EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN HIDROSFER KELAS VII SMP 9 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012 2013
i
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP
HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR ATMOSFER
DAN HIDROSFER KELAS VII SMP 9 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Oleh Wahono 3201409067
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
(2)
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Uji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:
Hari : Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Apik Budi.S, M.Si Drs. Sutardji
NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19510402 198012 1 001 Mengetahui,
Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi.S, M.Si NIP. 19620904 198901 1 001
(3)
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Sriyanto, S.Pd, M.Pd. NIP. 19770722 200501 1 001
Penguji 1 Penguji 2
Drs. Apik Budi .S, M.Si Drs. Sutardji
NIP. 19620904 198901 1 001 19510402 198012 1 001 Mengetahui:
Dekan,
Dr. Subagyo, M.Pd NIP. 19510808 198003 10
(4)
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2013
Wahono
(5)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kemarin adalah mimpi yang telah selesai. Esok adalah harapan yang indah. Sedangkan hari ini adalah realitas yang nyata (Dr. Aidh ALQarni)
Hidup itu perjuangan hadapi dan lakukan yang terbaik
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan, skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang dan doa tanpa henti-hentinya dalam menyusun skripsi ini.
2. Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan aku. 3. Sahabatku semuanya yang tidak bisa aku
sebutkan satupersatu.
4. Teman-temanku Jurusan Geografi yang aku sayangi.
(6)
vi PRAKATA
Rasa syukur dan doa selalu kupanjatkan kepada Tuhan , karena karunia-Nya yang mengiringi penulis selama dalam penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan dengan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin dalam pelaksanaan penelitian.
2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas pemberian ijin penelitian.
3. Drs. Apik Budi.S, M.Si selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu sosial sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Sutardji, selaku pembimbing II yang memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan ilmu yang tidak dapat ternilai selama dalam bangku perkuliahan.
6. Setyo Budi, SPd,M.M, Kepala SMP 9 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Guru geografi dan siswa SMP 9 Semarang yang bersedia membantu peneliti selama pengambilan data penelitian.
8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
(7)
vii
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran sangat diharapkan dari pembaca untuk perbaikan penulisan yang akan datang.
Semarang, Juli 2013
(8)
viii SARI
Wahono. 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Atmosfer Dan Hidrosfer Kelas VII SMP 9 Semarang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Kata kunci: Rotating Trio Exchange (RTE), Hasil Belajar
Hasil dari suatu proses belajar pendidikan yang maksimal tentunya diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta didukung dengan faktor pendanaan yang mencukupi. Inovasi pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan juga proses pendidikan dalam pembelajaran itu sendiri. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dan efektivitas penggunaan dalam pembelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dan efektivitas penggunaan dalam pembelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 9 Semarang tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 206 siswa yang terdiri dari 8 kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIF SMP 9 Semarang tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pemberian perilaku pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe RTE dan variabel terikat yaitu hasil belajar kognitif. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, tes dan observasi. Analisis data dilakukan menggunakan uji proporsi, di mana uji tersebut digunakan untuk menguji apakah hasil belajar siswa pada kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer dapat mencapai ketuntasan.
Hasil penelitian menunjukan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam pembelajaran dasar atmosfer dan hidrosfer mata pembelajaran IPS pada siswa Kelas VII SMP 9 Semarang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Ketuntasan belajar yang dicapai secara klasikal pada pertemuan I masih kurang dari 75% siswa, sedangkan pada pertemua II ketuntasan secara klasikal sudah mencapai 83,21% siswa.
Hasil uji beda menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam pembelajaran dasar atmosfer dan hidrosfer mata pembelajaran IPS pada siswa Kelas VII SMP 9 Semarang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Saran penelitian hendaknya guru dapat menggunakan model pembelajaran RTE sebagai salah satu alternatif pengembangan model pembelajaran dasar atmosfer dan hidrosfer mata pembelajaran IPS. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat dan saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya mengalami kesulitan.
(9)
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Penegasan Istilah ... 6
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif ... 8
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE ... 11
2.3 Hasil Belajar Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer ... 14
2.4 Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer ... 15
2.5 KKM ... 23
2.6 Kerangka Berpikir ... 24
(10)
x
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Populasi ... 27
3.2 Sampel Penelitian ... 27
3.3 Variabel Penelitian ... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28
3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 31
3.6 Analisis Data ... 34
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1 Hasil Penelitian ... 37
4.1.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 38
4.1.2 Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal ... 42
4.1.3 Uji Normalitas ... 43
4.1.4 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE Dalam Pembelajaran IPS ... 44
4.1.5 Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 54
4.2 Pembahasan ... 56
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 61
5.1 Simpulan ... 61
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
4.1 Hasil Observasi Pertemuan I ... 46 4.2 Hasil Observasi Pertemuan II... 51 4.3 Persentase Peningkatan Hasil Belajar ... 55
(12)
xii DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Kerangka berfikir penelitian ... 25
4.1 Peta Lokasi SMPN 9 Semarang ... 38
4.2 Simulasi Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) ... 45
4.3 Pembelajaran Atmosfer dan Hidrosfer Pertemuan I ... 48
4.4 Proses Pembagian Kelompok Pertemuan I ... 48
4.5 Diskusi Siswa Pada Pertemuan I ... 49
4.6 Suasan Pembelajaran Pertemuan I ... 50
4.7 Pembelajaran Atmosfer dan Hidrosfer Pertemuan II ... 53
4.8 Suasan Diskusi Pertemuan II ... 53
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1.Daftar Nama Siswa Kelas VIIF SMP 9 Semarang... 65
2. Lembar Dokumentasi ... 66
3. Kisi-Kisi Soal I ... 67
4. Kisi-Kisi Soal II ... 78
5. Uji Coba Soal ... 89
6. Kunci Jawaban Uji Coba ... 96
7. Soal Pre Test ... 97
8. Kunci Jawaban Pre Test ... 103
9.Soal Post Test I ... 104
10. Kunci Jawaban Post Test I ... 110
11. Soal Post Test II ... 111
12. Kunci Jawaban Pos Test II ... 117
13. Lembar Jawab UJi Coba ... 118
14. Lembar Jawab Pre Test ... 119
15. Lembar Jawab Post Test I ... 120
16. Lembar Jawab Pos Test II ... 121
17. Lembar Instrumen Observasi ... 122
18. Rubrik Pedoman Observasi ... 124
19. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Soal ... 132
20. Hasil Pre Test ... 135
21. Hasil Post Test I ... 136
22. Hasil Post Test II ... 137
23. Silabus ... 143
24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) ... 148
25. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) ... 155
26. Daftar Pertanyaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) ... 161
(14)
xiv
27. Surat Ijin Observasi untuk Kepala SMP 9 Semarang ... 163
28. Surat Ijin Penelitian untuk Kepala SMP 9 Semarang ... 164
29. Surat Keterangan Observasi SMP 9 Semarang ... 165
(15)
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UNESCO (Iru, 2009:104) pembelajaran yang efektif pada abad ini harus diorientasikan empat pilar yaitu: (1) learning to know (belajar untuk tahu), (2) learning to do (belajar untuk melakukan), (3) learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri dan (4) learning to live together (belajar bersama dengan orang lain) keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran.
Peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya sebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain. Bila seorang guru dapat membekali siswanya dan memberi pondasi agar 4 pilar di atas dapat berdiri kokoh, betapa bahagianya siswa yang mempunyai guru atau pendidik yang berkualitas seperti itu. Betapa bangganya bangsa dan negara ini bila pendidikan menjadi tonggak berdirinya suatu negara yang kokoh.
Hasil dari suatu proses belajar pendidikan yang maksimal tentunya diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta didukung dengan faktor pendanaan yang mencukupi. Inovasi pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan juga proses pendidikan dalam pembelajaran itu sendiri.
(16)
Menurut Iru (2009:6) model pembelajaran berarti acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis. Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran tertentu dan disesuaikan dengan materi, kemampuan siswa, karakteristik siswa, dan sarana penunjang yang tersedia.
Memilih model pembelajaran sudah menjadi tugas seorang guru sebagai pelaksana pengajaran. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
Pandangan umum yang dianut adalah dalam proses pembelajaran, pengetahuan dialihkan dari guru kepada siswa, sehingga guru aktif dalam menyampaikan informasi. Hal tersebut akan menghambat aktifitas siswa, sehingga gagal melahirkan siswa yang mandiri belajar, berfikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan, dan mampu bekerjasama dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman yang peneliti rasakan pada saat pelaksaan Praktek Pengalaman Lapangan di SMP 9 Semarang, dalam proses pembelajaran IPS seringnya guru menggunakan model pembelajaran konvensional metode ceramah. Hal tersebut membuat siswa hanya sebagai penerima informasi, tidak kreatif dan tidak memiliki sikap yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada guru akan menjadikan siswa pasif yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil belajar yang akan diperoleh peserta didik di sekolah.
(17)
Pelajaran IPS seharusnya menjadi pelajaran yang menarik bagi siswa karena siswa dapat melihat fenomena – fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari – hari, namun pada kenyataannya mata pelajaran IPS dianggap membosankan oleh siswa karena model pembelajaran yang digunakan guru tidak bervariasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat rendah (minim). Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran rendah, hal ini ditandai dengan kurangnya respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru pada saat proses pembelajaran, sehingga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasilnya tidak maksimal. Hasil belajar IPS siswa menunjukkan sebagian siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan.
Perlu menanamkan pada diri siswa tentang jiwa kebersamaan, artinya siswa memiliki kemampuan akademik yang tinggi dapat bekerjasama dengan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah. Maka bila kita kaitkan hal tersebut dengan tugas seorang guru dalam memilih suatu model pembelajaran, harus diperhatikan tentang suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi kecenderungan siswa yang bersifat individualistis.
Salah satu jenis model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama kelompok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Johnson (Isjoni, 2009:23), “pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain kelompok tersebut.”
(18)
Di dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa tipe atau teknik yang dapat dipilih, diantaranya yaitu: Student Team Achievement Division (STAD), Team Assisted Individualization (TAI), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange (RTE) Numbered Heads Together, Two Stay Two Stray.
Dikarenakan banyaknya tipe pada model pembelajaran kooperatif, Penulis memilh salah satu tipe, yaitu tipe Rotating Trio Exchange (RTE). Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan tipe Pembelajaran kooperatif yang cocok untuk Mata Pelajaran IPS, tetapi tidak terlepas dari unsur pembelajaran Kooperatif yang pada dasarnya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai kelompok atau tim. Model pembelajaran Rotating Trio Exchange merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara membagi kelompok 3 orang dan melakukan perputaran, setiap putaran guru memberikan soal dan tingkat kesulitan soal berbeda-beda bagi tiap-tiap putaran kelompok tersebut, sehingga diharapkan siswa akan lebih dapat memahami materi pelajaran yang sudah diajarkan dengan lebih mudah. Disamping itu, model pembelajaran Rotating Trio Exchange diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta untuk mengatasi permasalahan yang selama ini dirasakan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Bertitik tolak dari penjabaran tersebut, maka sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam Mata Pelajaran IPS, selanjutnya akan dilakukan penelitian dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer Kelas VII SMP 9 Semarang Tahun Ajaran 2012/2013.
(19)
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, yaitu:
1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer?
2. Bagaimana efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer.
2. Mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, dapat sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
(20)
3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai model dalam pembelajaran IPS.
4. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan dalam upaya perbaikan model pembelajaran bagi sekolah yang diteliti dan sekolah lain dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
5. Bagi pembaca khususnya mahasiswa, dapat menjadi kajian yang menarik yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam.
1.5 Penegasan Istilah
Menghindari penafsiran makna yang berbeda terhadap judul dan memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca maka perlu dijelaskan batasan-batasan istilah sebagai berikut :
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif (Anonim, 1990:219) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti adanya efek (pengaruh, hasil, akibatnya) terhadap suatu tindakan atau usaha. Sedangkan Efektivitas diartikan sebagai keadaan pengaruh, hal berkesan atau keberhasilan (usaha, tindakan). Yang dimaksud efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan atau ketepatgunaan dari suatu usaha atau tindakan. Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam penelitian ini diberi batasan pada hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa dengan meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa tersebut pada kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer dengan nilai kognitif nilai ketuntasannya 80 secara (klasikal).
(21)
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE
Model pembelajaran kooperatif tipe RTE merupakan pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri, kelas dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari tiga orang. Kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainya di kiri dan di kanannya. Berikan pada setiap Trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota Trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkan sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.
3. Hasil belajar Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer
Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Makin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapainya (Sudjana, 1989:109). Hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer kelas VII SMP 9 Semarang adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat proses belajar IPS kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer kelas VII SMP 9 Semarang yang dilaksanakan oleh siswa.
(22)
8 BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sama dengan kerja kelompok. Tetapi walaupun Cooperative Learning terjadi dalam bentuk kelompok, tidak setiap kerja kelompok dikatakan Cooperative Learning. Bannet dalam Isjoni (2009:60) menyatakan ada lima unsur yang dapat membedakan Cooperative Learning dengan kerja kelompok, yaitu :
1. Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Untuk menciptakan suasana tersebut, guru perlu merancang struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar, mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan memahami bahan pelajaran.
2. Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak andanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya.
(23)
4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).
Tujuan utama dalam Model Pembelajaran Kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Tujuan Pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (Isjoni, 2009:23) berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.
Pada dasarnya model pembelajran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et.al dalam Isjoni (2009:39), yaitu
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
(24)
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran koperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengambangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Ibrahim dalam Iru (2012:54) mengemukakan langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif pada proses pembelajaran dapat terlihat seperti pada Tabel 1.1. (halaman 11)
(25)
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE
Terdapat banyak tipe yang dapat dipilih di dalam Model pembelajaran Kooperatif. RotatingTrioExchange merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang diterapkan kepada siswa. Tarmizi menyebut RotatingTrioExchange sebagai Teknik merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang, merupakan cara siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan beranggotakan tiga orang.
Tabel 1.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa
Fase 2 :
Menyajikan informasi
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Fase 4:
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase 5: Evaluasi
Fase 6:
Memberikan penghargaan
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber: Iru, 2012:58
(26)
Sementara itu Yellis (2009:42) mengemukakan bahwa Rotating Trio Exchange adalah suatu model yang di lakukan didalam kelas yang melibatkan murid, yaitu dengan cara membagi kelompok tiga orang dan melakukan perputaran, setiap putaran guru memberikan soal dan tingkat kesulitan soal berbeda-beda bagi tiap-tiap putaran kelompok tersebut, sehingga diharapkan siswa dapat memahami pelajaran yang sudah di ajarkan dengan mudah melalui metode Rotating Trio Exchange tersebut.
Isjoni dalam bukunya (2009:38) menuliskan bahawa Rotating Trio Exchange diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Kelas dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari tiga orang. Kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainya di kiri dan di kanannya. Berikan pada setiap Trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggotaTrio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya Trio baru. Berikan kepada setiap Trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkan sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.
Sementara itu, Silberman (2008:103-104) secara lebih terperinci mengungkapkan prosedur pelaksanaan merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang sebagai berikut:
(27)
1. Susunlah beragan pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai diskusi tentang isi materi pelajaran.
2. Bagilah siswa menjadi kelompok tiga orang (Trio). Aturlah kelompok Trio tersebut didalam ruang kelas agar masing-masing bisa melihat dengan jelasTrioyang disisi kirinya. Formasi kelompok-kelompok Trio itu secara keseluruhan bisa berbentuk bundar atau persegi.
