Peranan Peranan Kepala Mukim dalam Pengambilan Keputusan

ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba trial and error. Sugiyono, 2004: 55 Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep Singarimbun, 1989:37. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah, perlu adanya pedoman yang teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang akan diteliti. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

1. Peranan

Pengertian Peranan menurut Soerjono Soekanto, 2002;243 adalah: “Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.” Menurut Beck, William dan Rawlin1986:293 pengertian peranan adalah “cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual”. Menurut Biddle dan Thomas, peranan adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Universitas Sumatera Utara Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sanksi dan lain-lain. Menurut Beck, William dan Rawlin1986:293 pengertian peranan adalah cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa peranan adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Sementara posisi tersebut merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial dan merupakan perwujudan dan aktualisasi diri. Peranan juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapakan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam kelompok sosial.

2. Kepala Mukim a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu tujuan serta peralatan-peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus. Kartini Kartono1994:48 Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan Universitas Sumatera Utara tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. George R. Terry yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17

b. Pengertian Kepala Mukim

Berdasarkan Qanun Nomor 4 Tahun 2003 Kepala Mukim atau adalah Kepala Pemerintahan Mukim yang dalam kesatuan masyarakat hukum dalam Kabupaten Gayo Lues yang terdiri atas gabungan beberapa Kampung yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah Camat yang dipimpin oleh Kepala Mukim. Dalam pembagian wilayah untuk Kepala Mukim membawahi empat sampai lima desa yang dipimpin oleh kapala mukim. bertugas menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan peningkatan pelaksanaan Syariat Islam. Pernyataan tersebut di perkuat dengan undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 mengakui adanya otonomi yang di miliki oleh Mukim dan Gampong Desa dimana Mukim dan Gampong Desa yang bersifat administratif yang di bentuk karena pemekaran atau karena pengembayan ataupun karena alasan yang warganya pluralisme, majemuk atau heterogen maka kepada Mukim dan Gampong Desa di berikan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan sesuai dengan perkembangan masyarakat.

c. Mukim sebagai Masyarakat Hukum Adat

Secara juridis lembaga pemerintahan mukim baru diakui kembali keberadaannya sejak tahun 2001 setelah diberlakukannya Undang-Undang tentang Universitas Sumatera Utara Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam atau tepatnya pada tahun 2003 setelah diundangkannya Qanun Aceh tentang Pemerintahan Mukim. Namun Secara de facto, keberadaan mukim masih cukup eksis dan diakui di seluruh Aceh, sekalipun antara warga masyarakat Aceh terdapat beragam suku dan kultur yang berbeda. Djuned, 2003: 38 Suatu masyarakat agar dapat dikatakan sebagai masyarakat hukum adat rechtgemeinschaap, haruslah terpenuhi beberapa syarat sebagaimana sering dikemukakan oleh para ahli dan kemudian ditegaskan pula dalam peraturan perundang-undangan. Syarat dimaksud adalah: 1. Masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban rechsgemeenschap; 2. Kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya; 3. Wilayah hukum adat yang jelas; 4. Pranata hukum, khususnya peradilan adat yang masih ditaati; dan 5. Masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Semua persyaratan di atas dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di gampong-gampong di Aceh. Sebagian besar warga kampung masih memiliki ikatan geneologis dengan sesamanya. Sehingga kepedulian dan kebersamaan di kampung dan juga di dalam suatu kemukiman – terutama yang bermukim bukan di perkotaan – saling keterikatan bukan hanya dikarenakan solidaritas teritorial, tetapi memang merasa sekaum seketurunan gemeenschap. Adanya perasaan bersalah atau berdosa jika tidak melayat ke rumah warga kampung yang tertimpa musibah. Begitu juga jika Universitas Sumatera Utara ada tetangga yang melakukan hajatan kerje, sejak malam hari hingga selesainya khanduri tersebut terus membantu dengan segala upaya agar acara dimaksud sukses dengan tiada kekurangan sesuatu apapun. Bahkan, seringkali pula pihak yang melakukan hajatan melimpahkan sepenuhnya penyelenggaraan khanduri tersebut pada gecik, selaku kepala kampung. Dalam kehidupan kemukiman di Aceh, masih ditemukan adanya lembaga- lembaga adat beserta perangkat penguasa adatnya. Hingga hari ini masih bisa ditemukan eksistensinya: 1. Lembaga pemerintahan mukim yang diketuai oleh Kepala Pemerintahan Mukim, yang membawahi beberapa kampung. 2. Lembaga musyawarah mukim yang dipimpin oleh sauderen terdiri dari masyarakat Mukim adalah figur yang terdiri dari tokoh-tokoh warga kemukiman anggota musyawarah kemukiman, yang bertugas dan berfungsi memberikan nasehat, saran, pertimbangan, atau pendapat kepada Kepala Mukim dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan mukim. 3. Lembaga musyawarah kampung oleh jema tue adalah para orang tua yang dianggap cerdi,pandai, pemuka masyarakat, alim, ulama, dan tokoh-tokoh adat. anggota musyawarah kampung yang bertugas dan berfungsi memberikan nasihat, saran, pertimbangan, atau pendapat kepada gecikpengulu dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan kampung. Universitas Sumatera Utara 4. Lembaga keagamaan di kampung dipimpin oleh pegawe, adalah pemimpin dan pembina bidang agama Islam, yang mengetahui hukum haram, halal, makruh dan mubah yang dianggap paham akan agama. 5. Lembaga pemerintahan kampung dipimpin oleh pengulugecik adalah Kepala kampung, yang memimpin dan mengetuai segala urusan tata kelola pemerintahan kampung. 6. Hukum Adat adalah semua aturan adat, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat Kabupaten Gayo Lues, bersifat mengikat dan menimbulkan akibat hukum. Pada masa Kerajaan Aceh hingga awal kemerdekaan, kemukiman memiliki sistem musyawarah penyelesaian sengketa. Pada masa Sultan Iskandar Muda, “perkara-perkara kecil biasanya diselesaikan oleh Gecik dengan Mukim dari perkara yang dihadapi maka keputusan di lakukan mukim dengan tanpa vonis yaitu tanpa kalah atau menang karena persengketaan itu diselesaikan secara damai yang disebut dengan hukum kebaikan. Sejak dahulu kala gampong telah memiliki kewenangan untuk menyelesaikan perkara-perkara kecil, pencurian kecil, perkelahian, perkara- perkara sipil yang kecil-kecil yang nilai perkaranya dapat di atasi dengan hukum kebaikan. Sekarang dengan berlakunya Undang-Undang Pemerintahan Aceh telah mulai lagi dilakukan penyelesaian perkara secara adat di kampung-kampung dan bahkan sampai pada tingkat kemukiman. Kini malah sistem penyelesaian sengketa secara adat telah mendapat pengaturannya yang cukup tepat di dalam satu bab tersendiri pada Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Adat. Universitas Sumatera Utara

