Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur

(1)

i

ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP

JAKARTA TIMUR

RINA GUSTIYANA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP JAKARTA TIMUR

TOURISM DEMAND ANALYSIS AND DEVELOPMENT STRATEGY OF AGROWISATA CILANGKAP, EAST JAKARTA

Rina Gustiyanaa)*, Meti Ekayania), Nuvaa)

a) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

Agro tourism, as one of types of tourism, is now being potentially developed in Indonesia. This type of tourism is a nature-based area which is more attractive particularly for the urban society. Agrowisata Cilangkap is one of tourisms which is based on nature and sited in East Jakarta. It offers a beauty of nature and fresh air for the visitors in which it would affect a higher tourism demand. Moreover, Agrowisata Cilangkap would have more positive impacts for its environment and society. Nevertheless, it has not been optimally developed yet, especially for water tourism and agrotourism segmentation. In fact, there is a lack of attention in developing both of tourism activities in that area, and also there is no entry fee for the visitors who visit the area. With the open access condition, it tend to damage the resource and environment in the area. Therefore, a study on analyzing tourism demand and development strategy of Agrowisata Cilangkap is needed to conduct. The analysis is done by using econometric model of analysis to analyze the tourism demand, and the SWOT analysis to analyze the development strategy of Agrowisata Cilangkap.


(3)

iii RINGKASAN

RINA GUSTIYANA. Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA.

Bidang pariwisata dikembangkan oleh berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya mengalami peningkatan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara. Meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara didukung dengan adanya keanekaragaman kebudayaan serta sumberdaya alam yang ada di Indonesia, sehingga Indonesia sangat potensial dalam berbagai aktivitas wisata. Salah satu jenis wisata yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah wisata agro atau agrowisata.

Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu daerah tujuan wisata agro yang berlokasi di Jakarta Timur. Agrowisata ini memiliki permintaan wisata yang tinggi namun masih belum dikembangkan secara optimal. Hal ini ditandai dengan masih minimnya atraksi wisata yang ditawarkan serta masih belum ada tarif masuk. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap, (2) menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap saat ini dan persepsi pengunjung terhadap potensi wisata yang dimiliki, (3) mengestimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap, (4) menganalisis alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan.

Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Cilangkap yang terletak di Jalan Raya Cilangkap No.45, Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki potensi wisata namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian, perlu dilakukan perencanaan upaya pengembangan lebih lanjut yang tepat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan deskriptif, analisis regresi linear berganda, analisis willingness to pay (WTP), serta analisis SWOT.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap adalah pendapatan, tingkat pendidikan, biaya perjalanan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan. Menurut persepsi pengunjung, Agrowisata Cilangkap umumnya dinilai baik. Empat dari enam kategori dinilai baik, yaitu keamanan, kondisi rumah makan, keindahan alam, serta aksesibilitas. Persepsi pengunjung mengenai potensi pengembangan menunjukkan bahwa seluruh reponden menyetujui rencana pengembangan wisata air dan wisata edukasi pertanian. Berdasarkan nilai rataan WTP pengunjung, tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap dengan kondisi saat ini adalah sebesar Rp 4 000.

Strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Agrowisata Cilangkap adalah dengan mendukung strategi agresif. Secara umum, rekomendasi strategis yang dapat dilakukan ialah menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan


(4)

iv agrowisata, serta mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah.


(5)

ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2013

Rina Gustiyana H44070116


(6)

v

ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP

JAKARTA TIMUR

RINA GUSTIYANA H44070116

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(7)

vi Judul Skripsi : Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan

Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur

Nama : Rina Gustiyana

NIM : H44070116

Disetujui,

Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc. Nuva, SP, M.Sc. Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. Ketua Departemen


(8)

vii UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak (alm. Mulyana) dan Ibu (G. A. Ketut Siti Resmiati) tersayang, yang senantiasa memberikan do’a, dukungan, motivasi, dan kasih sayang tiada henti. Serta kedua kakak (Kusuma dan Indra) yang selalu memberikan dukungan, dan selalu siap sedia dikala penulis membutuhkan bantuan.

2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc (Pembimbing I) dan Nuva, SP, M.Sc (Pembimbing II) selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan waktu, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

3. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak H. Masri, Bapak Amit, Bapak Rodiard Sinaga, dan karyawan/i Agrowisata Cilangkap dan UPT Pusbangnih atas bantuan dan kerjasamanya kepada penulis selama penelitian, serta pohon sirsak yang dihadiahkan kepada penulis.

5. Teman-teman kosan PPR, Eno, Irun, Gita, Tika, Rani, Pipeh, dan yang tidak dapat disebutkan atas dukungan serta kebersamaan yang begitu indah.


(9)

viii 6. Hani, Dinda, Yeyen, serta seluruh teman-teman ESL 44 yang tidak dapat

disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, dan motivasinya.

7. Rizki Prasojo, yang senantiasa mendampingi serta memberikan kekuatan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha, dan karyawan/i Departemen ESL FEM IPB yang telah banyak membantu penulis pada masa perkuliahan serta proses penyelesaian skripsi.

Bogor, April 2013


(10)

ix KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur, serta strategi pengembangan yang sesuai untuk agrowisata ini. Permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap dilihat berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, persepsi dan harapan pengunjung, serta kesediaan membayar pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Penelitian mengenai strategi pengembangan yang sesuai dikaji melalui faktor internal serta faktor eksternal yang mempengaruhi berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh Agrowisata Cilangkap.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan penelitian ini.

Bogor, April 2013


(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pariwisata ... 10

2.2 Agrowisata ... 12

2.3 Permintaan Wisata ... 15

2.4 Konsep Willingness to Pay (WTP) ... 16

2.5 Analisis SWOT ... 17

2.6 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3 Metode Pengambilan Data ... 26

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.4.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap ... 27

4.4.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowista Cilangkap ... 29

4.4.3 Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata Cilangkap ... 29

4.4.4 Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ... 31

V. GAMBARAN UMUM ... 36

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 36

5.2 Karakteristik Demografi Pengunjung ... 39

5.3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi Kedatangan ... 42

5.4 Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap ... 43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap ... 45


(12)

xi 6.1.1 Variabel-variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap

Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap ... 46

6.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap .. 49

6.2.1 Persepsi Pengunjung terhadap Potensi Pengembangan Wisata Air dan Wisata Pertanian ... 53

6.2.2 Harapan Pengunjung terhadap Kondisi dan Penambahan Fasilitas ... 54

6.3 Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata Cilangkap ... 55

6.4 Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ... 59

6.4.1 Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 61

6.4.2 Analisis SWOT ... 64

6.4.3 Analisis Grand Strategy ... 67

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 72

7.1 Simpulan ... 72

7.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 78


(13)

xii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2006-2010 . 2

2 Matriks SWOT ... 17

3 Penelitian tentang Persepsi terhadap Kawasan Wisata ... 18

4 Penelitian tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Permintaan Wisata ... 19

5 Penelitian tentang Willingness to Pay terhadap Kawasan Wisata ... 19

6 Penelitian tentang Strategi Pengembangan Kawasan Wisata ... 20

7 Matriks Metode Analisis Data ... 27

8 Analisis Faktor Internal ... 32

9 Analisis Faktor Eksternal ... 33

10 Matriks SWOT ... 33

11 Karakteristik Pengunjung Agrowisata Cilangkap ... 40

12 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi Kedatangan ... 42

13 Karekteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap ... 44

14 Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Agrowisata Cilangkap .. 46

15 Persentase Penilaian Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap . 50 16 Persepsi Pengunjung tehadap Pengembangan Wisata Air dan Wisata Pertanian ... 54

17 Harapan Pengunjung terhadap Perbaikan Fasilitas ... 55

18 Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Agrowisata Cilangkap .... 57