3. Berikan tiap Trio sebuah pertanyaan pembuka (pertanyaan yang sama masing-masing Trio) untuk di bahas. Pilihlah pertanyaan yang paling ringan yang telah anda susun untuk memulai pertukaran pendapat kelompok-kelompok Trio itu. Anjurkan agar setiap siswa di dalam kelompok mendapat giliran mendapat pertanyaan.
4. Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup, perintahkan masing-masing untuk memberikan angka 0,berpindah ke kelompok 1, atau 2 kepada tiap-tiap anggotanya. Arahkan siswa yang bernomor 1 untuk berpindah ke kelompok Trio dua searah jarum jam. Perintahkan siswa yang bernomor 0 (nol) untuk tetap di tempat duduknya karena ia adalah anggotanya tetap dan kelompok Trio mereka. Suruh mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi sehingga siswa yang telah berpindah bisa menemukan meraka. Hasilnya adalah komposisi kelompok Trio yang sepenuhnya baru.
5. Mulailah pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru. Naikkan tingkat kesulitan atau “tingkat ancaman” dari pertanyaan manakala anda memulai babak baru.
(28)
6. Anda bisa merotasi Trio-Trio itu sebanyak pertanyaan yang ada miliki dan waktu diskusi yang tersedia. Gunakan selalu prosedur rotasi yang sama. Sebagai contoh, pada pertukaran Trio sebanyak tiga rotasi, tiap siswa akan bertemu dengan enam siswa yang lain.
2.3 Hasil Belajar Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Gagne (Dimyati, 2002:11) hasil-hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
(29)
2.4 Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran. Dalam penelitian ini kompetensi dasar yang dipilih adalah mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan. Untuk uraian materi atmosfer dan hidrosfer dijelaskan sebagai berikut.
1. Atmosfer
Amosfer berasal dari Bahasa Yunani, yaitu atmos yang berarti uap dan sphaira yang berarti bulatan. Jadi atmosfer adalah lapisan gas yang
menyelimuti bulatan bumi. Atmosfer merupakan campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak terlihat oleh mata. Karena merupakan zat, atmosfer juga memiliki berat sehingga memiliki juga tekanan udara, mengembang jika terkena panas dan mengerut ketika dingin.
Pada saat suatu bagian atmosfer terkena panas maka bagian tersebut akan mengembang, begitu sebaliknya. Jika terjadi perbedaan tekanan, maka terjadilah pergerakan udara yang disebut angin yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Atmosfer tersusun oleh sejumlah unsur. Unsur terbesar adalah nitrogen, kemudian oksigen, argon, dan lain-lain. Secara vertikal atmosfer terdiri atas sejumlah lapisan dengan karakteristik yang berbeda, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer dan termosfer.
(30)
Lapisan-lapisan atmosfer atmosfer: 1) Lapisan Troposfer
Lapisan troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer. Lebar atau ketinggian lapisan ini mencapai 16 km di daerah tropis dan terus menurun sampai 10 km di atas kutub. Manusia dan makhluk hidup lainnya berada pada lapisan ini dan mengalami berbagai gejala atau peristiwa cuaca seperti hujan, angin, dan badai terjadi. Peristiwa cuaca tersebut tidak ditemukan pada lapisan atmosfer lainnya.
2) Lapisan Stratosfer
Di atas lapisan troposfer terletak lapisan stratosfer. Batas antara keduanya disebut tropopause. Batas tertinggi lapisan ini mencapai 40 km di atas permukaan bumi. Pada bagian puncak atau batas tertingginya, suhu dapat mencapai 270 K (Kelvin) dengan ratarata suhu mencapai–550 C. Stratosfer dikenal sebagai lapisan yang mengandung ozon (O3) yang berperan sangat penting dalam melindungi makhluk hidup dari radiasi gelombang pendek matahari (ultraviolet) yang berbahaya.
3) Lapisan Mesosfer
Lapisan berikutnya yang terletak di atas stratopause sampai ketinggian 80 km adalah lapisan mesosfer. Pada bagian puncaknya, suhu bisa mencapai –900 C dan kebanyakan meteor terbakar pada lapisan ini. Bayangkanlah jika lapisan ini tidak ada, tentunya banyak meteor yang akan sampai ke permukaan dan membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya.
(31)
4) Lapisan Termosfer
Pada ketinggian 80 sampai 300 km dari permukaan bumi terdapat lapisan Thermosfer dengan temperature mendekati 17000 C. Pada ketinggian di atas 100 km terjadi ionisasi yang membentuk ion positif dan elektron bebas yang bermuatan negatif. Lapisan dengan konsentrasi elektron bebas disebut dengan ionosfer. Ionosfer dikenal sebagai lapisan yang mampu memantulkan gelombang radio sehingga penting bagi komunikasi radio jarak jauh.
5) Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim a) Suhu Udara
Secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa suhu merupakan tingkat panas suatu benda. Tingkat panas tersebut diukur dengan menggunakan alat termometer. Suhu udara menunjukkan gerakan molekul udara. Makin panas suhu udara gerakan molukul udara semakin cepat dan tumbukan antar molekul semakin tinggi frekuensinya. Hal ini dapat dibandingkan dengan gerakan molekul pada air. Jika air tersebut dipanaskan maka air akan bergolak dan tumbukan yang terjadi antar molekulnya semakin sering. Demikian halnya dengan udara. Sumber utama energi yang menggerakkan udara tentu saja adalah radiasi matahari. Semakin sedikit radiasi matahari yang diterima oleh suatu tempat semakin rendah suhu udaranya.
(32)
b) Tekanan Udara
Udara merupakan salah satu zat dengan sifat yang sama dengan zat lainnya yaitu memiliki massa/berat dan volume. Karena memiliki berat maka udara memiliki tekanan yang disebut dengan tekanan udara. Jika kita hitung suatu kolom udara dari permukaan bumi sampai batas tertinggi atmosfer yang berukuran 1 meter persegi, maka beratnya akan mencapai 10.333 kg atau 1033,3 gram tiap 1 cm. Manusia tidak merasakan tekanan udara yang berat tersebut seperti halnya ikan yang tidak merasakan berat air yang ada di atasnya.
Tekanan udara berbeda dengan semakin tingginya suatu tempat. Udara yang berada pada bagian bawah akan ditekan oleh udara bagian atasnya sehingga semakin dekat ke permukaan bumi semakin besar tekanan udaranya. Demikian juga sebaliknya, jika kita bergerak menuju ketinggian tertentu maka tekanan udara akan semakin berkurang. Gambaran tersebut sama dengan ketika kita menyelam ke dasar air. Semakin dalam kita menyelam, semakin berat tekanan air yang dirasakan. Karena itulah jika ikan hidup pada lautan air, maka kita hidup pada lautan udara.
c) Angin
Jika dua daerah menerima penyinaran matahari yang berbeda maka berbeda pula suhu dan tekanan udaranya. Daerah yang menerima sinar matahari lebih banyak akan memiliki tekanan udara yang lebih kecil. Akibatnya udara bergerak dari daerah yang memiliki tekanan udara lebih tinggi ke daerah yang memiliki tekanan udara lebih rendah. Gerakan
(33)
udara tersebut dikenal dengan istilah angin. Jadi angin adalah gerakan udara mendatar atau sejajar dengan permukaan bumi yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat lainnya.
d) Kelembapan Udara
Salah satu kandungan yang ada dalam udara adalah uap air disamping komponen lainnya, yaitu udara kering dan aerosol. Air dalam udara berasal dari proses penguapan pada wilayah perairan (sungai, danau dan lautan), kandungan air dalam tanah yang menguap dan dari tumbuhan (transpirasi). Kandungan uap air dalam udara dikenal dengan sebutan kelembapan. Kelembapan udara diukur dengan sebuah alat yang disebut higrometer.
e) Hujan
Hujan adalah bentuk air cair dan padat yang jatuh ke permukaan bumi. Bentuk hujan tersebut terdiri atas hujan, salju, dan batu es hujan. Namun di Indonesia yang biasa ditemukan adalah hujan dalam bentuk air. Besarnya curah hujan biasanya diukur dalam inci atau milimeter dengan menggunakan alat Pluviograf. Jika suatu daerah pada suatu hari memiliki curah hujan sebesar 1 milimeter berati bahwa ketinggian endapan hujan tersebut, jika tidak meresap ke dalam tanah atau diuapkan ke atmosfer, akan mencapai ketinggian 1 mm. Tentu saja kondisi tersebut hanya terjadi jika ditampung pada sebuah alat pengukur hujan. Di lapangan air hujan akan meresap atau diuapkan kembali ke atmosfer, sehingga ketinggiannya tidak akan mencapai 1 mm.
