2.2 Pendekatan Integrasi Interkoneksi
2.2.1Integrasi
Integrasi merupakan pembauran, perpaduan atau penggabungan dari dua obyek atau lebih hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Integrasi dapat
dikatakan sebagai keterpaduan atau dalam pembelajaran disebut dengan pembelajaran terpadu. Suatu pembelajaran dikatakan terpadu jika pendekatan
pembelajaran yang digunakan melibatkan beberapa ilmu untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran bermakna dapat diperoleh dari
pemahaman konsep yang dipelajari melalui pengamatan langsung yang menghubungkan konsep dengan lingkungan yang diamati Trianto, 2007: 38.
Ilmu Integralistik, ilmu yang menyatukan bukan sekedar menggabungkan wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia. Pembelajaran terpadu tipe integrated
keterpaduan adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan,
prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi.
2.2.2 Interkoneksi
Interkoneksi yaitu hubungan satu dengan yang lain. Konsep interkoneksi dalam pembelajaran yaitu bahwa suatu ilmu, baik ilmu alam, sosial, humaniora,
dan ilmu agama tidak dapat berdiri sendiri. Ilmu satu dengan ilmu yang lainnya saling membutuhkan. Beberapa ilmu tersebut saling koreksi dan melengkapi satu
sama lain, sehingga dapat membantu manusia dalam memahami kompleksitas kehidupan dan memecahkan persoalan yang dihadapi.
Model terhubung connected merupakan model integrasi inter-bidang studi interdisipliner. Model ini secara nyata mengintegrasikan satu konsep,
ketrampilan, atau kemampuan yang ditumbuh kembangkan dalam suatu pokok bahasan dalam satu bidang studi Trianto, 2007: 43.
Bertolak dari prinsip koneksitas di atas, dapat digarisbawahi bahwa setiap guru di luar mata pelajaran agama dapat menjadikan mata pelajaran yang
diajarkan sebagai medium untuk menanamkan nilai kebaikan. Sekurang- kurangnya setiap guru perlu megungkap nilai-nilai yang dikandung mata pelajaran
yang dipegangnya untuk menanamkan benih-benih moralitas pada diri siswa. Zubaedi 2005: 40 mengemukakan bahwa proses penanaman nilai-nilai
akhlak atau budi pekerti di sekolah dasar hingga sekolah menengah akan berjalan efektif jika ada korelasitas saling berhubungan, koneksitas seling menyapa dan
hubungan sinergis antara pendidikan agama dan pelajaran lainnya. Ini berarti pembelajaran nilai atau budi pekerti tidak harus hanya diajarkan pada pelajaran
Pendidikan Agama saja, namun dapat diintegrasikan pula ke dalam mata pelajaran lain seperti Ilmu pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan sebagainya.
2.2.3 Pendekatan Integrasi Interkoneksi Keilmuan