Sementara itu PDRB perkapita Propinsi Sumatera Utara atas harga konstan 2000 adalah Rp. 9.14 juta tahun 2010, sedangkan PDRB perkapita Samosir Rp.
8.846 juta tahun 2010 mengalami peningkatan disbanding tahun 2009, namun lebih rendah dari PDRB perkapita Propinsi Sumatera Utara tabel 1.3..
Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto perkapita Kabupaten Samosir atas Harga konstan 2000 000 rupiah 2006 – 2010
Tahun Atas Harga Konstan
Samosir Sumatera Utara
2006 7066
7383 2007
7439 7775
2008 7864
8141 2009
8823 8421
2010 8846
9139
Sumber : BPS Kabupaten Samosir, 2011
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti “Analisis Potensi Ekonomi dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten
Samosir”.
1.2. Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sektor apakah yang menjadi sektor basis pada perekonomian Kabupaten Samosir.
2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan dan cepat tumbuh dan berdaya saing pada perekonomian Kabupaten Samosir
3. Sektor-sektor apakah yang mempunyai daya saing atau tidak pada perekonomian Kabupaten Samosir.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya peningkatan pendapatan perkapita Kabupaten Samosir.
5. Berapa nilai elastisitas masing-masing faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita Kabupaten Samosir.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sektor apakah yang menjadi sektor basis pada
perekonomian Kabupaten Samosir. 2. Untuk mengetahui sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan dan
cepat tumbuh pada perekonomian Kabupaten Samosir 3. Untuk mengetahui sektor-sektor apakah yang mempunyai daya tarik atau tidak
pada perekonomian Kabupaten Samosir. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peningkatan
pendapatan perkapita Kabupaten Samosir. 5. Untuk mengetahui nilai elastisitas masing-masing faktor yang mempengaruhi
pendapatan perkapita Kabupaten Samosir.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk antara lain: 1. Menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak, baik pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Kabupaten Samosir.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan rujukan dan pedoman bagi pihak-pihak, baik pemerintah, pengambil kebijakan serta peneliti lainnya yang sejenis.
3. Menambah khasanah pengetahuan, terutama bagi penulis, dalam hal potensi ekonomi dan sosial yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat di Kabupaten Samosir.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Kemiskinan
Kemiskinan hanyalah menunjuk pada rendahnya tingkatan pendapatan perkapita suatu Negara. Isitilah ini tidak ada hubungannya dengan budaya bangsa
tersebut. Dengan demikian kata “miskin” dan “kurang berkembang” dapat saling dipertukarkan Jhingan, 2008.
Prof Shannon dalam Jhigan, 2008 membuat pembedaan sebagai berikut : “Suatu daerah atau negara dapat digolongkan sebagai berkembang develop
tetapi miskin disebut sebagai kurang berkembang, suatu daerah yang ‘tidak berkembang’ mungkin dapat disebut sebagai kurang berkembang, apabila ia tidak
mampu untuk berkembang, “miskin poor” dan “terbelakang backward” juga digunakan sebagai sinonim “kurang berkembang.
Simon Kuznets dalam Jhingan, 2008 mengusulkan tiga definisi tentang keterbelakangan. Pertama, istilah itu dapat berarti kegagalan memanfaatkan secara
penuh potensi produktif dengan menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yang ada. Kedua, berarti keterbelakangan dalam kinerja performance ekonomi
dibandingkan dengan daerah atau negara lain dalam periode yang sama. Ketiga, ia dapat berarti kemiskinan ekonomi, dalam arti kegagalan menyediakan biaya hidup
yang memadai dan harta benda yang dapat memuaskan sebagaian besar penduduk. Adapun beberapa kriteria “miskin” atau “keterbelakangan” adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
Kriteria pertama ialah nisbah rasio penduduk terhadap wilayah tanah. Akan tetapi betapa sulit untuk memastikan apakah rasio tinggi atau rendah
penduduk terhadap wilayahnya merupakan suatu indikator keterbelakangan. Kriteria kedua adalah perbandingan output industri terhadap keseluruhan output
atau sebagai rasio populasi industri terhadap populasi keseluruhan. Menurut kriteria ini, Negara dengan rasio rendah antara output industri dan output
keseluruhan dianggap “miskin”. Kriteria ketiga adalah rasio yang rendah antara modal terhadap populasi per kepala. Kriteria keempat adalah kemiskinan itu
bukan disebabkan Negara itu miskin sumber daya alam, tetapi kemiskinan dapat dikurangi dengan penerapan metode-metode yang telah teruji diterapkan dinegara
yang sudah berhasil. Kriteria kelima kemiskinan yang paling umum diterima ialah rendahnya
pendapatan perkapita Negara-negara terbelakang Jhingan, 2008. Teori lingkaran perangkap kemiskinan the vicious circle of poverty adalah
serangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi secara sedemikian rupa sehingga menimbulkan keadaan di mana sesuatu negara wilayah akan tetap
miskin dan akan tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi Nurkse, 1960 “Suatu Negara akan jadi miskin
karena ia merupakan Negara miskin” A country is poor because it is poor, pendapat lain Meier dan Baldwin berpendapat lingkaran perangkap kemiskinan
ini timbul dari hubungan saling mempengaruhi antara keadaan masyarakat yang
masih terbelakang dan tradisional dengan kekayaan alam yang berpotensi yang belum dikembangkan
. Untuk mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki,
Universitas Sumatera Utara
harus ada tenaga kerja yang mempunyai keahlian untuk memimpin dan melaksanakan berbagai macam kegiatan. Meier, 1960.
Hakikatnya teori lingkaran perangkap kemiskinan yang menghambat terciptanya pembentukan modal dan perkembangan ekonomi adalah : i adanya
ketidakmampuan mengerahkan tabungan yang cukup, ii kurangnya rangsangan melakukan penanaman modal, dan Informasi usaha yang minim iii rendahnya
taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran masyarakat. Sadono, 2006. Pandangan atau kritik atas lingkaran perangkap kemiskinan lain
dikemukakan oleh Bauer, ia berpendapat tidak benar bahwa Negara berkembang terjerat dalam suatu lingkaran perangkap kemiskinan dan stagnasi, yang ada
bahwa adanya perdagangan dengan Negara maju tersebut akan menjadi perangsang untuk mempertinggi daya usaha masyarakat dan akan menaikkan
tingkat kegiatan ekonomi. Bauer, 1971. Karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh
ketidakberdayaan ketidakmampuan powerlessness dalam hal : a. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang,
papan, pendidikan, dan kesehatan; b. Melakukan kegiatan usaha produktif;
c. Menjangkau akses sumber daya ekonomi; d. Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan
diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik;
e. Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1. Indikator Kemiskinan
Indikator nasional dalam menentukan jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ditentukan oleh standar garis kemiskinan dari Badan Pusat Statistik BPS,
dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum. Baik berupa kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup
layak. Penetapan nilai standar inilah yang digunakan untuk membedakan antara penduduk miskin dan tidak miskin.
Menurut BPS BPS, 2011 yang dimaksud Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis
kemiskinan, sedangkan garis kemiskinan makanan GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo
kalori per kapita per hari. Garis kemiskinan non makanan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kebutuhan dasar
lainnya.
2.2. Pembangunan Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses
pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah
proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil.
Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut
bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat
ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan
kenaikan seluruh nilai tambah value added yang tercipta di suatu wilayah. Todaro dalam Sirojuzilam, 2008, mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah
suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi
atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.
Menurut Adisasmita 2008:13, pembangunan wilayah regional merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya
manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar
wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan kewiraswastaan, kelembagaan daerah dan lingkungan
pembangunan secara luas.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional