Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75 peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun social dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri Mulyasa,
2003:101
1. Hasil aktifitas siswa
Hasil perhitungan aktivitas pembelajaran siswa diperoleh keaktifan siswa kelas eksperimen sebesar 71,4 pada pertemuan pertama dan
82,14 pada pertemuan kedua. Sedangkan keaktifan siswa kelas kontrol sebesar 46,43 pada pertemuan pertama dan sebesar 60,71 pada
pertemuan kedua. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Integreted Reading and Composition CIRC keaktifan siswa lebih baik dari pembelajaran konvensional dan telah memenuhi kriteria keaktifan
klasikal sebesar 75.
2. Hasil aktivitas guru
Hasil perhitungan aktivitas guru dalam pembelajaran dikelas eksperimen pada pertemuan pertama sebesar 75 dan sebesar 85 pada
pertemuan kedua. Hal ini menunjukkan pembelajaran mengalami peningkatan kearah yang semakin baik. Sedangkan aktifitas guru dalam
pembelajaran dikelas kontrol pada pertemuan pertama sebesar 75 dan
sebesar 80,5 pada pertemuan kedua. Hal ini menunjukkan aktifitas guru dalam pembelajaran dapat dikatakan baik.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dan mengetahui sejauh mana keefektifan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC dalam meningkatkan hasil belajar siswa dikelas eksperimen pada
pokok bahasan kelangkaan sumber daya dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas kelas VIII SMP 5 Kudus. Model pembelajaran CIRC tepat
diterapkan pada materi pembelajaran yang bersifat penjabaran seperti materi kelangkaan sumber daya dan kebutuhan manusia yang tidak
terbatas sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai selingan dalam melaksanakan pembelajaran karena model pembelajaran
ini kurang sesuai jika diterapkan pada materi penjumlahan. Kondisi awal kelas berangkat dari keadaan yang sama karena kelas
diajar oleh guru mata pelajaran ekonomi yang sama, siswa berumur antara 14 sampai 16 tahun, peserta didik mendapat materi berdasarkan kurikulum
KTSP dan menggunakan buku materi yang sama. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel secara acak dan didapatkan dua kelas, yaitu kelas
VIII E sebagai kelas eksperimen, VIII H sebagai kelas kontrol. Selain itu, Jumlah siswa kedua sampel juga sama, yaitu masing-masing 34 siswa .