BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pranata adat merupakan jiwa masyarakat adat yang masih hidup dan berkembang di Aceh, pranata tersebut mewajibkan pelaksanaan dan singkronisasi
penerapan hukum adat dalam hukum nasional, sesuai dengan pasal 18B ayat 2 undang-undang 1945 yang memberikan kewenangan khusus untuk pembangunan
pranata adat di daerah masing-masing. Bagi masyarakat dan pemerintah Provinsi Aceh, hukum adat membuka ruang pelaksanaan dan kedudukan yang khusus dan
istimewa melalui undang-undang dan qanun-qanun untuk terkait dengan adat peradilan adat masih hidup bahkan berlaku dalam mendukung pemerintahan Aceh.
Keberadaannya memiliki dasar yang kuat baik untuk pengaturan kehidupan sosial adat maupun untuk kehidupan beragama hukum, dan juga kemudian
pemerintahan. Hukum adat terlebih dahulu harus di buat berdasarkan kesepakatan
pemukahperangkat adat setempat. Barulah peradilan adat mampu berperan dalam menyelesaikan konflik atau sengketa sesama masyarakat yang berada di lingkungan
setempat. Penyebanya sengketakonflik dilatarbelakang dari persoalan karena pelanggaran atas tata-prilaku dengan berbagai bentuk baik pencurian, kekerasaan,
tapal batas tanah, rumah tangga, dll. Hasilnya dinamakan hukum adat. Peradilan adat merupakan bentuk kearifan lokal local wisdon.
1
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh UUPA, keberadaan mukim sebagai unit pemerintahan kembali mendapat pengakuan,
pengaturan, dan pengukuhannya dalam satu bab tersendiri, yaitu Bab XV tentang mukim dan gampong. berdasarkan qanun Kabupapten Gayo Lues Nomor 2 tahun
2012 Tentang Pemerintahan Mukim yang merupakan Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Kabupaten Gayo Lues yang terdiri atas gabungan beberapa
Kampung yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah Camat yang dipimpin oleh Kepala Mukim. Dalam
penyebutan nama Jabatan Mukim terdapat perbedaan dari beberapa Kabupaten dalam hal nama yang digunakan seperti dalam Qanun Kabupaten Gayo Lues disebut dengan
Kepala Mukim sama dengan artinya Imeum Mukim. Keberadaan Kepala Mukim semakin kuat dengan diundangkannya Qanun
Perda Provinsi Aceh Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memberikan wewenang kepada mukim untuk
memutuskan dan atau menetapkan hukum, memelihara dan mengembangkan adat, menyelenggarakan perdamaian adat, menyelesaikan dan memberikan keputusan-
keputusan adat terhadap perselisihan-perselisihan dan pelanggaran adat, memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut adat
menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan adat dan adat istiadat. Dengan telah dinyatakannya mukim sebagai penyelenggara pemerintahan
dalam peraturan perundang-undangan UU dan QanunPerda, maka keberadaan Mukim mendapat pengakuan dan pengukuhannya dalam hukum positif Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
keberlakuan dan penegakan hukumnya telah mendapat dukungan kuat dari institusi resmi negara dan pemerintahan dan masih tetap dijalankan sampai saat ini.
Dengan mendapatkan pengakuan kembali keberadaan Mukim maka peran Kepala Mukim dalam membantu tugas dari Camat untuk dapat mengawasi desa yang
menjadi bagian dari Mukim Suluh Jaya dalam perkara-perkara yang terjadi dikampung seperti perkara kecil biasanya diselesaikan dengan cara baik masih
mengutamakan adat dan adat istiadat dalam penyelesaiannya, dari perkara yang dihadapi maka keputusan di lakukan Mukim dengan tanpa vonis yaitu tanpa kalah
atau menang karena persengketaan itu diselesaikan secara damai yang disebut dengan hukum kebaikan.
Sengketa atau perselisihan yang terjadi di tingkat gampong dan mukim yang bersifat ringan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, pasal 14 dan pasal 15 Qanun
Aceh Nomor 9 tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat wajib diselesaikan terlebih dahulu melalui Peradilan Adat Gampong dan Mukim atau
nama lain di Aceh. Sejak dahulu kala gampong telah memiliki kewenangan untuk menyelesaikan perkara-perkara ringan, pencurian kecil, perkelahian, perkara-perkara
sipil yang kecil-kecil yang nilai perkaranya dapat di atasi dengan hukum kebaikan. Sekarang dengan berlakunya Undang-Undang Pemerintahan Aceh telah mulai lagi
dilakukan penyelesaian perkara secara adat di kampung-kampung dan bahkan sampai pada tingkat kemukiman.
Adanya sistem Pemerintahan Mukim ini maka aparat penegak hukum memberikan kesempatan agar sengketa atau perselisihan diselesaikan terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
secara adat di gampong atau nama lain, tiap masalah yang ada diselesaikan secara hukum qanun dan apabila permasalahan tidak dapat diselesaikan maka permasalahan
tersebut baru dibawa kejalur hukum pemerintahan formal, karena perkara yang terjadi di tergolong dalam dua yaitu pidana dan perdata yang diutamakan dalam
penyelesaian perkara tersebut harus diselesaikan dengan hukum qanun adat terlebih dahulu dan biasanya perkara yang ada dapat di selesaikan oleh Kepala Mukim namun
bila perkara tidak dapat ditangani maka baru diserahkan ke hukum Negara. Kini sistem penyelesaian sengketa secara adat telah mendapat pengaturan yang cukup
tepat didalam satu bab tersendiri pada qanunAceh Nomor 9 Tahun 2008 Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat.
Hal ini termasuk di dalam Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan Mukim mempunyai tugas menyelengarakan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan masyarakat dan pe ningkatan pelaksanaan syari’at Islam.
Sesuai dengan qanun yang ditetapkan maka mukim memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan berdasarkan tugasnya.
Seperti pelaksanaan pemerintahan Mukim dibeberapa kabupaten di Aceh, penyelengaraan pemerintahan Mukim di Kabupaten Gayo Lues khususnya di Mukim
Suluh Jaya Kecamatan Rikit Gaib memberi sedikit ruang permasalahan. Hal ini di dasari dengan bagaimana lembaga pemerintahan Mukim melakukan perannya di
tangah masyarakat dalam tiap perihal pengambilan keputusan yang dihadapkan dalam permasalah yang ada di kampung. Maka dengan banyaknya sengketa yanga ada di
mukim ini saya tertarik untuk mencari tahu Bagaimana Peranan Imeum Mukim
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pengambilan Keputusan sengketa Antar Masyarakat atau penyelesaian permasalahan antar masyarakat, apakah hanya sebagai mediator atau yang lainnya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengungkapkannya dalam bentuk skripsi dengan judul:
“Peranan Imeum Mukim dalam Pengambilan Keputusan Sengketa Antar Masyarakat di Mukim Suluh Jaya Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues
”
B. Rumusan Masalah