19 Simulasi Jumlah Kunjungan Wisata di Agrowisata Cilangkap ... 58

20 Perkiraan Pendapatan Agrowisata Cilangkap per Tahun dari Tarif Masuk ... 59

21 Analisis Faktor Internal Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ... 62

22 Analisis Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ... 63

23 Formulasi Strategi Pengembangan Wisata di Agrowisata Cilangkap ... 65


(14)

xiii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 24

2 Matriks Grand Strategy ... 34

3 Kondisi Toilet dan Rumah Makan ... 52


(15)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Fungsi Permintaan

Agrowisata Cilangkap dengan software Minitab 14 ... 79 2 Dokumentasi Lokasi Penelitian ... 82


(16)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor, seperti sektor industri, perdagangan, pertanian, dan juga pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada total penerimaan devisa di Indonesia dari sektor pariwisata pada tahun 2010 sebesar 7603,45 dollar Amerika atau menempati urutan ke-4 devisa komoditas ekspor (Sagara, 2012). Yoeti (2008) menyatakan bahwa sektor pariwisata berfungsi sebagai katalisator pembangunan sekaligus dapat mempercepat proses pembangunan itu sendiri. Sektor pariwisata di suatu daerah antara lain akan sangat berperan dalam memperluas kesempatan kerja dan usaha, mempercepat pemerataan pendapatan, meningkatkan penerimaan pajak negara retribusi daerah, serta meningkatkan devisa dan pendapatan nasional.

World Bank (2012) menyebutkan bahwa pengeluaran di bidang pariwisata di dunia pada tahun 2011 mencapai 947 milyar dollar Amerika. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki kontribusi penting dalam ekonomi dunia. Pariwisata dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan ekonomi dan salah satu industri terbesar dan tercepat pertumbuhannya, serta penyedia lapangan pekerjaan terbesar (sekitar 10%) dari seluruh pekerjaan di tingkat global (McLaren, 1998).

Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya mengalami peningkatan. Salah satu kriteria yang menunjukkan peningkatan


(17)

2 pertumbuhan pariwisata di Indonesia ialah meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Peningkatan angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2006 - 2010

Tahun Jumlah Wisnus (ribuan orang)

Jumlah Perjalanan

(ribuan)

Rata-rata Perjalanan

(kali)

Pengeluaran Per Perjalanan

(ribu Rp)

Total Pengeluaran

(triliun Rp)

2006 114,270 204,553 1.79 431.24 88.21

2007 115,335 222,389 1.93 489.95 108.96

2008 117,213 225,041 1.92 547.33 123.17

2009 119,944 229,731 1.92 600.30 137.91

2010 122,312 234,377 1.92 641.76 150.49

Sumber : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

Meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara didukung dengan adanya keanekaragaman kebudayaan serta sumberdaya alam yang ada di Indonesia, sehingga Indonesia sangat potensial untuk megembangkan berbagai aktivitas wisata. Jenis wisata yang berkembang di Indonesia diantaranya adalah wisata agro, wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata kuliner, wisata religi, wisata belanja, dan wisata sejarah.

Wisata agro atau agrowisata merupakan salah satu jenis pariwisata yang potensial dikembangkan di Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Kekayaan tersebut apabila dikelola dengan tepat dapat dijadikan andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan


(18)

3 keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai wisata agro (Departemen Pertanian, 2004). Semua aspek tersebut memiliki peluang besar untuk menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia.

Menurut keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. 204/KPTS/HK050/4/1989 dan No. KM.47/PW.004/MPPT-89 tanggal 6 April 1989 bahwa agrowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang agro yang dilakukan secara terus-menerus (Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2009). Dengan kata lain, agrowisata merupakan bentuk pariwisata yang memanfaatkan usaha agro atau agribisnis sebagai objek wisata dimana wisata yang dilakukan selain untuk rekreasi tetapi juga dapat menambah pengetahuan bagi wisatawan yang mengunjunginya.

Saat ini di Jakarta terdapat kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan agrowisata, yaitu Agrowisata Cilangkap. Agrowisata Cilangkap ini dikelola oleh UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan (Pusbangnih) dibawah Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) Provinsi DKI Jakarta. Keberadaan Agrowisata Cilangkap ini dirasa penting karena tidak semata-mata hanya sebagai tempat wisata tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Salah satu dampak positif dikembangkannya Agrowisata Cilangkap adalah secara tidak langsung dapat mempertahankan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau hutan kota di Jakarta. Hutan kota dapat berfungsi sebagai perlindungan dari pancaran sinar matahari langsung, hujan deras, angin,


(19)

4 pemandangan yang buruk, dan memberikan keindahan sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi, serta sebagai laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian (Irwan, 2008). Hutan kota diharapkan dapat mengatasi masalah lingkungan di perkotaan dengan menyerap hasil negatif yang disebabkan oleh aktivitas kota. Saat ini, lahan hijau di wilayah DKI Jakarta semakin berkurang akibat pembangunan, dimana hal ini juga berdampak pada peningkatan pencemaran udara, padahal Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mensyaratkan bahwa sebuah kota harus memiliki RTH minimal sebesar 30% dari total luas kota secara keseluruhan (Joga, 2011).

Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan Agrowisata Cilangkap secara optimal dapat memenuhi dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi lingkungan untuk menjaga siklus hidrologi dan menjaga kualitas udara serta fungsi ekonomi sebagai daerah tujuan wisata yang dapat memberikan dampak ekonomi terhadap pengelola, pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, penting bagi setiap pihak yang terkait untuk mengembangkan Agrowisata Cilangkap secara optimal dan tetap mempertahankan keberadaannya.

1.2. Perumusan Masalah

Usaha wisata agro merupakan bagian dari usaha pertanian dan sangat mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan sangat menentukan keberlanjutan usaha wisata agro. Usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Kegiatan wisata agro yang berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari,


(20)

5 sebaliknya dari kegiatan wisata yang dijalankan akan memberikan pendapatan yang dapat digunakan kembali untuk memelihara sumberdaya alam dan lingkungan agar tetap lestari (Departemen Pertanian, 2004).

Kebun Bibit Cilangkap adalah salah satu daerah tujuan wisata agro yang terdapat di wilayah Jakarta yang dikenal sebagai Agrowisata Cilangkap. Kawasan agrowisata ini terletak di Cipayung, Jakarta Timur, dengan luas ±19,5 hektar. Berbagai jenis tanaman budidaya seperti tanaman hias, jamur, anggrek, sayur-sayuran, dan buah-buahan dikembangkan dan dibudidayakan di Agrowisata Cilangkap. Selain pembudidayaan tanaman, Agrowisata Cilangkap juga menyediakan sarana lain seperti rumah makan, area memancing, taman bermain anak-anak, waduk, dan joging track, yang mendukung berbagai aktifitas wisata.

Pembangunan agrowisata ini ditujukan sebagai pusat pengembangan tanaman hidroponik dan tanaman holtikultura. Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta menyatakan bahwa pengembangan teknologi hidroponik di Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu bentuk impementasi internal terhadap aplikasi Peraturan Daerah No. 8 tahun 2004 tentang pengendalian mutu dan komoditas hasil pertanian di DKI Jakarta, sehingga diharapkan pangan yang masuk ke Jakarta adalah pangan yang sehat dan aman (Kementerian Komunikasi dan Informasi, 2009). Di samping sebagai pusat pengembangan tanaman hidroponik, agrowisata ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif daerah tujuan wisata bagi pengunjung yang datang.

Keberadaan Agrowisata Cilangkap memiliki fungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat memberikan jasa terhadap lingkungan. Berdasarkan wawancara kepada penanggung jawab Agrowisata Cilangkap,


(21)

6 agrowisata ini diminati oleh cukup banyak pengunjung. Agrowisata Cilangkap belum mendata jumlah pengunjung secara resmi, namun menurut pengelola, pada umumnya pengunjung ramai saat akhir pekan dan diperkirakan mencapai 300 orang. Pengunjung yang datang biasanya menghabiskan waktu terutama untuk melakukan kegiatan olahraga, dan juga terdapat pengunjung yang datang untuk berekreasi serta menikmati suasana yang tenang dan asri.. Akan tetapi, kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini masih open access dan hingga saat ini Agrowisata Cilangkap masih belum memiliki tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir sebesar Rp 2 000 untuk yang membawa kendaraan bermotor. Kondisi open access tersebut dikhawatirkan akan berpotensi menurunkan kualitas lingkungan yang ada pada kawasan Agrowisata Cilangkap.

Agrowisata Cilangkap berlokasi di Jakarta Timur dengan akses kendaraan umum yang mudah dijangkau. Agrowisata ini memiliki potensi wisata yang masih belum dikembangkan secara optimal. Keberadaan waduk serta sarana pengembangan tanaman hortikultura dan hidroponik dapat dijadikan sebagai atraksi wisata yang bisa ditawarkan kepada pengunjung. Waduk yang ada dapat dibuat sebagai wahana wisata air dengan dibuatnya olahraga air atau dayung perahu, sedangkan sarana pengembangan tanaman hortukultura dan hidroponik dapat dibuat sebagai sarana pendidikan pertanian. Pendidikan pertanian yang diberikan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam upaya pelestarian lingkungan. Kegiatan wisata yang berlangsung juga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar, dimana masyarakat dapat diberdayakan menjadi tenaga kerja atau dapat juga membuka peluang usaha yang nantinya akan menambah pendapatan masyarakat.


(22)

7 Sebagai tempat tujuan wisata yang masih belum dikembangkan secara optimal, maka strategi yang tepat sangat diperlukan dalam proses pengembangan Agrowisata Cilangkap. Hal ini bertujuan agar lingkungan yang ada pada agrowisata tersebut tetap lestari dan kegiatan wisata dapat berjalan secara berkelanjutan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dianalisa dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya?

2. Bagaimana kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini dan potensi pengembangannya?

3. Berapa besar tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap?

4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola Agrowisata Cilangkap?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap.

2. Menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap saat ini dan persepsi pengunjung terhadap potensi yang dimiliki Agrowisata Cilangkap apabila potensi wisata yang ada dikembangkan.

3. Mengestimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap.


(23)

8 4. Menganalisis alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh

pihak pengelola Agrowisata Cilangkap. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan terbatas pada:

1. Responden yang dipilih adalah wisatawan yang sedang berkunjung pada saat penelitian berlangsung dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

2. Persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap merupakan persepsi pada saat dilakukannya penelitian yaitu selama bulan Agustus hingga Oktober 2011.

3. Tarif yang akan didapatkan terbatas pada nilai rataan kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap.

4. Strategi pengembangan yang diambil didapatkan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada Agrowisata Cilangkap yang diidentifikasikan melalui informasi dari stakeholder terkait.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat khususnya bagi pihak-pihak yang terkait seperti pengelola Agrowisata Cilangkap, masyarakat di sekitar kawasan Agrowisata Cilangkap, akademisi, dan peneliti. Bagi pengelola dan pengambil kebijakan di Agrowisata Cilagkap, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif dalam mengelola dan mengembangan kawasan Agrowisata Cilangkap. Bagi masyarakat di sekitar kawasan Agrowisata Cilangkap, diharapkan dapat memberikan peluang usaha maupun lapangan pekerjaan apabila kawasan wisata ini dikembangan lebih lanjut. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan


(24)

9 mengenai sebagian konsep ekonomi wisata dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi bagi penelitian terkait selanjutnya seperti penelitian mengenai studi kelayakan proyek serta potensi segmentasi wisata dan segmentasi tarif di Agrowisata Cilangkap. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu yang telah dipelajari semasa di bangku perkuliahan, dan sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.


(25)

10 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia dan menghidupkan berbagai bidang usaha (Ismayanti, 2010), dimana Suwantoro (2004) menyatakan bahwa berpariwisata adalah suatu proses perginya seseorang menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya, dapat bersifat sementara maupun dalam jangka waktu yang lama. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Kegiatan pembangunan di bidang pariwisata pasti memiliki tujuan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, disebutkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata adalah: 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2) meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3) menghapuskan kemiskinan; 4) mengatasi pengangguran; 5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumberdaya; 6) memajukan kebudayaan; 7) mengangkat citra bangsa; 8) memupuk rasa cinta tanah air; 9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; 10) mempererat persahabatan antar bangsa.

Menurut Windiarti (1993), manfaat ataupun keuntungan yang diperoleh dari pengembangan kepariwisataan yaitu: 1) makin luasnya kesempatan usaha; 2) makin luasnya lapangan kerja; 3) meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah; 4) mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah; 5) mendorong terpeliharanya lingkungan hidup; 6) terpeliharanya keamanan dan ketertiban; 7) mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan


(26)

11 sektor lain; 8) memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Ismayanti (2010) mengatakan bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak pendekatan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisatan dijelaskan bahwa:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, serta pengusaha.

5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata.

6. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.


(27)

12 7. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

2.2. Agrowisata

Agrowisata atau agroturisme adalah suatu bentuk pariwisata yang memanfaatkan usaha agro atau agribisnis sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan wisata di bidang pertanian (Departemen Pertanian, 2004). Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai buah tangan.

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan, atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Pada prinsipnya, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang paling penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam (Departemen Pertanian, 2004).

Pengembangan agrowisata dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk ruangan tertutup (seperti museum) dan bentuk ruangan terbuka (taman atau lanskap), atau kombinasi antara keduanya (Departemen Pertanian, 2004).


(28)

13 Agrowisata dalam bentuk ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utamanya berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar. Teknologi budidaya dan pasca panen, komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dibagi menjadi dua (Departemen Pertanian, 2004), yaitu:

1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami

Agrowisata ruangan terbuka alami dilakukan pada areal dimana kegiatan yang dilakukan dalam obyek wisata tersebut adalah murni kegiatan pertanian sehari-hari yang biasa dilakukan tanpa rekayasa apapun. Atraksi-atraksi yang ditampilkan adalah usaha pertanian yang dilakukan petani setempat yang dapat lebih ditonjolkan tetapi tidak mengurangi estetika alaminya. Fasilitas pendukung kenyamanan wisatawan tetap disediakan selama tidak bertentangan dengan kultur alami yang ada.

2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan

Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Atraksi-atraksi yang akan dijadikan obyek wisata pun dapat disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan atraksi yang menarik. Dalam pengembangan agrowisata ruang terbuka campur tangan dalam pengaturan


(29)

14 alam dan usaha pertanian yang dilakukan sangat dominan. Fasilitas pendukung untuk agrowisata ini tetap disediakan asal tidak mengganggu ekosistem alaminya. Fungsi manajemen dapat dijalankan oleh suatu pengelola namun untuk atraksi pertanian tetap dijalankan oleh petani lokal.

Pengelolan areal wisata agrowisata juga dapat memberikan manfaat. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999) manfaat dari agrowisata adalah untuk meningkatkan konservasi lingkungan, meningkatkan nilai estetika, dan memberikan nilai rekreasi. Kegiatan agrowisata juga dapat meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mendapatkan keuntungan ekonomi. Menurut Sulistyantara (1990), agrowisata yang dikembangkan di daerah perkotaan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Agrowisata melibatkan tegaknya tanaman (vegetasi) dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro.

