,etek 9. Panggilan terhadap Kakak Laki-laki Kandung tuan, uwan, uda, panggil nama 10. Panggilan terhadap Adik Laki-laki Kandung adiak, panggil nama 11. Panggilan terhadap Kakak Perempuan Kandung kakak, uni, panggil nama Panggilan terhadap Adik Perempuan Kandung adiak, panggil nama

13. Panggilan terhadap Istri panggil nama, amaknyo, uwai, iyak

14. Panggilan terhadap Suami tuan, uda, gelarnya, apaknyo 15. Panggilan terhadap Anak Kandung Laki-laki Buyuang 16. Panggilan terhadap Anak Kandung Perempuan Upiak 17. Panggilan terhadap Cucu Kandung Laki-laki panggil nama 18. Panggilan terhadap Cucu Kandung Perempuan panggil nama 19. Panggilan terhadap Ayah Kandung dari Ibu dan Ayah Kandung dari Ayah Uwo, gaek, antan Diadaptasi dari Kuesioner Hepy Yen Trisny, 2006 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Kata Sapaan Adat Menurut Kaum dalam BI dan BMA Jenis Kata Sapaan dalam BI Jenis Kata Sapaan dalam BMA 1. Panggilan terhadap Penghulu Datuak 1. Panggilan terhadap Menantu Laki-laki sutan, bagindo, malin nama kecilpanggilan 3. Bisan orang tua ibu dan ayah dari istri atau suami anak kandung bisan bisan 4. Mintuo ibu dan ayah kandung dari istri atau suami Mintuo mintuo mamamakibu 5. Istri kakak laki-laki kandung timudo uni diikuti nama kecilpanggilan sama 6 . Minantu istri atau suami anak Kandung minantu nama kecilnama panggilan 7. Ipa saudara kakak dan adik istri atau suami ipa nama kecilpanggilan

8. Para pendatang yang menikah

dengan wanita setempat sutan, bagindo, malin nama kecilnama panggilannya Diadaptasi dari Kuesioner Hepy Yen Trisny, 2006 Universitas Sumatera Utara