d. Mukim Sebagai Pemerintahan Resmi

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ditegaskan bahwa hirarkhi peraturan perundang- undangan Republik Indonesia, adalah : 1. Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 3. Peraturan Pemerintah; 4. Peraturan Presiden, dan 5. Peraturan daerah atau qanun Keberadaan Pemerintahan Mukim sekarang telah diatur secara cukup jelas dan tegas dalam Undang-Undang dan Qanun. Yaitu di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, pada Bab XV dengan judul Mukim dan Gampong. Dan sebagai penjabaran atau peraturan pelaksanaan dari undang-undang tersebut telah pula diundangkan Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim. Bahkan di dalam Pasal 3 qanun tersebut dinyatakan bahwa Mukim mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan peningkatan pelaksanaan Syari’at Islam. Dengan telah dinyatakannya mukim sebagai penyelenggara pemerintahan apalagi dengan cara cukup eksplisit – dalam peraturan perundang-undangan UU dan Qanun, maka keberadaannya telah mendapat pengakuan dan pengukuhannya dalam hukum positif Indonesia. Dengan demikian, keberadaannya tidak saja hanya diakui dalam tataran Universitas Sumatera Utara sosial budaya masyarakat Aceh, tetapi juga telah diadopsi kedalam tataran juridis formal.

e. Wewenang dan Fungsi Kepala Mukim

Wewenang adalah hak yang dimiliki seseorang atau badan hukum yang dimana dengan hak tersebut seseorang atau badan hukum dapat memerintah atau menyuruh untuk berbuat sesuatu. Berdasarkan Qanun nomor 2 tahun 2012 pasal 3 tentang Kewenangan Mukim Mukim: a. Melindungi adat dan adat istiadat, membina dan meningkatkan kualitas pelaksanaan Syari’at Islam; b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan kampung; c. Melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh Camat; d. Di bidang pertanahan dapat menjadi saksi dalam proses perbuatan hukum pemindahanperalihan hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun yang dilakukan oleh danatau dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang, sepanjang memenuhi syarat menurut ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku; e. Terlibat dalam proses perencanaan dan pengembangan kawasan kampung dalam wilayah kemukiman yang dilakukan oleh pemerintah atau pihak ke tiga; f. Melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah Aceh danatau Pemerintah. Universitas Sumatera Utara Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki maka Mukim merupakan suatu lembaga pemerintahan di Provinsi Aceh yang mempunyai kekuatan hukum serta mempunyai tugas dalam pelayanan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan dalam lingkungan masyarakat di dalam suatu Gampong Desa. Mukim memiliki Fungsi dalam penyelenggaraan pemerintah diantaranya Fungsi Mukim adalah: a. penyelenggaraan pemerintahan baik berdasarkan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan urusan tugas pembantuan serta segala urusan pemerintahan lainnya; b. pelaksanaan pembangunan baik pembangunan ekonomi, pembangunan fisik maupun pembangunan mental spritual; c. pembinaan kemasyarakatan di bidang pelaksanaan Syari’at Islam, pendidikan, peradatan, sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat; e. penyelesaian dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal adanya persengketaan-persengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat. Uraian di atas terlihat jelas bahwa Mukim bertanggung jawab dalam mengatasi kesenjangan-kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat dan bagaimana memberikan suatu pelayanan yang menyeluruh kepada masyarakat dalam peranan yang dimiliki sehingga tidak terjadi hal-hal yang melanggar aturan yang telah di tetapkan. Universitas Sumatera Utara