2. Pengembangan agrowisata ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup perkotaan selain memperbaiki iklim mikro, juga menjaga siklus hidrologi, dan mengurangi erosi.

3. Kegiatan agrowisata akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan perkotaan yang pada akhirnya akan menunjang kesehatan penggunanya. 4. Obyek agrowisata dapat memberikan karya lingkungan yang estetis jika

dikelola dengan baik.

5. Agrowisata dapat menjadi sumber masukan bagi perorangan, swasta, maupun pemerintah daerah.

Purnama (2012) menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek yang perlu dilaksanakan untuk pengembangan wisata agro, diantaranya adalah aspek


(30)

15 pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), sumberdaya alam, transportasi, promosi, dan kelembagaan.

2.3. Permintaan Wisata

Wahab (2003) mengatakan bahwa permintaan pariwisata dapat dibagi menjadi permintaan potensial dan permintaan aktual. Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan dalam kondisi siap untuk berpergian. Permintaan aktual atau nyata adalah orang-orang yang secara nyata berpergian ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Douglas (1970) permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan, bila fasilitas-fasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan masyarakat.

Kegiatan wisata yang dilakukan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Yoeti (2008) faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi adalah harga, daya tarik wisata, kemudahan-kemudahan untuk berkunjung, informasi dan layanan sebelum kunjungan, dan kesan terhadap daerah tujuan wisata. Yoeti (2008) juga mengatakan bahwa dalam rangka menarik kunjungan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama adalah faktor-faktor yang menentukan keseluruhan permintaan (total demand), hal ini diperlukan dalam penetapan strategi pemasaran dan promosi, terutama dalam menetapkan segmen pasar mana yang akan dijadikan target pasar, kedua adalah informasi tentang faktor-faktor


(31)

16 yang menentukan permintaan khususnya (specific demand) untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pemasaran dan promosi pariwisata.

2.4. Konsep Willingness to Pay (WTP)

Sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya adalah jenis barang yang tidak memiliki pasar secara nyata dan tidak memiliki harga pasar. Tidak memiliki harga pasar bukan berarti harga tersebut tidak ada. Menurut Fauzi (2006), nilai sumberdaya alam dan lingkungan dapat ditentukan melalui teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang menentukan nilai sumberdaya berdasarkan willingness to pay (keinginan membayar) melalui model yang dikembangkan. Kelompok yang kedua adalah menentukan nilai sumberdaya berdasarkan willingness to pay yang berasal dari survei atau wawancara langsung kepada responden. Sebagian tahap yang dapat dilakukan dalam menentukan nilai WTP adalah sebagai berikut (Fauzi, 2006):

1. Membuat Hipotesis Pasar

Pada tahap pertama ini merupakan proses membangun pasar hipotesis mengenai sumberdaya yang akan dievaluasi. Hipotesis pasar menggunakan alat bantu berupa kuesioner.

2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)

Nilai lelang yang dimaksud didapatkan dari hasil survei dan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai keinginan membayar (WTP) yang maksimum.


(32)

17 3. Menghitung Rataan WTP

Nilai rataan WTP yang dimaksud diperoleh dari jumlah keseluruhan nilai WTP yang diberikan oleh setiap responden, kemudian dibagi dengan jumlah responden.

Penentuan nilai WTP ini juga memiliki kelemahan dalam pelaksanaanya. Kelemahan yang dimaksud adalah bias (Fauzi, 2006). Bias dapat terjadi apabila terdapat nilai overstate maupun understate dari nilai sebenarnya.

2.5. Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strengths, Waeknesses, Opportunities, Threats) dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi profit dan non profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih komprehensif (Fahmi, 2010). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Alat yang biasa dipakai untuk menyususn faktor-faktor strategis perusahaan ialah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan.

Tabel 2. Matriks SWOT

IFAS

EFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


(33)

18 Pada analisis SWOT, matriks tersebut akan menghasilkan empat set kemungkinan alternatif dari strategis, yaitu:

a. Strategi SO: Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST: Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO: Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara memunimalkan kelemahan.

d. Strategi WT: Strategi ini didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis telah banyak dijumpai. Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah:

1. Penelitian mengenai persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata oleh Hermalinda (2010) di Kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penelitian tentang Persepsi terhadap Kawasan Wisata

Nama

Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

Hermalinda Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wana Wisata Curug Cilember terhadap Masyarakat Lokal.

Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana, kebersihan, serta pengelolaan Wana Wisata Curug Cilember secara keseluruhan berada pada kondisi baik. Wisatawan menilai bahwa dalam pengelolaan wana wisata yang paling penting adalah sarana transportasi.

2. Penelitian mengenai analisis permintaan wisata oleh Novianty (2010) dan Firandari (2009). Ringkasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.


(34)

19 Tabel 4. Penelitian tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap

Permintaan Wisata

Nama

Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

Novianty Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan

Dampak Ekonomi

Kawasan Wisata

Galunggung Tasikmalaya.

Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah biaya perjalanan, jarak tempuh, jumlah anggota keluarga, dan hari kunjungan. Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi adalah pendapatan, usia, lama pendidikan, aksesibilitas, waktu tempuh, dan pembelian souvenir. Firandari Analisis Permintaan dan

Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan PSG-3 secara signifikan adalah faktor biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3 dan jarak tempuh. Faktor biaya perjaanan dan jarak tempuh berpengaruh negatif, sedangkan lama mengetahui PSG-3 berpengaruh positif.

3. Penelitian mengenai Willingness to Pay masyarakat terhadap daerah tujuan wisata oleh Amanda (2009) dan Mita (2011). Pada penelitian Mita (2011) terdapat sedikit perbedaan karena penelitian yang dilakukan merupakan penetapan tarif pada kawasan wisata yang telah disegmentasi. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penelitian tentang Willingness to Pay terhadap Kawasan Wisata

Nama

Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

Amanda Analisis Willingness to Pay

Pengunjung Objek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan.

Sebanyak 81% responden (34 orang) bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. Nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede sebesar Rp 3 588.24.

Mita Segmentasi Tarif Masuk

Kawasan Wisata

Perkampungan Budaya

Betawi Kelurahan

Srengseng Sawah

Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

Nilai maksimum yang bersedia dibayarkan oleh pengunjung kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) untuk segmentasi wisata air adalah Rp 2 100, wisata agro sebesar Rp 4 500, dan wisata budaya sebesar Rp 7 700.


(35)

20 4. Penelitian mengenai strategi pengembangan wisata oleh Hartono (2008) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Setyadi (2010) di kawasan Perkampungan Budaya Betawi. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penelitian tentang Strategi Pengembangan Kawasan Wisata

Nama

Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

Hartono Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

(TNGGP) dalam

Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata.

Berdasarkan metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel kuadran ke-2 (-0.19;0.58) dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan adalah stability strategy. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP dan memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik kepada pengunjung maupun kepada mitra-mitra.

Setyadi Strategi Pengembangan

Kawasan Wisata

Perkampungan Budaya

Betawi Kecamatan

Jagakarsa Jakarta Selatan.

Kekuatan utama PBB yaitu sebagai satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Kelemahan utama yang perlu diatasi yaitu belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite. Dalam identifikasi eksternal, PBB memiliki peluang yang paling berpengaruh yaitu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB. Sedangkan ancaman yang paling mempengaruhi PBB yaitu adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB. Kawasan Wisata PBB dalam penerapan strategi IE tergolong dalam sel II, dimana dalam kondisi tumbuh dalam kembangkan sehingga strategi yang lebih baik digunakan yaitu strategi intensif dan strategi integrasi.