(34)
2. Hidrosfer
Hidrosfer merupakan salah satu unsur geosfer yang terdiri atas air dalam berbagai wujud. Air bisa berwujud padat, cair, maupun gas. Setiap air di Bumi mengalami fase tersebut dalam siklus hidrologi. Dalam kehidupan, air mempunyai fungsi yang sangat penting. Air dibutuhkan untuk mandi, mencuci, memasak, menyirami, dan sebagainya
1) Air permukaan a) Danau
Danau merupakan wilayah cekungan di daratan yang terisi oleh air. Sumber air yang mengisi danau tidak selalu dari air sungai, tetapi juga bisa dari air hujan secara langsung maupun rembesan dari air tanah di sekitar danau. Danau dapat dibedakan antara danau alam dan danau buatan. Danau alam terbentuk karena proses alam misalnya aktivitas vulkanik, tektonik maupun aktivitas es pada zaman es. Sementara itu, danau buatan atau bendungan merupakan danau yang sengaja dibuat dengan cara membendung air sungai.
b) Sungai
Sungai adalah aliran air yang secara alami mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah dan memanjang menuju laut. Sebuah sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. Masing-masing bagian tersebut memiliki ciri tersendiri. Sungai pada bagian hulu umumnya memiliki arus yang kuat sebagai akibat dari kemiringan lerengnya.
(35)
2) Air Tanah
Air tanah adalah bagian dari air yang berada di bawah permukaan tanah yang mengisi secara penuh ruang antar butir tanah atau pada lapisan jenuh (saturated zone). Air tersebut tentunya berasal dari hasil resapan air dari permukaan tanah (infiltrasi). Hasil resapan tersebut mengisi pori-pori/rongga antar partikel tanah. Jika infiltrasi tersebut terus berlangsung, maka air yang berada diantara partikel tanah tersebut bergerak terus ke bawah karena beratnya (gaya gravitasi) mengisi lapisan tanah paling bawah dan akhirnya terbentuklah airtanah (groundwater).
3) Zona Laut menurut Letak dan Kedalamannya a) Laut Pedalaman
Laut pedalaman adalah laut yang terletak di antara dua benua. Sesuai dengan namanya laut ini menjorok ke pedalaman atau dikelilingi oleh daratan. Karena letaknya tersebut, laut ini tidak dipengaruhi arus samudera dan tidak mengalami pasang surut. Kadar garamnya juga berbeda dengan laut pada umumnya. Contoh laut pedalaman adalah Laut Kaspia, Laut Hitam, dan Laut Mati.
b) Laut Tepi
Laut tepi adalah laut yang terdapat pada landas benua atau di benua, tetapi berhubungan bebas dengan samudera. Karena letaknya di tepi maka arus pasang samudera mempengaruhi arus di laut tepi. Contoh laut tepi adalah Laut Jepang, Laut Arab, Laut Utara, dan Laut Cina Selatan.
(36)
c) Laut Pertengahan
Laut Pertengahan adalah Laut yang berada di tengah-tengah benua. Contoh laut pertengahan adalah Laut Merah dan Laut Tengah. 4) Batas Wilayah Laut
a) Batas Wilayah Kontinental
Dari garis pantai ke arah lautan sejauh 200 m, dasar lautnya menurun secara perlahan-lahan dan masih menunjukkan ciri sebuah benua. Daerah tersebut dikenal dengan nama landas kontinen yaitu batas dasar laut yang paling tepi. Lautan yang ada di atasnya, berupa laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 200 m. Batas landas kontinen tentunya tidak sama. Walaupun demikian, jarak terjauhnya sekitar 200 mil dari garis dasar yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung terluar pulau. Negara yang menguasai batas landas kontinen memiliki hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di dalam dan di bawah wilayah itu. b) Batas Teritorial
Batas laut teritorial Indonesia adalah sejauh 12 mil. Batas tersebut ditarik dari garis dasar dari pulau-pulau terluar wilayah Indonesia. Laut yang terletak di dalam garis dasar disebut laut pedalaman. Pada wilayah laut teritorial, negara memiliki kedaulatan penuh. Walaupun demikian, Negara yang bersangkutan tetap harus menyediakan jalur pelayaran lalu lintas damai, baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan air.
(37)
c) Zona Ekonomi Ekslusif
Jenis wilayah atau zone laut lainya yang menjadi hak sebuah negara adalah Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE) yaitu wilayah laut sejauh 200 mil dari garis dasar ke arah laut bebas sebuah negara kepulauan. Dalam zone tersebut, negara memiliki hak atau berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumberdaya alam, baik hayati maupun non hayati di laut maupun di bawah dasar laut. Negara yang bersangkutan memperoleh kesempatan pertama dalam pemanfaatannya. Namun demikian, negara tersebut memiliki pula kewajiban untuk menghormati lalu lintas damai di lautan tersebut, Waluyo (2008:125-140).
2.5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Fungsi KKM
1. Sebagai acuan bagi seorang guru untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran atau Standar Kompetensi (SK)
(38)
2. Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran
3. Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD nya
4. Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran
5. Sebagai “kontrak” pedagogik antara pendidik, peserta didik
dalamasyarakat (khususnya orang tua dan wali murid
2.6 Kerangka Berpikir
Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sangat memengaruhi perkembangan berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah dalam pendidikan IPS. Paradigma pembelajaran pun bergeser, dari teacher oriented menuju student oriented. Guna menunjang tujuan pembelajaran tersebut, guru harus mampu merancang suatu pembelajaran yang tidak instan dalam menyampaikan suatu konsep baru kepada siswa namun turut melibatkan siswa dalam proses
penemuannya serta guru hendaknya secara dominan bertindak sebagai fasilitator. Salah satu model yang dapat menunjang tujuan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif, suatu model dengan mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain kelompok tersebut. Untuk meningkatkan model pembelajaran yang lebih efektif dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe RTE. Yaitu dengan tahapan mempersiapkan pembelajaran berupa RPP, silabus, dan media. Melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran model
(39)
kooperatif tipe RTE. Mengevaluasi hasil akhir dengan tes. Serta untuk mengetahui hasil akhir dari model pembelajaran tersebut dengan melihat hasil belajar
kognitifnya.
2.7 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:62). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah disajikan adalah:
Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe RTE
Hasil Belajar Kognitif Persiapan
Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Evaluasi Hasil Belajar Persiapan
Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Evaluasi Hasil Belajar Persiapan
Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Tes Silabus, RPP, Media
Langkah-langkah Pembelajaran Model Kooperatif Tipe RTE
(40)
H1 : Model pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam pembelajaran IPS efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal 80 (klasikal).
