Perhitungan angka konversi untuk pasien TB baru BTA positif :
Jumlah pasien TB baru BTA Positif yang konversi Jumlah pasien TB baru BTA Positif yang diobati
Di Unit Pelayanan Kesehatan UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA
Positif yang mulai berobat dalam 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan
intensif 2 bulan. Angka minimal yang harus dicapai adalah 80 . Angka konversi yang tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula.
2.1.8 Pemantauan kemajuan pengobatan TB
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara
mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah LED tidak digunakan untuk
memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik pada TB. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen
sebanyak dua kali sewaktu dan pagi. Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau keduanya
positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Tindak lanjut hasil pemeriksaan ulang dahak mikroskopis sebagaimana tercantum dalam Tabel
2.4. X 100
15
Universitas Sumatera Utara
TIPE PASIEN TB
U R A I A N HASIL BTA
TINDAK LANJUT
Pasien baru BTA positif dengan
pengobatan kategori 1
Akhir tahap Intensif
Negatif Tahap lanjutan
dimulai. Positif
Dilanjutkan dengan OAT
sisipan selama 1 bulan. Jika setelah
sisipan masih tetap positif,
tahap lanjutan tetap diberikan.
Sebulan sebelum Akhir Pengobatan
Negatif OAT dilanjutkan.
Positif Gagal, ganti
dengan OAT Kategori 2
mulai dari awal. Akhir Pengobatan
AP Negatif dan
minimal satu pemeriksaan
sebelumnya negatif
Sembuh.
Positif Gagal, ganti
dengan OAT Kategori 2
mulai dari awal.
Pasien baru BTA neg foto toraks
mendukung TB dengan pengobatan
kategori 1 Akhir intensif
Negatif Berikan
pengobatan tahap lanjutan sampai
selesai, kemudian pasien dinyatakan
Pengobatan Lengkap.
Positif Ganti dengan
Kategori 2 mulai dariawal.
Pasien BTA positif dengan pengobatan
kategori 2 Akhir Intensif
Negatif Teruskan
pengobatan dengan tahap
lanjutan. 16
Universitas Sumatera Utara
Positif Beri Sisipan 1
bulan. Jika setelah sisipan masih
tetap positif, teruskan
pengobatan tahap lanjutan. Jika ada
fasilitas, rujuk untuk uji
kepekaan obat.
Sebulan sebelum Akhir Pengobatan
Negatif Lanjutkan
pengobatan hingga selesai.
Positif Pengobatan gagal,
disebut kasus kronik, bila
mungkin lakukan uji kepekaan obat,
bila tidak rujuk ke unit pelayanan
spesialistik.
Akhir Pengobatan AP
Negatif Sembuh.
Positif Pengobatan gagal,
disebut kasus kronik, jika
mungkin, lakukan uji kepekaan obat,
bila tidak rujuk ke unit pelayanan
spesialistik
Sumber: DepKes RI 2007
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Umum tentang Faktor yang Berhubungan dengan Konversi
2.2.1 Faktori internal penderita TB paru
a.
Jenis kelamin
Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan masyarakat Ditjen Binkesmas Depkes RI 2010 status kesehatan masyarakat
berbasis gender fakta hasil survei kesehatan nasional tahun 2006 proporsi laki- laki 57 lebih banyak daripada perempuan 43. Pada laki-laki lebih tinggi
mungkin hal ini berhubungan interaksi sosial, karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga
lebih mudah terpapar dengan agen penyebab TB paru. Menurut WHO 2003, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan meninggal akibat TB paru, dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan TB paru
dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita. Angka pada pria selalu lebih tinggi pada semua usia tetapi angka pada wanita cenderung menurun
tajam sesudah melampaui usia subur. Pada wanita prevalensi mencapai maksimum pada usia 40-50 dan kemudian menurun. Pada pria prevalensi terus
meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun Crofton, 2002.
b. Umur
Umur berhubungan dengan kejadian penyakit TB paru, dimana umur dapat mempengaruhi kerja dan efek obat karena metabolisme obat pada orang yang
muda berbeda dengan orang tua. Insidensi tertinggi TB paru biasanya pada usia muda atau produktif, yaitu umur 15-45 tahun Crofton, 2002. Dewasa ini
Universitas Sumatera Utara