BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Profil Kota Sibolga
Kota Sibolga adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke
selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan.
Kota Sibolga memiliki wilayah seluas 10,77 Km
2
. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik kota Sibolga tahun 2010, penduduk kota Sibolga adalah 85.271
jiwa ini berarti kepadatan penduduk pada wilayah pemukiman adalah 7.917 jiwa per km², sementara pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sekitar 1.99 . Masyarakat
Sibolga terdiri dari bermacam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing, Melayu dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah
Bahasa Minangkabau logat pesisir. Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng,
dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2
sampai lebih dari 40 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Topografi Kotamadya Sibolga
Kemiringan Luas
km² Persentase
Keterangan
Datar, kemiringan 0-2 3,12
29,10 daratan 2,17 km² dan kepulauan
0,95 km²
Bergelombang lereng 2- 15
0,91 8,49
daratan 0,73 km² dan kepulauan 0,18 km²
Curam, lereng 15-40 0,31
28,9 daratan 0,10 km² dan kepulauan
0,21 km²
Terjal, lereng lebih dari 40
6,31 59,51
daratan 5,90 km² dan kepulauan 0,53 km²
Total 10,77
100
Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21,6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di
sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedangkan hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Dasar Teori Kependudukan
2.2.1 Defenisi Penduduk
Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu
tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu tertentu Undang-Undang RI No.10 tahun 1992. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penduduk adalah
orang yang tinggal di suatu Negara dengan hak-hak dan kewajiban tertentu yang telah diatur dalam Undang-Undang.
2.2.2. Teori- Teori Kependudukan
Teori kependudukan dikembangkan oleh dua faktor yang sangat dominan yaitu yang pertama adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk terutama di negara-negara yang
sedang berkembang dan hal ini menyebabkan para ahli memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepadatan penduduk, sedangkan yang kedua adalah adanya
masalah-masalah yang bersifat universal, yang menyababkan para ahli harus lebih banyak mengembangkan dan menguasai kerangka teori untuk mengkaji lebih lanjut
sejauh mana telah terjalin suatu hubungan antara penduduk dengan perkembangan ekonomi dan sosial.
Menurut Robert Malthus 1766-1834 yang dikenal dengan aliran Malthusian menyatakan bahwa penduduk apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak
dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Di samping itu Malthus juga berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan
makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat di bandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk, apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan, atau dengan kata lain pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret ukur 1, 2, 4,
8, 16, ..., sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah bagaikan deret
Universitas Sumatera Utara
hitung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, .... Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan di mana kita akan kerurangan stok bahan makanan.
Emile Durkheim seorang ahli sosiologis dan salah satu tokoh kependudukan mutakhir menyatakan pada suatu wilayah dimana angka kepadatan penduduknya tinggi
akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan
tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu. Keadaan seperti ini jelas terlihat pada masyarakat
perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
2.3 Proyeksi Penduduk
1.Kelahiran Fertilitas
Fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup live birth, yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan adanya tanda-tanda kehidupan Ida Bagoes Mantra,
2009. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan berbeda antara wanita satu dengan wanita lain. Tinggi rendahnya tingkat kelahiran penduduk mempunyai
keterkaitan dan ketergantungan pada struktur umur, banyaknya perkawinan, penggunaan kontrasepsi, usia perkawinan, tingkat pendidikan dan status sosial ekonami.
Tingkat kelahiran yang tinggi tentu saja menjadi penyebab utama tingkat kepadatan penduduk disuatu daerah, sehingga perlu dilakukan penekanan terhadap angka kelahiran
yang salah satunya menggalakkan program Keluarga Berencana KB.
2. Kematian Mortalitas
Mortalitas adalah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup Said Rusli, 1981. Tinggi
rendahnya tingkat kematian penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat di daerah tersebut. Dengan memperhatikan trend dari tingkat mortalitas dan fertilitas di masa lampau dan estimasi perkembangan di masa mendatang dapat di buat
proyeksi penduduk wilayah bersangkutan.
3 Mobilitas
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen sementara misalnya turisme baik
nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk permanen menetap.
Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk
dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi
dengan tujuan untuk menetap.
Salah satu jenis migrasi yaitu Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduk ke pulau yang jarang penduduknya di dalam wilayah
Republik Indonesia. Transmigrasi pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal dengan nama kolonisasi. Berdasarkan
pelaksanaannya, transmigrasi di Indonesia dapat dibedakan atas : 1. Transmigrasi Umum, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan dan dibiayai oleh
pemerintah 2. Transmigrasi Khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan degan tujuan tertentu,
seperti penduduk yang terkena bencana alam dan daerah yang terkena pembangunan proyek
3. Transmigrasi Spontan swakarsa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seseorang atas kemauan dan biaya sendiri
4. Transmigrasi Lokal, yaitu transmigrasi dari suatu daerah ke daerah yang lain dalam propinsi atau pulau yang sama.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kepadatan Penduduk