(36)

21 Penelitian yang telah disebutkan di atas dijadikan sebagai referensi oleh penulis. Penelitian yang dilakukan oleh penulis fokus pada pengembangan salah satu kawasan wisata agro di DKI Jakarta yang sekaligus berfungsi sebagai RTH atau hutan kota. Lokasi yang diambil merupakan kawasan wisata yang memiliki potensi wisata namun masih perlu dikembangkan lagi secara optimal.


(37)

22 III. KERANGKA PEMIKIRAN

Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan wisata agro yang terletak di Jakarta Timur. Keberadaan agrowisata ini juga memiliki fungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), secara umum fungsi RTH dapat dibagi menjadi empat aspek, yaitu aspek ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan estetika. Berdasarkan aspek ekologi, Agrowisata Cilangkap memberikan manfaat terhadap lingkungan berupa penjagaan kelestarian lingkungan hidup perkotaan, memperbaiki iklim mikro, menjaga siklus hidrologi, dan mengurangi erosi (Sulistyantara, 1990). Fungsi Agrowisata Cilangkap juga dapat dilihat dari aspek sosial dan budaya, yaitu sebagai wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan rekreasi. Kegiatan sosial budaya yang dilakukan tersebut juga dapat menumbuhkan aspek ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata yang dilakukan di Kawasan Agrowisata Cilangkap.

Saat ini, atraksi wisata yang ditawarkan oleh Agrowisata Cilangkap masih terbatas. Pada umumnya, masyarakat atau pengunjung datang ke lokasi hanya melakukan kegiatan olahraga, menikmati keindahan alam dan kesegaran udara. Pendidikan pertanian yang seharusnya bisa dijadikan sebagai atraksi wisata unggulan masih belum berjalan. Walaupun demikian, dengan kondisi saat ini tingkat permintaan wisata masih tergolong cukup tinggi. Menurut pengamatan pihak pengelola, pengunjung yang datang pada akhir pekan diperkirakan mencapai 300 orang. Oleh sebab itu, analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap serta persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap penting untuk dilakukan. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat menambah informasi bagi pihak


(38)

23 pengelola untuk menentukan kebijakan pengembangan Agrowisata Cilangkap selanjutnya.

Adanya permintaan wisata ke Agrowisata Cilangkap belum diimbangi dengan sistem pengelolaan yang optimal. Hal ini ditandai dengan belum diberlakukannya tarif masuk dan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta atraksi wisata yang ditawarkan. Kondisi open access dengan tingginya angka permintaan akan berpotensi menurunkan kualitas lingkungan yang ada pada kawasan wisata ini. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Pada penelitian ini, penetapan tarif didasarkan pada besar kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Apabila tingkat willingness to pay pengunjung telah diketahui maka pihak pengelola dapat menyesuaikan tarif yang akan diberlakukan. Tarif yang diterima oleh pengelola merupakan salah satu sumber pemasukan yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan serta pengembangan agrowisata yang berkelanjutan.

Beragam potensi wisata yang ada di Agrowisata Cilangkap belum dikelola dan dikembangkan dengan optimal. Dengan demikian diperlukan analisis strategi pengembangan yang efektif yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola. Strategi pengembangan ini dikaji melalui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Agrowisata Cilangkap dengan menganalisis faktor internal serta faktor ekternal yang dimiliki oleh agrowisata ini berupa kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman.


(39)

24 Berdasarkan penjelasan di atas, diharapkan tercapai sistem pengelolaan yang optimal bagi Agrowisata Cilangkap. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian --- = Objek penelitian

Kawasan Agrowisata Cilangkap

Memiliki Fungsi RTH

Estetika Ekonomi Sosial Budaya Ekologi Memberikan Jasa terhadap Lingkungan

Sarana Rekreasi, Olahraga, dan

Pengembangan Wisata Agro Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Permintaan Wisata

Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata berdasarkan Nilai Rata-rata Willingness to

Pay Pengunjung

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap Strategi Pengembangan yang Efektif

Analisis Willingness to Pay

Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisis SWOT

Sistem Pengelolaan Agrowisata Cilangkap yang Optimal


(40)

25 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Cilangkap yang terletak di Jalan Raya Cilangkap No.45, Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan wisata yang masih dalam tahap pengembangan dan belum dikelola secara optimal. Daerah tujuan wisata ini memiliki potensi yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga perlu dilakukan perencanaan upaya pengembangan lebih lanjut yang tepat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Pengambilan data di kawasan Agrowisata Cilangkap dilakukan selama bulan Agustus hingga Oktober 2011. Pengolahan dan analisis data dilaksanakan selama bulan Desember 2011 hingga Januari 2013.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei dan wawancara dengan responden pengunjung melalui kuesioner dan wawancara secara mendalam (in-depht interview) kepada informan (key person) atau pihak terkait, yaitu pengelola dan penanggung jawab utama Agrowisata Cilangkap serta Kepala Produksi Benih dari UPT Pusbangnih. Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi seperti Departemen Pertanian (Deptan), Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf), Kementerian Komunikasi dan Informasi


(41)

26 (Kemkominfo), dan World Bank. Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara kualitatif maupun kuantitatif.

4.3. Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari hasil wawancara kepada responden dan informan (key person). Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh responden pengunjung adalah dengan metode non-probability sampling yaitu setiap unsur populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Nasution, 2007). Populasi yang dimaksud adalah pengunjung yang datang untuk berwisata di Agrowisata Cilangkap. Responden yang dipilih yaitu responden dengan keadaan sehat jasmani dan rohani, usia cukup (minimal 16 tahun), mudah ditemui, dan bersedia untuk diwawancara. Jumlah responden yang diambil adalah 60 orang.

Pada tahap melakukan wawancara kepada pihak informan (key person) atau stakeholder menggunakan metode snowball sampling dimana key person yang diambil berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari key person sebelumnya. Metode ini berjalan efektif apabila populasi yang ada tidak dalam jumlah yang besar (Nasution, 2007).

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.


(42)

27 Tabel 7. Matriks Metode Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Agrowisata Cilangkap. Wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

Analisis Regresi Linear Berganda.

2. Menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

3. Mengestimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap.

Wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

Analisis Willingness to Pay.

4. Menganalisis upaya pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Cilangkap.

Wawancara secara mendalam (in-depht interview) kepada informan atau pihak terkait serta pengamatan terhadap potensi fisik, sosial budaya, dan sarana prasarana yang ada pada Agrowisata Cilangkap.

Analisis deskriptif dengan pendekatan analisis SWOT.

4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari analisis kemudian diperoleh persamaan seperti berikut ini:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + ε

Dimana :

Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata (frekuensi kunjungan) X1 = Pendapatan responden (Rp/bulan)

X2 = Usia responden (tahun)

X3 = Tingkat pendidikan responden (tahun)

X4 = Jarak tempuh ke lokasi wisata (km)


(43)

28 X6 = Biaya perjalanan wisata (Rp/orang)

X7 = Status pernikahan responden (0 = belum menikah, 1 = sudah menikah)

X8 = Motivasi kedatangan (0 = selain olahraga, 1 = olahraga) ε = Error

b0 = Konstanta

b1-b8 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X8

Variabel-variabel di atas dipilih berdasarkan teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapang. Adapun hipotesis dari persamaan di atas adalah sebagai berikut:

1. Variabel pendapatan, tingkat pendidikan, lama di lokasi wisata, status pernikahan, dan motivasi kedatangan diduga memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan. Hal tersebut berarti bahwa setiap kenaikan pendapatan, tingkat pendidikan, dan lama di lokasi wisata, serta pengunjung yang telah menikah dan pengunjung dengan motivasi berolahraga akan cenderung meningkatkan jumlah kunjungan wisata.

2. Variabel usia, jarak tempuh, dan biaya perjalanan diduga berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisata ke Agrowsata Cilangkap. Hal tersebut berarti bahwa setiap kenaikan usia, jarak tempuh, dan biaya perjalanan akan menurunkan jumlah kunjungan ke Agrowisata Cilangkap.

