Sistem Rangka Pemikul Momen

Besaran faktor resistansi berbeda – beda untuk setiap perhitungan kekuatan yang ditinjau, misalnya : untuk kekuatan tarik digunakan faktor reduksi 0,9 dan untuk kekuatan tekan digunakan faktor reduksi 0,75. Dapat dilihat bahwa untuk penampang yang sama hasil kekuatan nominal yang akan didapat dari metode LRFD akan lebih tinggi dari metode ASD.

II.5. Sistem Rangka Pemikul Momen

Ada beberapa macam sistem struktur yang dapat dipakai dalam desain bangunan tahan gempa. Secara umum ada tiga system yang lazim dipakai, yaitu : • System struktur portal • System struktur dinding • System gabungan Dalam memilih system struktur yang tepat, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, misalnya tinggi bangunan, arsitektural, fungsional bangunan, dan denah organisasi. Tiap system memiliki perilaku yang berbeda-beda. System struktur portal umumnya lebih mengandalkan daktilitas struktur, sementara sistem struktur dinding lebih mengandalkan kekakuannya. SAC joint venture dengan didanai oleh Federal Emergency Management Agency FEMA pernah melakukan penelitian dengan meninjau kerusakan-kerusakan bangunan pasca gempa Northridge 1994 dan Kobe 1995. Penelitian ini memberikan suatu informasi mengenai respon seismic struktur baja, khususnya sistem rangka pemikul momen. Sistem rangka pemikul momen dengan menggunakan struktur baja dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Sistem rangka pemikul momen khusus SRPMK Universitas Sumatera Utara 2. Sistem rangka pemikul momen terbatas SRPMT 3. Sistem rangka pemikul momen biasa SRPMB Perbedaan ketiga jenis system struktur terletak pada kemampuannya dalam mengalami deformasi inelastic dan tingkat daktilitas. SRPMB merupakan system yang memiliki deformasi inelastic dan tingkat daktilitas yang paling kecil, tetapi memiliki kekakuan yang besar. Oleh karena itu, desain SRPMB boleh mengabaikan persyaratan “strong column weak beam” yang dipakai untuk mendesain struktur yang lebih mengandalkan daktilitas. Hal ini harus diperhatikan agar pola keruntuhan berupa “ soft storey mechanism” dapat dihindari. Soft storey dapat menghasilkan drift yang sangat besar karena deformasi dan disipasi enegi yang besar terkumpul pada satu atau bebrapa tingkat pada bangunan tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh “weak column strong beam” FEMA 355F, 2000. Model yang diteliti berupa bangunan 3, 9, dan 20 lantai dengan rasio momen kolom terhadap balok diambil 0,9. Bangunan 3 lantai setinggi 39 ft, bangunan 9 lantai setinggi 134 ft, dan bangunan 20 lantai yang tidak memenuhi syarat kinerja dari ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, disarankan agar struktur yang diijinkan mengalami “weak column strong beam” memiliki tinggi maksimal 100 ft 30,5 meter Di indonesia ketentuan-ketentuan khusus perencanaan struktur baja terhadap beban gempa diatur dalam SNI 03-1729-2002, yang mana juga memberikan klasifikasi terhadap sistem penahan gempa dimana salah satunya adalah SRPMB.namun dalam praktek desain, SRPMB masih jarang dipergunakan. Referensi penelitian yang telah dilakukan terhadap kinerja SRPMB yang cukup baik untuk daerah dengan resiko gempa kecil, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kinerja SRPMB yang didesain berdasarkan SNI-1729-2002 diwilayah gempa 2 di indonesia. Universitas Sumatera Utara Dalam hal rekayasa desain, saat ini berkembang suatu perencanaan bangunan berbasis kinerja atau performance based design PBD dimana bangunan tidak hanya direncanakan dari segi kekuatan strength , tetapi juga memperhatikan daktalitas sebagai faktor yang sangat berpengaruh pada prilaku bangunan saat terkena gempa. Perencanaan semacam ini memberikan informasi lebih detail dimana baik buruknya kinerja struktur saat terjadi gempa dapat dinilai secara jelas dan kuantitatif. Dalam perencanaan ini, istilah-istilah teknik disajikan dalam bentuk grafis dan bahasa yang lebih awam sehingga mudah dipahami.

A. Sistem rangka pemikul momen khusus SRPMK