(41)
27 BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 9 Semarang tahun ajaran 2012/2013, dengan populasi sebanyak 206 siswa yang terdiri dari 8 kelas.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:62). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIF SMP 9 Semarang tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan secara acak dengan cara pengundian yang dilakukan oleh peneliti. Pengundian tersebut dilakukan dengan cara dikocok didalam kocokan tersebut terdapat undian kelas VIIA – VIIH SMP 9 Semarang dan kelas yang keluar adalah kelas VIIF SMP 9 Semarang. Cara ini dilakukan karena dalam populasi tersebut terdapat kesamaan dinilai dari kurikulum, kelas, dan pembelajaran.
3.3 Variabel Penelitian
Kerlinger dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.Variabel penelitian yang
(42)
dimaksud di sini adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (independen)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2009:4). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian perilaku pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe RTE dengan sub variabel persiapan pembelajaran berupa RPP, silabus, dan media, pelaksanaan pembelajaran berupa langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe RTE, dan evalusi pembelajaran berupa tes.
2. Variabel Terikat (dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:4). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer dari pembelajaran model kooperatif tipe RTE yang diperoleh dari tes tertulis.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa metode, antara lain:
(43)
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2006 :158).
Data yang diambil dalam penelitian ini melalui metode dokumentasi adalah berupa data siswa kelas VIIF, nama-nama siswa kalas VIIF, jumlah siswa kelas VIIF, nilai harian maupun ulangan siswa kelas VIIF mata pelajaran IPS semester I, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran serta foto-foto pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan obyek yang diteliti (Arikunto, 2010:198). Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes dalam pembelajaran ini digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPS kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer. Soal tes ini dalam bentuk pilihan ganda (objektif). Hasil pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data penelitian. Tes adalah alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
(44)
data-data atau keterangan yang diinginkan dengan cara yang tepat dan cepat (Arikunto, 2009:32), Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini telah diteliti validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan.
Tes dilakukan untuk memperoleh data saat eksperimen diadakan. Tes ini digunakan sebagai cara memperoleh data kuantitatif yang selanjutnya diolah untuk menguji hipotesis. Pada penelitian ini menggunakan tes hasil belajar.
3. Metode Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera, jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung .
Metode observasi dilaksanakan dengan melengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Metode observasi dalam hal ini digunakan untuk mengetahui presentase peserta didik. Bentuk observasi berupa lembar pengamatan yang secara rinci menampilkan aspek-aspek dari proses yang harus diamati.
Data yang diperoleh dari metode observasi adalah persentase sikap dan keterampilan siswa dan data persentase kinerja guru. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama penelitian
(45)
berlangsung. Dalam hal ini objek yang diamati adalah guru, siswa dan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIF SMP 9 Semarang.
Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas model pembelajaran kooperatif tipe RTE yaitu pelaksanaan pembelajaran berupa langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe RTE, serta evaluasi pembelajaran berupa tes. Observasi dilakukan oleh peneliti pada tiga kali pertemua/pembelajaran.
3.5 Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Menurut Sugiyono (2007:350), instrumen yang berupa tes perlu diuji validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi (construct validity). Untuk instrumen berupa non tes cukup diuji validitas konstruksi (construct validity). Validitas isi (content validity) suatu tes dapat diperoleh dengan menggunakan pendapat para ahli. Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Instrumen yang telah disetujui oleh para ahli diujicobakan dalam populasi yang diambil. Validitas konstruksi (construct validity) suatu tes dapat diperoleh dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan. Untuk menguji validitas
konstruksi digunakan rumus Pearson Product Moment Corelation
Dengan :
rxy : koefisien korelasi skor item dan skor total
(46)
x : jumlah skor item y : jumlah skor total
Hasil perhitungan rxydibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan 5%. Jika rxy > rtabel maka instrumen tersebut dikatakan valid (Sugiyono, 2007:357).
2. Reliabilitas
Menurut Arikunto (2009:86) analisis reliabilitas pada sebuah instrumen dilakukan untuk mengetahui taraf kepercayaan sebuah tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi (reliabel) apabila tes dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha (Arikunto, 2009:109):
Dengan :
r11 : reliabilitas yang dicari
n : banyaknya item soal b2: jumlah varians skor tiap item
t2: varians total
Hasil perhitungan r11 dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan
(47)
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mampu pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus:
PB PA JB BB JA BA
DP
Keterangan :
DP :Daya pembeda
JA :Banyaknya peserta kelompok atas JB :Banyaknya peserta kelompok bawah
BA :Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB :Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA :Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB :Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria :
N o
Interval DP Kriteria
1 .
0,00 DP 0,20 Jelek
2 .
0,20 < DP 0,40 Cukup
3 .
0,40 < DP 0,70 Baik
4 .
0,70 < DP 1,00 Baik sekali DP negatif soal harus diperbaiki
(48)
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan rumus:
JS B P Keterangan
P : Taraf kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria :
No Interval P Kriteri
a 1. 0,00 P 0,30 Sukar 2. 0,30 < P 0,70 Sedan
g 3. 0,70 < P 1,00 Mudah
3.6 Analisis Data 1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non paramentrik. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Chi Kuadrat (2
). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data variabel terikat. Pengujian normalitas data dengan (2
) dilakukan dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva
(49)
normal baku (A). Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka B merupakan data yang berdistribusi normal.
Langkah- langkah yang dilakukan untuk menguji normalitas data adalah a) Menentukan jumlah kelas interval untuk pengujian normalitas dengan Chi
Kuadrat ini, jumlah kelas ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada kurva normal baku
b) Menentukan panjang kelas interval
c) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung
d) Menentukan (frekuensi yang diharapkan) didasarkan pada persentase luas tipa bidang kurva normal dikalikan jumlah data observasi (jumlah individu dalam sampel)
e) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung
harga (f0- fh)2 dan =
f) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel Kriteria pengujian:
H0: χhitung2< χtabel2
H1: χhitung2≥ χtabel2 dengan σ = 0,05 = 5%
Data berdistribusi normal jika χhitung2 < χtabel2 dengan taraf kesalahan 5%
dan derajat kebebasan k-1 (Sugiyono, 2007: 80-82) 2. Uji Proporsi
(50)
Uji proporsi dilakukan untuk menguji apakah hasil belajar siswa pada kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer dapat mencapai ketuntasan. Indikator mencapai ketuntasan belajar yaitu mencapai ketuntasan klasikal. Dalam penelitian ini, belajar dikatakan tuntas secara klasikal jika lebih dari atau sama dengan 75% hasil belajar siswa mencapai minimal 80. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
Z : nilai t yang dihitung
x : banyaknya siswa yang tuntas secara individual 0 : nilai yang dihipotesiskan
n : jumlah anggota sampel
Kriteria pengujiannya yaitu H0 ditolak jika Z > Z0,5-. Nilai Z0,5- didapat dari
daftar normal baku dengan peluang (0,5 - ) dengan = 0,05. Dalam hal lainnya H0 diterima, (Sudjana, 2005:235).
(51)
37 BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Objek Penelitian
SMP Negeri 9 Semarang merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada di Jl. Sendang Utara Raya No. 2 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Kecamatan Pedurung secara astronomis terletak
pada 110°27’10” BT – 110°32’0” dan BT 6°59’7” LS - 7°’30” LS. Kecamatan
Pedurungan berbatasan dengan: sebelah utara dengan Kecamatan Genuk, sebelah timur dengan Kecamatan Mranggen (Kab. Demak), sebelah selatan dengan Kecamatan Tembalang, sebelah barat dengan Kecamatan Gayamsari.
