Aspek mikroba atau sifat dari kuman mycobacterium tuberculosa

2 Sanitasi lingkungan Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya Notoatmodjo, 2010. Lingkungan sangat mempengaruhi penyebaran penyakit TB, dimana lingkungan yang kurang kebersihan dan sirkulasi udara yang buruk tidak memenuhi syarat kesehatan akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular terutama penyakit TB.

2.2.2.3 Aspek mikroba atau sifat dari kuman mycobacterium tuberculosa

Penelitian untuk mengetahui faktor apa saja penyebab kegagalan dalam pengobatan TB telah banyak dilakukan dan aspek mikroba telah banyak diteliti sebagai salah satu penyebab kegagalan pengobatan dimana seseorang terinfeksi oleh kuman TB yang memang sudah memiliki sifat resistensi terhadap obat- obat TB. Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup Setiabudy, 1995. Faktor yang menentukan sifat resistensi atau sensitifitas mikroba terhadap antimikroba terdapat pada elemen yang bersifat genetik. Didasarkan pada lokasi elemen untuk resistensi ini, dikenal resistensi kromosal dan resistensi ekstrakromosal. Sifat genetik dapat menyebabkan suatu mikroba sejak semula resisten terhadap pengaruh suatu antimikroba, yang dikenal sebagai sifat resisten alamiah. Perubahan sifat genetik karena kuman memperoleh elemen genetik yang membawa sifat resistensi yang dikenal sebagai resistensi yang diperoleh acquired resistance. Atau resistensi dari luar disebut resistensi yang dipindahkan transferred resistance, dapat juga terjadi akibat adanya mutasi genetik yang spontan atau akibat rangsang antimikroba induced resitance Setiabudy, Vincent, 1995. Berbeda dengan resistensi pada banyak bakteria terhadap antibiotika dimana resistensi dapat dengan transformasi, tranduksi atau konjugasi gen, resisten yang didapat mycobacterium tuberculosis adalah pada mutasi gen kromosom utama genomically based. 26 Universitas Sumatera Utara Sel bakteria tumbuh dan memperbanyak diri, replikasi terjadi berulang- ulang sehingga jumlah yang besar selama infeksi atau pada permukaan tubuh. Untuk tumbuh dan berkembang, organisme harus mensintesa atau memerlukan banyak biomolekul. Obat antimikroba mengganggu dengan proses yang spesifik bahan-bahan esensial untuk pertumbuhan dan atau perkembangan mikroba tersebut. Mekanisme kerja antimikroba dapat dipisahkan pada kelompok seperti penghambat sintesa dinding sel, penghambat fungsi membran sitoplasma, penghambat sintesa asam nukleat, penghambat fungsi ribosom Baron, 1996. Sama seperti mekanisme kerja obat antimikroba, resistensi kuman terhadap obat umumnya terjadi dalam 4 jalur, yaitu adanya proses enzimatik, penurunan permeabilitas terhadap antibiotik, modifikasi letak reseptor obat dan peningkatan sintesa metabolit antagonis terhadap antibiotik. Prinsip pengobatan TB paru dengan masa pengobatan tahap insentif selama 2 bulan dengan terapi pemberian pengobatan kombinasi adalah untuk memastikan tidak terjadinya mutan resisten pada satu obat single resistance, kemudian 4 bulan diteruskan dengan tahap lanjutan untuk membunuh kuman yang masa pertumbuhannya lambat. Isoniazid dan Rifampisin adalah dua OAT yang sangat poten membunuh lebih dari 99 basil TB dalam 2 bulan awal pengobatan WHO, 2003 Bersama kedua obat ini Pirazinamid dengan efek yang tinggi yang bekerja terhadap basil semidorman yang tidak dipengaruhi oleh OAT yang lain. Penggunaan obat ini bersamaan dengan OAT yang lain mengurangi masa pengobatan dari 18 bulan menjadi 6 bulan. Oleh karena itu munculnya strain resisten terhadap salah satu atau lebih obat-obat ini menjadi perhatian yang utama sebagai penyebab kejadian gagal konversi. 27 Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Teori Penelitian

Dokumen yang terkait

Faktor Yang Berhubungan Dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I Pada Akhir Pengobatan Fase Intensif Di Kota Medan

2 54 132

Faktor Yang Berhubungan Dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I Pada Akhir Pengobatan Fase Intensif Di Kota Medan

0 0 32

Faktor Yang Berhubungan Dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I Pada Akhir Pengobatan Fase Intensif Di Kota Medan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Tuberkulosis 2.1.1 Pengertian - Faktor Yang Berhubungan Dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I Pada Akhir Pengobatan Fase Intensif Di Kota Medan

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Faktor Yang Berhubungan Dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I Pada Akhir Pengobatan Fase Intensif Di Kota Medan

0 1 6

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GAGAL KONVERSI PASIEN TB PARU KATEGORI I PADA AKHIR PENGOBATAN FASE INTENSIF DI KOTA MEDAN TESIS

0 2 18

Cara kerja penelitian ‘Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan’

0 0 33

Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan

0 0 6

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GAGAL KONVERSI PASIEN TB PARU KATEGORI I PADA AKHIR PENGOBATAN FASE INTENSIF DI KOTA MEDAN TESIS

0 0 18