Artinya tidak terbukti bahwa kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional ada perbedaan yang signifikan jika dilihat dari rasio PDN.
8. Pengujian Hipotesis Kinerja Keseluruhan
Berdasarkan uji homogenitas, variabel Kinerja antara kedua populasi memiliki varians yang berbeda. Perbedaan yang nyata dari kedua varians
membuat penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi atau test untuk Equality of Means menggunakan t-test dengan dasar equal
variance not assumed diasumsikan kedua varians populasi berbeda. Table 4.3 menunjukkan bahwa t
hitung
untuk Kinerja dengan equal variance not assumed diasumsikan kedua rata-rata populasi berbeda adalah -3.177
dengan probabilitas 0.03. Oleh k
arena nilai -t
hitung
-t
tabel
-3.177 -1.7033 dan tingkat signifikansinya lebih kecil dari
α
0.03 0.05,
maka H
a
diterima, atau secara statistik dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata mean Kinerja
perbankan konvensional dengan perbankan syariah berbeda. Artinya terbukti bahwa kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional ada
perbedaan yang signifikan jika dilihat dari rasio Kinerja.
D. Analisis dan Pembahasan Hasil Pengujian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan perbankan, yaitu perbankan syariah dan perbakan konvensional periode 2005-2009 dengan
menggunakan rasio CAMELS dan variabel yang digunakan adalah capital adequacy ratio CAR mewakili aspek capital , net performing loan NPL
mewakili aspek asset, biaya operasional dibagi pendapatan operasional BOPO mewakili aspek manajemen, return on asset ROA dan return on equity ROE
mewakili aspek earnings, loan to deposit ratio LDR mewakili aspek likuiditas, dan posisi devisa neto PDN mewakili aspek sensitivity to market risk
menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut CAR, NPL, BOPO, ROA, ROE, LDR, PDN berbeda secara signifikan ketika diuji secara menyeluruh dengan
variabel tambahan yang disebut variabel kinerja yang merupakan perwakilan pembobotan nilai keseluruhan variabel-variabel tersebut. Hal ini diketahui setelah
melakukan uji beda t-test untuk variabel kinerja tersebut, dan diperoleh -t
hitung
-t
tabel
-3.177 -1.70329 sehingga H
a
diterima dan H ditolak. Sedangkan tingkan
signifikansinya lebih kecil dari 5 persen 0.03 0.05 sehingga dinyatakan berbeda secara signifikan antara perbanakan syariah dan perbankan konvensional.
Hasil penelitian menggunakan variabel kinerja untuk mewakili performa rasio keuangan secara keseluruhan ini, sedikit bertolak belakang dengan hasil pengujian
untuk masing-masing rasio, karena hanya rasio LDR yang terbukti secara statistik berbeda signifikan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional periode
2005-2009. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi dari rasio LDR yang lebih kecil dari 5 persen.
Capital adequacy ratio CAR tidak memiliki perbedaan signifikan antara perbanakan syariah dengan perbankan konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikansi dari CAR yaitu sebesar 0.151 0.151 0.05 setelah dilakukan uji t. Hal ini menunjukkan bahwa baik perbankan syariah maupun perbankan
konvensional pada periode penelitian yaitu tahun 2005-2009 tidak ada perbedaan
signifikan kinerja dari aspek CAR yang berarti bahwa walaupun perbankan syariah digolongkan populasi yang baru tumbuh dan berkembang tetapi tetap
mampu bersaing dengan perbankan konvensional yang telah berdiri lebih lama. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rindawati
2007 yang menunjukkan rasio CAR tidak berbeda signifikan antara dua populasi tersebut, namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Samad
dan Hassan 1999 pada perbankan syariah dan perbankan konvensional yang ada di Malaysia karena terbukti ada perbedaan signifikan antara keduanya.
Net performing loan NPL tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara kedua populasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari NPL yaitu
sebesar 0.965 0.965 0.05 setelah dilakukan uji t. Hal ini menunjukkan bahwa baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional pada periode penelitian
yaitu tahun 2005-2009 tidak ada perbedaan signifikan kinerja dari aspek NPL yang berarti bahwa walaupun perbankan syariah digolongkan populasi yang baru
tumbuh dan berkembang tetapi tetap mampu bersaing dengan perbankan konvensional yang telah berdiri lebih lama.