Sejarah Gedung SMP 9 Semarang dahulunya merupakan sekolah teknik 9 Semarang yang dibangun pada tahun 1965. Gedung yang letaknya di Jalan Sendangguwo itu, berturut-turut mengalami banyak perkembangan. Pada tahun 1977 oleh pemerintah daerah kotamadaya semarang dibangunkan 10 ruang kelas tujuannya agar dapat menampungkan anak usia sekolah. Pada tahun yang sama ST 9 Semarang berubah menjadi Sekolah Menengah Pertama, yakni SMP 9 Semarang.
Pada tahun 1980 kantor wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Tengah menambah 3 ruang kelas, kemudian rauang laboraturium dan ruang ketrampilan. Selanjutnya sejak tahun 1985 sampai sekarang, penambahan dan rehab gedung tidak lepas dari peran pengurus BP 3 dan sekolah.
(52)
(53)
Keadaan fisik SMP 9 Semarang cukup bagus, memadai dan layak untuk dijadikan sebagai tempat belajar mengajar. Saat ini masih dilakukan revitalisasi bangunan untuk ruang kepala sekolah, ruang guru dan beberapa ruang kelas, dengan sumber pendanaan atas bantuan dari Direktorat PSMP (Pembina Sekolah Menengah Pertama). Gedung SMP 9 Semarang terdiri atas beberapa bangunan yang memiliki fungsi berbeda-beda. Luas tanah keseluruhan adalah 6.020 m2 , luas tanah terbangun 3000 m2 , luas tanah siap bangun 1157 m2 , dan luas lantai atas siap bangun 338 m2.
Jumlah ruang kelas total ada 24 ruang, dengan perincian masing-masing kelas (VII,VIII, dan IX) masing-masing terdiri dari 8 kelas (A sampai H). Untuk Ruang Laboratorium ada 3 yaitu Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA (sudah dibedakan antara laboratorium Fisika dan Biologi), dan Laboratorium Komputer. Sekolah juga dilengkapi dengan perpustakaan, Ruang Bimbingan dan Konseling, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru dan Ruang Tata Usaha, Ruang OSIS, Musholla, dan Kantin, dengan perincian luas dan kondisi sarana prasarana yang lain.
Fasilitas sekolah di SMP 9 Semarang sudah cukup mendukung siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun fasilitas yang ada antara lain:
1. Perpustakaan, dilengkapi dengan koleksi buku, novel, surat kabar, dan literatur lain yang mendukung kegiatan pembelajaran. Seluruh siswa SMP 9 Semarang diperbolehkan meminjam koleksi tersebut dengan waktu, syarat, dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak perpustakaan.
(54)
2. Laboratorium IPA, di SMP 9 Semarang laboratorium IPA sudah dipisahkan antara laboratorium Biologi dan laboratorium Fisika. Laboratorium tersebut sudah dilengkapi sarana prasarana dan media yang mendukung kegiatan pembelajaran atau praktikum. Namun jumlah beberapa alat bahan yang terkait kegiatan praktikum jumlahnya belum mencukupi untuk dipakai oleh setiap siswa. Solusinya, biasanya guru mata pelajaran membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 3 sampai 4 siswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Laboratorium Biologi kadang-kadang difungsikan sebagai ruang pertemuan, dalam hal ini dapat dicontohkan yaitu sewaktu penerimaan PPL, Laboratorium Biologi dijadikan sebagai tempat pertemuan.
3. Ruang Multimedia, dilengkapi dengan furniture elektronik berupa LCD. Namun penggunaan ruang multimedia belum maksimal, karena ruangan ini berbatasan langsung dengan ruang OSIS, dengan pembatas ruangan hanya berupa almari besar. Selain itu ruangan multimedia juga dijadikan tempat penyimpanan bangku dan meja yang tidak terpakai. Laboratorium Komputer, dalam keadaan baik dan dilengkapi sejumlah perangkat komputer yang layak dan memadai.
4. Laboratorium Bahasa, dalam keadaan ada beberapa kerusakan.
5. Musholla, di lingkungan SMP 9 Semarang, musholla ini biasa digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya shalat berjamaah untuk para siswa dan guru, pesantren kilat, dan tadarus. Kuantitas ruang musholla ini
(55)
berjumlah 1 ruang, dengan kualitas ruang yang cukup bersih, dilengkapi fasilitas tempat wudhu dan ketersediaan air yang memadai.
6. Koperasi sekolah, merupakan tempat yang menyediakan keperluan siswa, seperti alat-alat tulis, makanan ringan, dan sebagainya. Kuantitas ruangan ini hanya ada 1 ruang, dengan kualitas ruang yang cukup bersih.
7. WC/toilet, sudah dibedakan antara WC siswa dengan WC guru. Kualitas ruang WC siswa dalam SMP 9 Semarang cukup bersih dan terawat. WC tersebut belum dipisahkan antara WC putra dan WC putri. Sementara WC guru terletak di sebelah dalam ruang guru dengan kondisi yang juga cukup bersih dan terawat.
8. Kantin, terdapat 3 ruangan kantin. Biasanya kantin banyak dikunjungi para siswa ketika jam istirahat tiba. Kantin menjual berbagai macam makanan dengan harga yang cukup murah. Ruangan kantin tidak begitu luas.
9. Lapangan upacara yang menyatu dengan lapangan basket dan voli. Biasanya setiap kegiatan pembelajaran selesai, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler paskibra selalu menggelar latihan di lapangan tersebut.
Visi
Tangguh Iman Unggul Prestasi Dan Tata Krama Misi
1. Minciptakan sumber daya manusia yang memiliki iman dan taqwa, ilmu teknologi dan ketrampilan.
2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara terjadwal, efektif dan efisien.
(56)
3. Mensosialisasikan dan menumbuhkan semangat keunggulan secara insentif kepada seluruh warga sekolah.
4. Meningkatkan pemberdayaan laboratorium ipa.
5. Menumbuhkembangkan budaya gemar membaca kepada seluruh warga sekolah.
6. Mendorong dan menumbuhkan semangat berprestasi, belajar dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku yang berprestasi dalam olah raga.
7. Menumbuhkembangkan bakat seni dan budaya.
8. Meningkatkan kinerja guru melalui monitoring dan evaluasi.
4.1.2 Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal 1. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada soal yang dikerjakan siswa harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Berdasarkan hasil uji validitas diketahui untuk butir soal nomor 2, 21, 25, 32 dan 35 memiliki nilai rhitung < rtabel sehingga soal-soal tersebut tidak valid
dan tidak digunakan untuk pengambilan data penelitian. 2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai r11 sebesar 0,926. Jika nilai tersebut dibandingkan dengan rtabel
(57)
(0,396) maka dapat diketahui bahwa r11 > rtabel sehingga soal yang digunakan
dalam penelitian reliabel atau akan menghasilkan data yang konsisten jika digunakan pada responden yang sama.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk menentukan soal sungguh dapat membedakan siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) dan siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group).
Berdasarkan hasil uji daya pembeda diketahui untuk butir soal nomor 2, 21, 25, 32 dan 35 memiliki daya pembeda dalam kategori jelek, sehingga soal-soal tersebut tidak digunakan untuk pengambilan data penelitian.
4. Tingkat Kesukaran Soal
Uji tingkat kesukaran suatu soal bertujuan mengetahui tingkat kesulitan soal yang digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil uji daya pembeda diketahui untuk butir soal nomor 2, 10, 12, 29, 30, 31 dan 35 memiliki memiliki tingkat kesukaran soal dalam kategori mudah, namun demikian dari ketujuh soal tersebut tidak semuanya akan dibuang (dihilangkan) karena memiliki hasil valid dan daya pembeda yang baik, sehingga soal-soal yang tidak digunakan dalam kriteria ini hanya soal nomor 2 dan 35 sedangkan selebihnya masih digunakan untuk pengambilan data penelitian.