Menurut Juanda (2009), model regresi linier berganda didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :

a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan umum regresi linier berganda.

b. Peubah Xk merupakan peubah non-statistik (fixed), artinya sudah ditentukan,

bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas Xk.


(44)

29 c. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam

konstanta untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var(εi) = σ2.

d. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov(εi,εj) = 0, untuk i ≠ j.

e. Komponen sisaan menyebar normal.

4.4.2. Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap

Analisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi yang ditimbulkan masyarakat terhadap Agrowisata Cilangkap berdasarkan pengamatan yang dilakukan setelah para pengunjung melihat dan merasakan kondisi di kawasan tersebut. Data yang diperoleh akan diolah untuk mendapatkan nilai persentase dari jumlah keseluruhan pada setiap kategori tertentu. Setelah dilakukan analisis kuantitatif kemudian akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Adapun persepsi yang dinilai oleh responden adalah mengenai keindahan alam, aksesibilitas, kebersihan, keamanan, keberadaan serta kondisi toilet dan rumah makan. Selain itu, responden juga memberi penilaian terhadap potensi yang terdapat pada Agrowisata Cilangkap apabila dikembangkan dengan dibuat wisata air dan wisata pertanian.

4.4.3. Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata Cilangkap

Tarif yang akan didapatkan berasal dari nilai rataan keinginan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Untuk mengetahui tarif yang sesuai pada agrowisata ini, pengolahan data dilakukan melalui tiga tahap, diantaranya adalah:


(45)

30 1. Membuat Hipotesis Pasar

Pasar hipotetis yang dibangun akan dibentuk berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan wisata yang masih dalam tahap pengembangan dan perlu dilakukan sistem pengelolaan secara optimal. Oleh karena itu, penetapan tarif perlu untuk diberlakukan. Responden yang diwawancara harus mengetahui dengan baik barang dan jasa lingkungan yang akan dinilai. Pasar hipotetis yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

SKENARIO

Kebun Bibit Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu kawasan wisata yang selain berpotensi sebagai daerah tujuan wisata tetapi juga dapat menjadi sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai daerah konservasi. Peran agrowisata ini sebagai daerah konservasi juga memiliki manfaat yang begitu banyak diantaranya dapat menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi, serta dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan udara yang dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan masyarakat. Namun, kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini masih bebas tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Dalam jangka panjang hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Dengan demikian, diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat khususnya pengunjung untuk ikut menjaga kualitas agrowisata ini sekaligus membantu kegiatan pengembangan yang dilakukan, salah satunya dengan cara berkontribusi membayar tarif masuk.


(46)

31 2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)

Nilai lelang ini didapatkan dengan menggunakan metode close-ended question. Metode ini dipilih untuk memudahkan dalam pengestimasian nilai WTP responden. Nilai WTP yang ditawarkan berkisar antara Rp 3 000 sampai dengan Rp 10 000. Nilai ini ditetapkan dengan dasar kisaran harga tiket masuk kawasan wisata yang sejenis dengan Agrowisata Cilangkap yaitu kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) dan Taman Buah Mekarsari. Harga tiket masuk di PBB adalah sebesar Rp 4 500 dan Taman Buah Mekarsari sebesar Rp 15 000.

3. Menghitung Rataan WTP

Nilai lelang yang diperoleh kemudian dihitung rataannya sehingga mendapatkan nilai rataan WTP. Penghitungan nilai dugaan WTP ditentukan dengan rumus:

Dimana:

∑ WTP = Dugaan rataan WTP (rupiah) Wi = Nilai WTP ke-i

n = Jumlah responden yang bersedia membayar (orang) i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk

(i = 1, 2, …, k)

4.4.4. Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap

Analisis upaya pengembangan bagi Agrowisata Cilangkap dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan


(47)

32 kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti,2008).

Data dianalisis dengan menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengembangan potensi wisata di Agrowisata Cilangkap. Pengisian tabel internal maupun eksternal dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

1. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

2. Menentukan data faktor internal IFAS (Internal Factors Analysis Summary). Data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor internal diberikan bobot pada setiap data tersebut, dimulai dari skala 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) berdasarkan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap Agrowisata Cilangkap. Jumlah dari semua bobot yang diberikan tidak boleh lebih dari skor 1,00. Kemudian setiap data tersebut juga diberikan rating mulai dari yang paling berpengaruh (diberikan nilai 4) hingga yang tidak berpengaruh (diberikan nilai 1). Setiap bobot lalu dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan (bobot*rating). Hasil yang diperoleh akan menunjukkan rating dari unsur internal (Tabel 8).

Tabel 8. Analisis Faktor Internal

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot*Rating

(Skor)

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Total


(48)

33 3. Menentukan data faktor eksternal EFAS (External Factors Analysis Summary) dengan melakukan perlakuan yang sama seperti saat menentukan IFAS terhadap setiap data yang diperoleh (Tabel 9).

Tabel 9. Analisis Faktor Eksternal

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot*Rating

(Skor)

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Total

Sumber : Rangkuti (2008)

4. Setelah melakukan penyusunan data melalui faktor internal dan faktor eksternal kemudian membandingkan kedua faktor tersebut. Tujuannya adalah untuk menghasilkan rumusan arahan strategi pengembangan potensi wisata di Agrowisata Cilangkap dengan pendekatan Matriks SWOT (Tabel 10).

Tabel 10. Matriks SWOT

IFAS

EFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

Sumber : Rangkuti (2008)

5. Langkah terakhir adalah menentukan Grand Strategy. Grand Strategy atau tujuan utama ialah strategi yang paling utama untuk didahulukan. Strategi tersebut diperoleh dengan menentukan kuadran yang terdapat titik ordinat dalam sebuah Matriks Grand Strategy (Gambar 2). Titik ordinat tersebut didapatkan berdasarkan titik perpotongan antara selisish perhitungan data faktor internal dengan faktor eksternal.


(49)

34 Sumber : Rangkuti (2008)

Gambar 2. Matriks Grand Strategy

Pada Matriks Grand Strategy terdapat empat kuadran yang masing-masing kuadran memiliki spesifikasi tersendiri dalam upaya yang harus dilakukan selanjutnya. Penjelasan dari setiap kuadran adalah sebagai berikut: a. Kuadran 1 (mendukung strategi agresif)

Situasi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

b. Kuadran 2 (mendukung strategi diversifikasi)

Pada situasi ini, meskipun menghadapi berbagai ancaman namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

BERBAGAI PELUANG

KEKUATA N KELEMAHAN

INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

1. Mendukung strategi agresif

2.

Mendukung strategi 3.

Mendukung strategi

turn-4. Mendukung strategi defensif


(50)

35 c. Kuadran 3 (mendukung strategi turn-arround)

Situasi ini menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi pada lain pihak juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi yang harus dilakukan adalah dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi masalah.

d. Kuadran 4 (mendukung strategi defensif)

Situasi ini sangat tidak menguntungkan karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang perlu diterapkan adalah strategi yang dapat mengatasi ancaman dan kelemahan.


(51)

36 V. GAMBARAN UMUM

5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif, Agrowisata Cilangkap terletak di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Agrowisata ini memiliki luas secara keseluruhan sebesar ± 19,5 ha. Secara astronomis, tempat wisata ini berada pada titik koordinat 6°20'25” LS dan 106°54'4” BT. Kawasan ini mudah dijangkau karena terletak di pinggir Jalan Raya Cilangkap dan dilalui oleh kendaraan umum. Jalan raya tersebut merupakan jalan arteri sekunder dengan kondisi jalan yang baik.