Return on asset ROA tidak berbeda signifikan antara kedua populasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari NPL yaitu sebesar 0.609 0.609 0.05
setelah dilakukan uji t. Hal ini berarti bahwa bank syariah yang tergolong baru di dunia perbankan mampu bersaing dengan bank konvensional dalam mengelola
assetnya untuk mengasilkan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samad dan Hassan 1999 dan Wahyudi 2005, namun
bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rindawati 2007
yang menyatakan bahwa ROA perbankan syariah dan perbankan konvensional berbeda signifikan.
Returm on equity ROE antara kedua populasi ini tidak berbeda signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari ROE yaitu sebesar 0.591 0.591
0.05 setelah dilakukan uji t. Hal ini membuktikan bahwa bank syariah tetap mampu bersaing dengan bank konvensional dalam mengelola ekuitasnya dalam
menghasilkan laba dengan kata lain kinerja dari aspek ROE untuk perbankan syariah dan konvensional tidak berbeda signifikan. Hasil penelitian ini bertolak
belakng dengan penelitian yang dilakukan oleh Rindawati 2007 serta Samad dan Hassan 1999 yang menunjukkan ROE antara kedua populasi memiliki
perbedaan yang signifikan. Biaya Operasional dibagi Pendapatan Operasional BOPO kedua populasi ini
juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari BOPO yaitu sebesar 0.505 0.505 0.05 setelah dilakukan uji t.
Hal ini membuktikan bank syariah yang baru tumbuh dan berkembang tetap dapat bersaing dengan bank konvensional dalam mengelola efisiensi perusahaannya.
Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rindawati 2007 yang menunjukkan kedua populasi ini berbeda
signifikan jika dilihat dari aspek BOPO. Loan to deposit ratio LDR antara kedua populasi menunjukkan adanya
perbedaan signifikan antara kedua populasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari LDR yaitu sebesar 0.003 0.003 0.05 setelah dilakukan uji t.
Jika perbedaan ini dilihat dari mean LDR kedua populasi maka nilai mean LDR
bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bank konvensional dimana menurut Peraturan Bank Indonesia No.620PBI2004 mean LDR bank
konvensional yang sebesar 73.36 dibawah batas yang ditentukan Bank Indonesia yaitu hanya sebesar 85.00 yang artinya bank konvensional hanya mampu
menyalurkan kredit kepada pihak yang membutuhkan dana hanya sebesar 73.36 persen. Sedangkan bank syariah memiliki mean LDR sebesar 90.05 yang artinya
bank syariah mampu menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dana sebesar 90.05 persen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samad dan Hassan1999 dan juga Rindawati 2007 yang menyatakan ada perbedaan yang
signifikan antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari aspek LDR. Posisi devisa neto PDN antara kedua populasi perbankan ini tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari PDN yaitu sebesar 0.574 0.574 0.05 setelah uji t. Jika
perbedaan ini dilihat dari mean PDN kedua populasi maka nilai mean PDN bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bank konvensional dimana
menurut Peraturan Bank Indonesia No.620PBI2004 semakin tinggi nilai dari rasio ini maka semakin rendah kemampuan bank untuk mengelola risiko akibat
fluktuasi nilai tukar valuta asing, dengan kata lain bank konvensional lebih mampu mengelola risiko akibat fluktuasi valuta asing. Namun demikian tidak
terbukti ada perbedaan signifikan antar keduanya.
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Capital Adequacy Ratio CAR menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan secara signifikan antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah setelah uji statistik memakai independent sample t-test.
Namun demikian, perbankan konvensional memiliki kualitas CAR lebih baik dibandingkan perbankan syariah.
2. Non Performing Loan NPL menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan secara signifikan antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah setelah uji statistik memakai independent sample t-test.
Kualitas NPL perbankan konvensional maupun perbankan syariah tidak berbeda jauh atau bisa dikatakan setara dan masih berada pada kondisi
ideal menurut ketentuan Bank Indonesia. 3.
Return on Asset ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara perbankan konvensional dengan perbankan
syariah setelah uji statistik memakai independent sample t-test. Namun demikian, perbankan konvensional memiliki kualitas CAR lebih rendah
dibandingkan perbankan syariah dan menurut ketentuan Bank Indonesia