Secara umum, penyelesaian atau himpunan penyelesaian dari SPLK dapat ditentukan melelui langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1 Substitusikan bagian linear
b ax
y +
=
ke bagian kuadrat
r qx
px y
+ +
=
2
, diperoleh
2 2
2
= -
+ -
+ Û
= -
+ -
+ Û
+ +
= +
b r
x a
q px
b r
ax qx
px r
qx px
b ax
Langkah 2 Nilai-nilai x pada langkah 1 jika ada disubstitusikan ke persamaan
b ax
y +
=
.
2.2 Kerangka Berfikir
Materi sistem persamaan linear merupakan salah satu materi kelas X SMA yang terdiri dari beberapa submateri. Tiga diantaranya adalah sistem persamaan
linear dua variabel, sistem persamaan linear tiga variabel, serta sistem persamaan linear dan kuadrat. Sistem persamaan linear dua variabel dapat diselesaikan
dengan metode grafik, metode eliminasi, metode substitusi ataupun metode eliminasi-substitusi. Sistem persamaan linear tiga variabel dapat diselesaikan
dengan metode eliminasi, metode substitusi ataupun metode substitusi. Sistem persamaan linear dan kuadrat dapat diselesaikan dengan metode substitusi. Setiap
metode yang digunakan terdapat langkah-langkah yang rumit. Untuk menyelesaikan permasalahan materi yang cukup banyak dan rumit tersebut, siswa
diharapkan memiliki pemahaman matematis yang baik.
Untuk meningkatkan pemahaman matematis, diperlukan suatu pembelajaran yang cocok. Pembelajaran yang cenderung terfokus pada guru tidak dapat
meningkatkan pemahaman matematis secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran lain yang lebih mendukung. Salah satu alternatifnya
adalah menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD dan Jigsaw. Pembelajaran dengan menggunakan kedua model tersebut diharapkan mampu
meningkatkan pemahaman matematis siswa. Keunggulan dari kedua model tersebut adalah dibentuk kelompok-
kelompok kecil yang diberi tugas membahas suatu materi dengan cara diskusi. Dengan berdiskusi, siswa dapat memperoleh informasi materi dari teman,
sehingga guru tidak perlu menjelaskan keseluruhan materi, melainkan hanya materi-materi yang belum dikuasai kelompok. Selain itu, setiap siswa juga diberi
tanggungjawab secara individual dalam hal penguasaan materi, sehingga setiap siswa akan termotivasi untuk menguasai materi ajar.
Penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dan Jigsaw mempunyai perbedaan. Perbedaan yang paling mencolok adalah dalam hal pembentukan
kelompok. Dalam model Cooperative Learning tipe Jigsaw, dibentuk kelompok sebanyak dua kali yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pada pembentukan
kelompok asal guru bisa mengkondisikan kelompok secara heterogen. Namun pada pembentukan kelompok ahli, kemungkinan ada kelompok-kelompok yang
homogen. Dengan kata lain ada kelompok yang anggotanya siswa-siswa yang pintar dan ada kelompok yang anggotanya anggotanya siswa-siswa yang kurang
pintar. Sedangkan model Cooperative Learning tipe STAD, hanya sekali dibentuk
kelompok. Guru mengkondisikan kelompok tersebut secara heterogen. Dengan kata lain, setiap kelompok mempunyai kemampuan yang sama. Hal ini
menyebabkan penerapan model Cooperative Learning tipe STAD lebih efektif dari Jigsaw.
2.3 Hipotesis