Pendayagunaan Hutan Mangrove Multiguna Hutan Mangrove

26 ƒ Kriteria kawasan lindung untuk kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat yang merupakan habitat hutan bakau Dari pengamatan di lapangan menurut Kodoatie dkk. 2004, akar dari pohon mangrove yang berbentuk cakram diduga akan dapat mengurangi arus pasang surut, mengendapkan lumpur dan merupakan tempat anak-anak udang atau ikan mencari makan sambil berlindung dari kejaran predatornya. Berdasarkan frekuensi air pasang, hutan mangrove di lokasi pesisir dapat dibagi menjadi tiga bagian zone yang ditumbuhi oleh tipe-tipe vegetasi yang berbeda-beda antara lain: a. Paling terdekat dengan laut yang didominasi oleh Avicennia mariana api-api, Avicennia alba bogen dan Sonneratia alba perepat. Avicennia tumbuh di atas tanah pasir yang kokoh, sedangkan Sonneratia berasosiasi dengan lumpur yang lunak. Komunitas ini sering disebut dengan istilah komunitas perintis. b. Hutan pada substrat yang lebih tinggi yang didominasi oleh Bruguiera cylindrica. Hutan ini tumbuh pada tanah liat yang cukup keras dan dicapai oleh beberapa air pasang saja. Lebih jauh dari pantai yang didominasi oleh Rizophora, yang ditopang oleh akar-akar tunjang dengan pola percabangan yang khas. Produksi serasah mangrove berperan penting dalam kesuburan perairan pesisir dan hutan mangrove dianggap yang paling produktif diantara ekosistem pesisir Odum dkk., 1974. Di Indonesia produksi serasah mangrove berkisar antara 7-8 tonhatahun Nontji, 987. Ekosistem mangrove juga sebagai daerah asuhan, daerah mencari makanan dan daerah pemijahan berbagai biota laut Modifikasi dari Claridge dan Burnett, 1993 dalam Bengen, 2002.

2.6.2. Pendayagunaan Hutan Mangrove

Pantai merupakan kawasan produktif yang dapat dioptimalisasikan dalam berbagai peruntukan termasuk usaha-usaha komersial, industri, perkapalan, rekreasi, kehutanan, drainase, pengontrolan banjir, perikanan tangkap, budidaya dll. 27 Pendayagunaan kawasan pantai yang tidak terkontrol akan menimbulkan perubahan- perubahan dalam ekosistem yang selanjutnya dapat merusak sumber daya alam yang terkandung didalamnya. Tabel 2-2 Ikhtisar dampak kegiatan manusia pada ekosistem mangrove Bengen, 2002 No. Kegiatan Dampak Potensial 1 Tebang habis - Berubahnya komposisi tumbuhan mangrove - Tidak berfungsinya daerah mencari makanan dan pengasuhan 2 Pengalihan aliran air tawar, misalnya pada pembangunan irigasi - Peningkatan salinitas hutan mangrove - Menurunnya tingkat kesuburan hutan 3 Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan, pemukiman, dll - Mengancam regenerasi stok ikan dan udang di perairan lepas pantai yang memerlukan hutan - Terjadi pencemaran laut oleh bahan pencemar yang sebelumnya diikat uleh substrat hutan mangrove - Pendangkalan perairan pantai - Erosi garis pantai dan intrusi garam 4 Pembuangan sampah cair - Penurunan kandungan oksigen terlarut, timbul gas H 2 S 5 Pembuangan sampah padat - Kemungkinan terlapisnya pneumatoforayang mengakibatkan matinya pohon manrove - Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat 6 Pencemaran minyak tumpahan - Kematian pohon mangrove 7 Penambangan dan ekstraksi mineral, baik didalam hutan maupun di daratan sekitar hutan mangrove - Kerusakan total ekosistem mangrove, sehingga memusnahkan fungsi ekologis hutan mangrove daerah pencari makanan, asuhan - Pengendapan sedimen yang dapat mematikan pohon mangrove. Peranan mangrove dalam menunjang kegiatan perikanan pantai dapat disarikan dalam dua hal: 1 mangrove berperan penting dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang, dan moluska Davies Claridge, 1993, karena lingkungan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan-bahan organik yang masuk ke dalam rantai makanan. 2 Mangrove merupakan pemasok bahan organik, sehingga dapat menyediakan makanan untuk organisme yang hidup pada perairan sekitarnya Mann, 1982. 28

2.7. Alat-Alat Manajemen