4.1.3 Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode Chi-Square atau X2 untuk Uji Goodness of fit Distribusi Normal menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang
(58)
diharapkan. Berdasarkan hasil perhitungan normalitas menggunakan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui X2hitung untuk data pre test sebesar
6,308; post test 1 sebesar 9,538; dan post test 2 sebesar 5,385. Kriteria pengujian sebagai berikut:
H0: χhitung2< χtabel2
H1: χhitung2≥ χtabel2 dengan σ = 0,05 = 5%
Data berdistribusi normal jika χhitung2 < χtabel2 dengan taraf kesalahan 5%
dan derajat kebebasan k-1. Nilai X2tabel (k-1; 0,05) sebesar 11,07 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal.
4.1.4 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE Dalam Pembelajaran IPS
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu program pembelajaran. Selama ini pembelajaran IPS yang dilakukan sebagian besar masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga peran aktif siswa kurang optimal. Model pembelajaran yang kurang variatif menyebabkan siswa merasa bosan belajar. Model pembelajaran tipe rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.
Model ini terdiri dari 3 orang dalam satu kelompok, yang diberi nomor 0, 1 dan 2. Nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk didiskusikan setelah itu kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan, dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat
(59)
kesulitannya. Pelaksanaan model pembelajaran RTE dapat digambarkan dalam sebuah simulasi seperti pada gambar berikut:
Gambar 4.2
Simulasi Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE)
Sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan mode pembelajaran rotating trio exchange, guru melakukan test awal (pre test) untuk mengetahui kemampuan siswa. Setelah diketahui hasil pre test langkah selanjutnya guru menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan model rotating trio exchange. 1. Pertemuan I
Hasil observasi pada pertemuan pertama dapat diketahui silabus dan RPP sudah disusun sesuai dengan kurikulum yang ada meskipun beberapa indikator belum sepenuhnya terpenuhi. Beberapa indikator tersebut tidak terpenuhi karena guru membutuhkan banyak waktu untuk memberikan penjelasan mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran rotating trio exchange,siswa merasa gugup ketika dipanggil mewakili kelompok dalam menjawab pertanyaan, kinerja
(60)
kelompok masih kurang optimal, masih ada siswa yang ramai dan kurang memperhatikan guru. Meskipun demikian, pada prinsipnya pelaksanaan pembelajaran rotating trio exchange juga sudah dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang ada. Adapun hasil observasi pada pertemuan pertama sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Observasi Pertemuan I No Rubrik
Observasi
Pertemuan I
Skor Indikator keberhasilan
1 Silabus
4 Kolom identitas terisi dengan benar
4 Standar kompetensi sesuai dengan kurikulum
4 Kompetensi dasar sesuai dengan standar kompetensi 4 Identifikasi materi standar sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran 4 Mengembangkan pengalaman diskusi, kerja kelompok,
observasi, dan tanya jawab
3 Merumuskan indikator pencapaian kompetensi sesuai dengan kompetensi dasar, kata kerja operasional, dan susunannya sistematis
3 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan dengan indikator, sesuai dengan materi, dan susunannya sistematis
4 Menentukan jenis penilaian tes tertulis, penilaian hasil, penugasandan Penilaian proses
4 Alokasi Waktu sesuai dengan kurikulum
3 Menentukan sumber belajar fleksibel/bersifat baru, sesuai indikator, praktis dan sederhana
2 RPP
4 Kolom identitas terisi dnegan benar
2 Alokasi waktu kurang sesuai dengan silabus
3 Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai dengan standar kompetensi, dirumuskan dengan jelas, dan dirumuskan dengan lengkap
4 Tujuan pembelajaran sesuai dengan SK dan KD, sesuai dengan indikator, dirumuskan dengan jelas, dan dirumuskan dengan lengkap
4 Materi standar sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran 4 Metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi,
(61)
3 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan dengan indikator, susunannya sistematis, dan jelas
3 Sumber belajar : fleksibel/bersifat baru, sesuai indikator, praktis dan sederhana
3 Jenis penilaian : tes tertulis, penilaian hasil, dan penugasan
3 Pelaksanaan RTE
1 Menyusun pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai diskusi tentang isi materi pelajaran
1 Membagi siswa menjadi kelompok tiga orang (trio) 1 Memberikan tiap trio sebuah pertanyaan pembuka
(pertanyaan yang sama untuk tiap trio) untuk di bahas 1 Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup,
perintahkan masing-masing untuk member angka 0,berpindah ke kelompok 1, atau 2 kepada tiap-tiap anggotanya
1 Memulai pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru 1 Merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang di miliki
dalam waktu diskusi yang tersedia
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui langkah-langkah pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik meskipun beberapa indikator dalam silabus dan RPP masih ada yang belum optimal seperti memasukan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, sumber pembelajaran kurang variatif, dan jenis penilaian proses belum sepenuhnya dilaksanakan dengan optimal.
Meskipun langkah-langlah pembelajaran pada pertemuan pertama sudah dilaksanakan semua namun sebagian besar siswa masih belum memahami sepenuhnya model pembelajaran rotating trio exchange (RTE) sehingga guru membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengatur siswa selama proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada pertemuan pertama dapat dilihat pada hasil dokumentasi sebagai berikut:
(62)
Sumber : Dokumen peneliti, 2013 Gambar 4.3
Pembelajaran Atmosfer dan Hidrosfer Pertemuan I
Sumber : Dokumen peneliti, 2013 Gambar 4.4
(63)
Pada gambar 4.4 setelah pembelajaran materi atmosfer dan hidrosfer, guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari tiga orang. Setelah dibagi dalam kelompok selanjutnya pada setiap Trio diberikan pertanyaan yang sama untuk didiskusikan.
Sumber : Dokumen peneliti, 2013 Gambar 4.5
Diskusi Siswa Pada Pertemuan I
Pada gambar 4.5 nampak beberapa siswa masih merasa kebingungan dengan prosedur pembelajaran RTE yang sudah dijelaskan oleh guru sebelumnya. Kondisi ini berakibat pada pembelajaran dan proses diskusi kurang optimal. Beberapa siswa masih terlihat kurang serius dalam berdiskusi dengan kelompoknya. Suasana tersebut dapat terlihat pada gambar berikut:
(64)
Sumber : Dokumen peneliti, 2013 Gambar 4.6
Suasan Pembelajaran Pertemuan I
Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model RTE, selanjutnya dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui efektifitas pembelajaran. Ketuntasan hasil belajar pada pertemuan pertama belum sesuai dengan yang diharapkan. Ketuntasan belajar secara klasikal pada pertemuan pertama sebesar 50% atau 23 siswa sedangkan selebihnya 23 siswa belum mencapai ketuntasan belajar dari KKM sebesar 80 pada mata pelajaran IPS. Oleh sebab itu, peneliti menyusun perencanaan untuk dilaksanakan pembelajaran kembali pada pertemuan II.
2. Pertemuan II
Hasil pembelajaran pada pertemuan I dapat diketahui ada peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS. Namun demikian, jika ditinjau dari ketuntasan yang dicapai siswa belum mencapai jumlah yang diharapkan. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang diterapkan belum pernah dilaksanakan
(65)
sebelumnya sehingga baik siswa maupun guru membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dengan model pembelajaran rotating trio exchange. Oleh sebab itu, peneliti melakukan pembelajaran yang sama yaitu menggunakan model rotating trio exchange dengan harapan ada peningkatan hasil belajar yang lebih signifikan dibandingkan pada pertemuan pertama.
