Pengertian Konflik Jenis Konflik

commit to user 10

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konflik

1.1 Pengertian Konflik

Menurut Webster 1966 istilah “conflict“ di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian atau peperangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Secara umum konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan, perbedaan kepentingan disini dapat diartikan sebagai perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan, perasaan itu cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang yang membentuk inti dari banyak sikap, tujuan, dan niat Raven dan Rubin, 1983. Konflik adalah aspek intrinsik dan tidak mungkin dihindarkan dalam perubahan sosial sehingga konflik diwujudkan sebagai sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai, dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan Woodhouse, 2000:103. Sedangkan menurut Yad Mulyadi, 1994:44 Konflik, adalah suatu proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar. Konflik umumnya ditandai dengan pertentangan-pertentangan dan perbedaan diantara pihak yang berkonflik.

1.2 Jenis Konflik

Menurut Ibn Khaldun beliau melihat konflik terjadi dalam dua tingkatan dan menjelaskannya dalam satu bentuk kemunculan. Dua tingkatan tersebut, 1 Konflik muncul karena adanya potensi-potensi agresi dalam diri manusia. 2 commit to user 11 Konflik terjadi karena kegagalan strktur sosial dalam menciptakan relasi yang adil antar kelompok yang terekspresikan dalam kehidupan bermasyarakat berkelompok. Di dalam konflik terdapat istilah seperti hasil kalah-menang, kalah-kalah maupun menang-menang. Ketiga istilah ini terjadi ketika pendekatan konflik bagi kedua pihak dipertimbangkan secara bersama-sama. Pihak-pihak yang bertikai biasanya cenderung melihat kepentingan mereka sebagai kepentingan yang bertentangan secara diametrikal. Hasil yang mungkin diperoleh dari pendekatan tersebut adalah : a. Kalah-menang ; satu pihak menang, pihak yang lain kalah. b. Kalah-kalah ; pihak yang bertikai membagi perbedaan-perbedaan yang ada, seperti yang terjadi dalam konflik dengan kekerasan dimana keduanya sama-sama kalah. c. Menang-menang ; Jika masing-masing pihak yang bertikai tidak ada yang mampu memaksakan sebuah hasil atau bersedia untuk berkompromi. Pihak yang bertikai dapat memaksakan biaya yang sangat besar pada masing-masing pihak dimana pada akhirnya semua pihak berakhir dalam keadaan lebih buruk dibandingkan dengan jika mereka menggunakan strategi yang lain. Dari penjelasan tersebut menurut Professor Charles Handy dalam Action Guides, 1997:45, dalam bukunya yang berjudul Under standing Organisations, gejala- gejala konflik bisa bersifat : a. Jelas – pertengkaran biasa atau perkelahian b. Samar-samar – suasana yang terasa terlalu tenang commit to user 12 c. Aktif – kata-kata marah dan bernada keras d. Pasif – tidak saling bertegur sapa Tetapi yang penting untuk selalu diingat pada tahap ini adalah bahwa tidak semua gejala itu selalu merupakan tanda luaran yang menunjukkan adanya konflik. Pada dasarnya gejala-gejala konflik yang dialami oleh seorang satu sama lain sangat bervariasi dan tidak selalu tampak jelas. Dari gejala tersebut terdapat dua jenis konflik yang dialami individu, diantaranya adalah : a. Konflik dalam satu peran konflik peran yang bersifat antar individual yaitu suatu konflik dimana individu dalam waktu yang sama harus menjalankan peran yang berbeda. b. Konflik karena berbagai peran konflik peran yang bersifat antar individual yaitu suatu konflik dimana dalam konflik melibatkan lebih dari satu individu Yad Mulyadi, 1994: 27. Pada kenyataannya hanya sedikit peran yang benar-benar bebas dari konflik. Bilamana konflik itu memang terjadi terdapat fungsi positif di dalamnya antara lain yaitu : 1. Lebih sering konflik itu dapat diatasi daripada tidak, bahkan dapat diselesaikan dengan sedikit masalah yang dapat memuaskan semua pihak. 2. Konflik sosial yang terjadi seringkali memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepentingan. 3. Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan kemenangan di salah satu pihak dan kekalahan di pihak lainnya. commit to user 13 4. Terjadinya kesepakatan yang bersifat integratif yang menguntungkan kedua belah pihak dan memberikan manfaat kolektif yang lebih besar bagi para anggotanya. 5. Dan tidak kalah pentingnya konflik dapat berfungsi mempererat persatuan kelompok. Tanpa adanya kapasitas perubahan sosial atau rekonsiliasi atas kepentingan individual yang berbeda, maka solidaritas kelompok tampaknya akan merosot dengan membawa serta efektivitas kelompok dan kenikmatan pengalaman berkelompok Coser, 1956. Tanpa adanya konflik, kelompok gagal mengenali dan menghadapi masalah-masalah yang dijumpainya dalam kehidupan bermasyarakat.

1.3 Pihak Yang Terlibat Konflik