Kawasan Kebun Bibit Cilangkap sudah berdiri sejak tahun 1991, namun baru ditetapkan menjadi Agrowisata pada tahun 2001 sesuai dengan SK Gubernur No. 3180 tahun 2001 (Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2009). Agrowisata Cilangkap dikelola oleh UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Kehutanan (Pusbangnih) yang dahulu bernama Balai Benih Induk (BBI).1 Tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan dibangunnya agrowisata ini adalah konsep wisata berwawasan lingkungan yang dapat menunjang pembangunan pertanian dan kehutanan perkotaan. Selain itu juga untuk membangun obyek wisata agro yang memiliki fungsi pelayanan lingkungan, agribisnis dan rekreasi yang unik, membina kelompok asosiasi agribisnis dan masyarakat dalam pembangunan agrowisata, serta membina peluang usaha agrowisata kepada koperasi, asosiasi, kelompok tani, dan perorangan dalam pembangunan agrowisata.


(52)

37 Agrowisata Cilangkap merupakan pusat pengembangan tanaman holtikultura dan juga pusat pengembangan tanaman hidroponik. Di samping sebagai fungsi utamanya tersebut, agrowisata ini juga mempunyai daya tarik wisata berupa keindahan alam dan suasana lingkungan di kawasan ini sangat asri dengan berbagai tanaman yang tumbuh. Ditambah lagi dengan adanya waduk dengan kedalaman 7 meter yang bersih dan terawat yang menambah kesegaran dan keindahan pemandangan yang ada di dalam Agrowisata Cilangkap. Di wilayah perkotaan seperti Jakarta saat ini yang penuh dengan pembangunan dan udara yang mulai kurang bersih, lingkungan yang asri menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di Jakarta.

Tidak hanya menawarkan lingkungan yang asri, Agrowisata Cilangkap juga memiliki fasilitas pendukung lainnya yang dapat menarik minat pengunjung, yaitu jogging track, jalur refleksi, sarana outbond dan alat main anak, dan tempat pemancingan. Jogging track dan jalur refleksi sangat diminati oleh pengunjung yang datang, karena tidak jarang pengunjung yang datang bertujuan untuk berolahraga atau ingin menjaga kesehatan, dan dua fasilitas ini sangat mendukung bagi kegiatan tersebut. Sarana outbond dan alat main anak merupakan fasilitas pendukung yang disediakan untuk menambah kegiatan pengunjung anak-anak yang datang, sayangnya sarana outbond dan alat main anak ini kurang terjaga dengan baik bahkan terdapat beberapa perangkat yang sudah tidak ada sehingga tidak dapat dipakai kembali. Terakhir adalah tempat pemancingan, fasilitas untuk memancing ini belum terlalu lama dibuat yakni kurang lebih satu tahun. Tempat pemancingan ini juga cukup diminati, terutama oleh pengunjung dengan jenis kelamin laki-laki.


(53)

38 Selain fasilitas-fasilitas yang telah disebutkan di atas, agrowisata ini juga memiliki sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar kegiatan wisata yang dijalani. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya, kantor dan aula kantor, rumah makan, mushola, toilet, tempat parkir. Kantor yang berada tidak jauh dari pintu utama ini dapat menjadi pusat informasi bagi pengunjung yang ingin mengetahui informasi lebih banyak tentang Agrowisata Cilangkap. Aula kantor yang disediakan dapat dijadikan balai pertemuan atau pemberian informasi kepada pengunjung yang datang secara berkelompok setelah melakukan koordinasi terlebih dahulu kepada pihak pengelola. Mushola di kawasan Agrowisata Cilangkap memiliki kondisi yang baik, namun mushola ini adalah mushola karyawan yang terletak di belakang kantor pusat pengembangan hidroponik, dengan lokasi yang tidak terlihat membuat pengunjung kurang mengetahui keberadaan mushola tersebut. Toilet disediakan di dekat lokasi pemancingan, hanya saja toilet yang ada masih kurang memadai sehingga membuat pengunjung kurang nyaman untuk menggunakannya. Tempat parkir berada di samping pintu masuk, dengan lahan parkir yang cukup luas sehingga dapat menampung cukup banyak kendaraan pengunjung. Rumah makan yang terdapat di agrowisata ini memiliki lokasi yang berdekatan dan juga dekat dengan tempat pemancingan. Sarana dan prasarana ini memiliki kondisi yang baik.

Dinas Kelautan dan Pertanian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberikan wewenang kepada UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan untuk mengelola Agrowisata Cilangkap. Agrowisata ini memiliki dua kebun utama didalamnya, yaitu kebun bibit tanaman holtikultura dan kebun hidroponik. Setiap kebun memiliki penanggung jawab


(54)

39 masing-masing. Kebun holtikultura memiliki 1 orang penanggung jawab dengan karyawan berupa Tenaga Harian Lepas (THL) sebanyak 8 orang, sedangkan kebun hidroponik memiliki 2 orang penanggung jawab dengan jumlah THL sama dengan kebun holtikultura yaitu 8 orang. Tenaga harian lepas yang dipekerjakan di agrowisata ini bertugas dalam proses pembibitan dan perawatan tanaman, THL tersebut merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar Agrowisata Cilangkap. Selain penanggung jawab dan para THL, di Agrowisata Cilangkap ini juga terdapat petugas keamanan (security) yang bertugas untuk menjaga keamanan lingkungan agrowisata ini. Petugas keamanan ini berjumlah 8 orang. Agrowisata Cilangkap memperoleh dana untuk biaya operasional dari UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Pertanian. Agrowisata ini juga memiliki pendapatan dari penjualan hasil panen atau penjualan bibit dan dari tarif parkir. Penghasilan yang didapatkan dari hasil penjualan akan diserahkan kembali kepada pemerintah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan pendapatan dari tarif parkir dikelola untuk kebersihan dan kesejahteraan karyawan.

Eksistensi Agrowisata Cilangkap selama kurang lebih 20 tahun membuat agrowisata ini dikenal oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Namun, pihak pengelola juga tetap melakukan promosi agar lebih dikenal oleh masyarakat luas melalui sarana internet dan kegiatan pameran.

5.2 Karakteristik Demografi Pengunjung

Karakteristik pengunjung diperoleh berdasarkan survei terhadap 60 orang responden. Responden dipilih secara sengaja dengan kriteria-kriteria tertentu. Karakteristik pengunjung tersebut dilihat dari beberapa kategori, diantaranya


(55)

40 adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah tanggungan. Hasil dari perolehan data karakteristik pengunjung yang telah diolah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Pengunjung Agrowisata Cilangkap

No. Karakteristik Jumlah Responden (orang)

Persentase (%) 1. Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 29 31 48.3 51.7

Jumlah 60 100

2. Usia

<20 tahun

20 tahun – 29 tahun 30 tahun – 39 tahun

≥40 tahun 4 18 16 22 6.7 30.0 26.7 36.6

Jumlah 60 100

3. Status Pernikahan

Belum Menikah Sudah Menikah 21 39 35 65

Jumlah 60 100

4. Pendidikan Terakhir

SMP

SMA dan sederajat Perguruan Tinggi (PT)

4 41 15 6.7 68.3 25.0

Jumlah 60 100

5. Pekerjaan

PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Lainnya 6 20 7 9 18 10.0 33.3 11.7 15.0 30.0

Jumlah 60 100

6. Pendapatan (rupiah per bulan)

<1 000 000

1 000 000 – 2 000 000 >2 000 000

20 32 8 33.3 53.3 13.4

Jumlah 60 100

7. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tidak ada 1 orang – 2 orang

≥ 3 orang

25 22 13 41.7 36.7 21.6

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)

Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan wisata yang memberikan pemandangan alam yang indah dan juga udara yang segar. Jenis wisata yang biasa


(56)

41 dilakukan oleh pengunjung adalah sight seeing (menikmati pemandangan), dan tidak jarang pengunjung juga menjadikan agrowisata ini sebagai sarana olahraga. Komponen utama berupa wisata agro masih belum berjalan dengan maksimal. Berdasarkan hasil survei, persentase pengunjung perempuan lebih besar dibandingkan pengunjung laki-laki, dengan persentase pengunjung perempuan sebesar 51.7% dan laki-laki 48.3%. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah diadakannya kegiatan senam pada setiap akhir pekan yang mayoritas diikuti oleh kaum perempuan. Sebagian besar pengunjung yang datang juga memiliki usia diatas 40 tahun, yaitu sebesar 36.6%.