Hasil observasi pada pertemuan kedua dapat diketahui silabus dan RPP sudah lebih lenngkap sesuai dengan kurikulum yang ada dan dilakukan perbaikan-perbaikan kekurangan pada pertamuan pertama. Pelaksanaan pembelajaran rotating trio exchange juga sudah dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang ada. Adapun hasil observasi pada pertemuan kedua sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Observasi Pertemuan II No Rubrik
Observasi
Pertemuan II
Skor Indikator keberhasilan
1 Silabus
4 Kolom identitas terisi dengan benar
4 Standar kompetensi sesuai dengan kurikulum 4 Kompetensi dasar sesuai dengan standar
kompetensi
4 Identifikasi materi standar sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran
4 Mengembangkan pengalaman diskusi, kerja kelompok, observasi, dan tanya jawab
4 Merumuskan indikator pencapaian kompetensi sesuai dengan kompetensi dasar, kata kerja operasional, dan susunannya sistematis
4 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan dengan indikator, sesuai dengan materi, dan susunannya sistematis
4 Menentukan jenis penilaian tes tertulis, penilaian hasil, penugasandan Penilaian proses
4 Alokasi Waktu sesuai dengan kurikulum
4 Menentukan sumber belajar fleksibel/bersifat baru, sesuai indikator, praktis dan sederhana
2 RPP 4 Kolom identitas terisi dnegan benar 4 Alokasi waktu sesuai dengan silabus
(66)
4 Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai dengan standar kompetensi, dirumuskan dengan jelas, dan dirumuskan dengan lengkap 4 Tujuan pembelajaran sesuai dengan SK dan KD, sesuai
dengan indikator, dirumuskan dengan jelas, dan dirumuskan dengan lengkap
4 Materi standar sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran
4 Metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran
3 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan dengan indikator, susunannya sistematis, dan jelas 4 Sumber belajar : fleksibel/bersifat baru, sesuai
indikator, praktis dan sederhana
4 Jenis penilaian : tes tertulis, penilaian hasil, proses dan penugasan
3 Pelaksanaan RTE
1 Menyusun pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai diskusi tentang isi materi pelajaran 1 Membagi siswa menjadi kelompok tiga orang (trio) 1 Memberikan tiap trio sebuah pertanyaan pembuka
(pertanyaan yang sama untuk tiap trio) untuk di bahas
1 Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup, perintahkan masing-masing untuk member angka 0,berpindah ke kelompok 1, atau 2 kepada tiap-tiap anggotanya
1 Memulai pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru
1 Merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang di miliki dalam waktu diskusi yang tersedia
Situasi pembelajaran pada pertemuan II dapat dilihat pada gambar berikut:
(67)
Sumber : Dokumen peneliti, 2013 Gambar 4.7
Pembelajaran Atmosfer dan Hidrosfer Pertemuan II
Pembelajaran pada pertemuan kedua relatif lebih kondusif dibandingkan pada pertemuan I. Sebagian besar siswa sudah memahami pelaksanaan pembelajaran menggunakan model RTE. Siatuasi pembelajaran pada pertemuan II terlihat pada gambar berikut:
Sumber : Dokumen peneliti, 2013 Gambar 4.8
(68)
Sumber : Dokumen peneliti, 2013 Gambar 4.9
Siswa Mengerjakan Soal Pertemuan II
Perbaikan silabus dan RPP ini berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan kedua. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dan tingkat ketuntasan yang dicapai siswa pada pertemuan kedua. Ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 80,77% atau sebanyak 21 siswa, sedangkan 5 siswa (19,23%) tidak tuntas.
4.1.5 Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE
Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa
Efektifitas pembelajaran menggunakan model RTE dalam mata pelajaran IPS dapat diketahui dengan melakukan uji beda antara hasil pre test (sebelum pembelajaran) dengan post test (setelah pembelajaran). Karena pembelajaran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali maka uji beda juga dilakukan sebanyak dua kali. Uji beda dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil pre test berbeda secara signifikan dengan rata-rata hasil post test. Hasil pengujian pada pertemuan pertama sebagai berikut:
(69)
Output SPSS diperoleh Fhitung levene test sebesar 8,247 dengan probabilitas
(0,006) < 0,05 maka diketahui rata-rata hasil pre test memiliki variance yang sama dengan hasil post test. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Output SPSS terlihat bahwa nilai pada equal variance assumed adalah -3,050 dengan probabilitas signifikansi 0,004 (two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil pre test dan post test berbeda secara signifikan pada pertemuan pertama atau H1 diterima.
Sedangkan hasil uji beda pada pertemuan kedua akan dibandingkan rata-rata hasil post test pada pertemuan pertama dengan hasil post test pertemuan kedua. Asumsi yang digunakan adalah hasil post test pada pertamuan pertama dianggap sama dengan hasil pre test pada pertemuan kedua. Adapun hasil pengujian dengan menggunakan SPSS sebagai berikut:
Output SPSS diperoleh Fhitung levene test sebesar 16,252 dengan
probabilitas (0,000) < 0,05 maka diketahui rata-rata hasil pre test memiliki variance yang sama dengan hasil post test. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Output SPSS terlihat bahwa nilai pada equal variance assumed adalah -4,731 dengan probabilitas signifikansi 0,000 (two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil pre test dan post test berbeda secara signifikan pada pertemuan kedua, atau H1 diterima.
Peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran RTE pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dilihat pada perbandingan pada tabel berikut.
(1)
Lembar
Pertanyaan-Pertanyaan Proses Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) Soal
1. apa yang dimaksud dengan atmosfer? 2. Sebutkan sifat-sifat fisik udara ! 3. Tuliskan 5 unsur cuaca dan iklim!
4. Buatlah gambar proses terjadinya , hujan zenithal, hujan orografis, hujan frontal (pilih salah satu) !
5. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi suhu udara !
6. Hitunglah suhu udara di kota Bogor yang terletak pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
7. Berdasarkan hukum Boys Ballot mengapa angin darat bisa terjadi?
8. Buatlah gambar proses terjadinya angin fohn, angin darat dan laut, angin gunung dan lembah (pilih salah satu) ¡
9. Apa yang dimaksud dengan siklus hidrologi?
10. Buatlah gambar siklus hidrologis dan bagian-bagiannya! 11. Sebutkan jenis-jenis air permukaan!
12. Tunjukkan pada peta, laut-laut yang termasuk dangkalan sahul! 13. Berdasarkan kedalamannya laut Jawa termasuk zona ....
a. Neretik b. Litural c. Batial d. Abisal
14. Tunjukan pada peta yang termasuk batas laut zona ekonomi eksklusif !
15. Jelaskan apa yang dimaksud dengan laut teritorial! Kunci jawaban :
1. Lapisan luar yang menyelimuti bumi
2. Sifat-sifat fisik udara yaitu transparan, tidak berbau dan berwarna 3. Unsur cuaca dan iklim : suhu udara, angin, hujan, tekanan udara
(2)
164
4. Proses terjadinya hujan zenithal
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu udara yaitu banyak sedikitnya tumbuhan, ada tidak daerah industri, banyak sedikitnya kendaraan bermotor dll.
6. T = 100 700
x 0.6 0 C = 4,20 C bila suhu rata-rata di permukaan laut 250 C, maka suhu di puncak Bogor 250 C – 4,20 C = 21,80 C
7. karena angin bertiup dari tekanan udara rendah ke daerah bertekanan udara tinggi, karena di siang hari darat mudah menerima panas bertekanan udara rendah, sedangkan laut yang sulit menerima panas bertekanan rendah.
8. Gambar angin Fohn
9. Siklus hidrologi adalah perputaran air dari satu bentuk ke bentuk lain
10. Gambar siklus air
11. Jenis-jenis air permukaan danau, sungai, rawa, dan laut
12. Yang termasuk dangkalan sahul : laut Arafuru, kepulauan Arafuru, Pulau Papua dan sekitarnya
13. Batas laut zona ekonomi eksklusif pada peta diberi simbol warna merah besar terputus-putus di tengah laut
14. Laut teritorial batas perairan yang diukur 12 mil menuju laut bebas
(3)
(4)
(5)
(6)