3. Pengambilan Keputusan a. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. S.P Siagian 2002:10 Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakn untuk mmemiliki suatu tindakan sebagi cara pemecahan masalah. James A.F Stoner 2002 Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative perilaku kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. George R. Terry 2002:11 Penulis dapat menyimpulkan pengambilan keputusan diatas merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah.

b. Teori Pengambilan Keputusan

Secara umum pengertian pengambilan keputusan adalah teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Teori pengambilan keputusan adalah teori atau teknik dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pengambilan keputusan.

c. Unsur-unsur Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur-unsur atau komponen pengambilan keputusan yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Tujuan dari pengambilan keputusan mengetahui apa terlebih dahulu tujuan dari pengambilan keputusan itu. Misalnya: jika anda membeli mobil baru, maka anda harus mengetahui lebih dahulu tujuannya. 2. Identifikasi alternatif-altermatif keputusan untuk memecahkakn masalah. Mengadakan idntifikasi alternative yang akan dipilihuntuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu perlu kiranya membuat daftar macam-macam tindakan yang memungkinkan untuk mengadakan pilihan. 3. Perhitungan mengenai faktor-faktor yg dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkaua manusia perhitungan mengenai faktor-faktor di luar jangkauan manusia. Peristiwa di luar jangkauan manusia adalah peristiwa yang dapat dibayangkan sebelumnya, namun manusia tidak sanggup atau kurang berdaya untuk mengatasinya. Keputusan untuk membeli mobil baru itu perlu dikaitkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan misalnya : biaya pembelian bensin karena hal ini akan berpengaruh terhadap penghematan bagi pemakaian kendaraan tersebut. 4. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan. Adanya sarana dan alat untuk mengevaluasi atau mengukur keberhasilan dari pengambilan keputusan itu. Selanjutnya alternatif- alternatif keputusan dan peristiwa di luar jangkauan manusia itu perlu dirinci dengan menggunakan saran atau alat untuk mengukur pengeluaran yang perlu dilakukan dari setiap alternatif kombinasi keputusan diluar jangkauan manusia tersebut. Universitas Sumatera Utara

4. Peranan Kepala Mukim dalam Pengambilan Keputusan

Pengertian Peranan menurut Soerjono Soekanto, 2002;243 adalah: “Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.” Dengan adanya peranan maka kepala mukim memiliki wewenang dalam hal pengambilan keputusan dari cara yang di tetapkan dan berjalannya Pemerintahan Mukim menggambarkan bahwa Mukim memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan sebagai penyelesai sengketa di tingkat Gampong Desa dengan bantuan lembaga perwakilan Mukim. Secara umum pengambilan keputusan adalah teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Yang dilakukan kepala mukim berdasarkan fungsi yang ada diantaranya : a. Penyelenggaraan pemerintahan baik berdasarkan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan urusan tugas pembantuan serta segala urusan pemerintahan lainnya; b. Pelaksanaan pembangunan baik pembangunan ekonomi, pembangunan fisik maupun pembangunan mental spritual; c. Pembinaan kemasyarakatan di bidang pelaksanaan Syari’at Islam, pendidikan, peradatan, sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. Peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat; Universitas Sumatera Utara e. Penyelesaian dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal adanya persengketaan-persengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat. Dengan demikian persoalan yang terjadi di Gampong Desa dengan mangetahui fungsi yang dimiliki maka kepala mukim dapat menjalankan peranannya untuk bekerja dan mengambil tindakan terhadap segala kendala yang terjadi tanpa meragukan apa yang dapat dilakukan dengan adanya kejelasan maka Kepala Mukim sangat membantu camat dalam bertugas.

5. Peradilan Adat Model Aceh