Pengunjung yang datang pada umumnya merupakan keluarga yang sedang menikmati akhir pekan. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa persentase pengunjung yang telah menikah lebih besar yaitu 65%, sedangkan yang belum menikah sebesar 35%. Pengunjung tersebut juga sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi dengan persentase pendidikan SMA sebesar 68.3% dan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 25%, serta memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta dengan persentase 33.3%.

Pengunjung yang melakukan aktivitas wisata di agrowisata ini berasal dari berbagai tingkat perekonomian, mulai dari masyarakat tingkat bawah, menengah, hingga masyarakat tingkat atas. Hal ini dikarenakan untuk melakukan kegiatan wisata pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 2 000 untuk yang membawa kendaraan bermotor, sedangkan pengunjung yang tidak membawa kendaraan bermotor tidak dikenakan biaya apapun. Oleh sebab itu, karena pengunjung tidak membutuhkan biaya terlalu besar maka sebagian besar pengunjung yang datang berasal dari masyarakat kalangan menengah. Hal tersebut sesuai dengan data yang


(57)

42 diperoleh, persentase terbesar adalah pengunjung dengan pendapatan berkisar antara Rp 1 000 000 hingga Rp 2 000 000 yaitu sebesar 53.3% dan sebanyak 41.7% pengunjung tersebut tidak memiliki tanggungan keluarga..

5.3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi Kedatangan

Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan agro yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Kegitan wisata yang dilakukan oleh pengunjung pun berbeda-beda. Pengunjung yang datang ada yang bertujuan untuk melakukan rekreasi, memancing, dan tidak jarang pula agrowisata ini dijadikan sebagai sarana olahraga dan pendidikan. Dalam penelitian ini, tujuan kedatangan pengunjung dibagi menjadi tiga, yaitu untuk rekreasi, berolahraga, dan lainnya. Kategori lainnya mencakup pengunjung yang datang dengan tujuan pendidikan, tukar pikiran, fotografi, dan memancing. Berdasarkan data yang diperoleh, proporsi persentase tujuan kedatangan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi Kedatangan

No. Karakteristik Jumlah Responden (orang)

Persentase (%) 1. Tujuan Kedatangan

Berekreasi Olahraga Lainnya 22 30 8 36.7 50.0 13.3

Jumlah 60 100

2. Motivasi Kedatangan

Menikmati suasana yang sejuk dan asri Memperoleh kesegaran pikiran dan jasmani Mendapatkan pengalaman baru

Mendapatkan inspirasi Menyelesaikan tugas Lainnya 54 34 6 3 1 2 90.0 56.7 10.0 5.0 1.7 3.3 Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)

Keterangan : n = 60 responden. Untuk karakteristik motivasi kedatangan, setiap responden boleh memilih lebih dari satu.

Selain tujuan kedatangan, terdapat pula motivasi kedatangan. Motivasi kedatangan merupakan dorongan yang menyebabkan pengunjung datang ke


(58)

43 agrowisata ini. Terdapat enam faktor pendorong yang menyebabkan pengunjung datang. Faktor-faktor beserta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan data di atas, faktor pendorong terbesar pengunjung datang ke agrowisata ini adalah untuk menikmati suasana yang sejuk dan asri. Selain itu, tidak jarang pula pengunjung yang datang termotivasi untuk memperoleh kesegaran pikiran dan jasmani. Sisanya, pengunjung datang karena motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru, mendapatkan inspirasi, menyelesaikan tugas, serta untuk melakukan fotografi dan memancing.

5.4 Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap

Karakteristik perjalanan pengunjung dibagi atas 3 bagian, yaitu jarak tempuh, lama perjalanan, dan jenis kendaraan yang digunakan. Saat ini, Agrowisata Cilangkap masih berada di dalam tahap perkembangan sehingga keberadaannya masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, pengunjung yang datang pun mayoritas adalah orang-orang di sekitar yang jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan waktu perjalanan yang tidak lama. Sesuai dengan hasil data yang diperoleh bahwa persentase terbesar ada pada pengunjung yang berjarak 1 km hingga 5 km sebesar 36.5%, dan diikuti oleh pengunjung yang berjarak kurang dari 1 km yaitu sebesar 35%. Menurut data tersebut, mayoritas pengunjung memiliki jarak tempuh yang relatif dekat dengan Agrowisata Cilangkap. Dengan demikian, lama perjalanan yang dilakukan juga relatif sebentar. Persentase terbesar (63.3%) adalah pengunjung dengan lama perjalanan kurang dari 30 menit. Penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat pada Tabel 13.


(59)

44 Tabel 13. Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap

No. Karakteristik Jumlah Responden (orang)

Persentase (%) 1. Jarak Tempuh

< 1 km 1 km – 5 km 5 km – 10 km >10 km 21 22 15 2 35.0 36.7 25.0 3.3

Jumlah 60 100

2. Lama Perjalanan

< 30 menit 30 menit – 1 jam 1 jam – 2 jam

≥2 jam 38 15 6 1 63.3 25.0 10.0 1.7

Jumlah 60 100

3. Jenis Kendaraan yang Digunakan

Berjalan Kaki Kendaraan Umum Mobil Motor 10 16 3 31 16.7 26.7 5.0 51.6

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)

Terdapat berbagai macam cara untuk mencapai Agrowisata Cilangkap, salah satunya adalah dengan menggunakan kendaraan bermotor. Pada kategori ini, karakteristik jenis kendaraan yang digunakan oleh responden dikelompokkan menjadi kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, kendaraan umum atau angkutan umum, dan tidak menggunakan kendaraan atau dengan berjalan kaki. Persentase terbesar adalah kelompok pengunjung yang datang dengan menggunakan motor yaitu sebesar 51.6%. Peringkat kedua ada pada kelompok pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, sebesar 26.6%. Sisanya 16.7% dan 5% merupakan pengunjung yang berjalan kaki dan menggunakan mobil.


(1)

81 4. Uji Kenormalan

jumlah kunjungan P e rc e n t 7.5 5.0 2.5 0.0 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean >0.150 2.977 StDev 2.074 N 44 KS 0.068 P-Value Probability Plot of jumlah kunjungan

Normal

Nilai p(0,150) > alpha 5% maka terima Ho artinya asumsi error menyebar normal terpenuhi.


(2)

82 Lampiran 2. Dokumentasi Lokasi Penelitian

Agrowisata Cilangkap


(3)

83 Kegiatan yang Dilakukan Oleh Pengunjung


(4)

84 Area Parkir


(5)

85 Fasilitas Jalan di Kawasan Agrowisata Cilangkap


(6)

86 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 September 1989 sebagai putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan (alm.) Mulyana dan Gusti Ayu Ketut Siti Resmiati.

Pada tahun 1995 hingga 2001 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Mekar Jaya 31. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama ke SMP Negeri 8 Depok pada tahun 2001 hingga 2004. Selama tahun 2004 hingga 2007 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 98 Jakarta. Pada tahun yang sama, penulis diterima di perguruan tinggi negeri Institut Pertanian Bogor, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).