Latar Belakang Konflik LATAR BELAKANG KONFLIK DALAM KELUARGA SINGLE

commit to user 116 Pakde, Bude dan keponakan dari single parent atau dapat dikatakan keluarga yang diperluas yang tinggal bersama dengan mereka. MATRIK 3 Pihak Yang Terlibat Dalam Konflik Pada Keluarga Single Parent Di Desa Pabelan No Nama Pihak Yang Terlibat Dalam Konflik 1. Ibu Wiyati Nur Ibu - Anak 2. Bapak Budi Raharjo Bapak - Nenek 3. Bapak Heri Agus Bapak - Pakde 4. Ibu Afiefah Ibu - Nenek 5. Ibu Pariyati Ibu - Anak 6. Ibu Mujiyanti Ibu - Kakek

2. Latar Belakang Konflik

Seperti yang telah dijelaskan diatas, pada umumnya keluarga terdiri dari dua sosok yang saling melengkapi yaitu ayah dan ibu. Bukanlah keinginan dalam keluarga tersebut apabila tatanan ideal tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya bahwa seseorang menjadi single parent dikarenakan status baru yang disandangnya sebagai ayah sekaligus ibu atau sebaliknya yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga serta mendidik dan melanjutkan keberlangsungan hidup keluarga. Di dalam kehidupan keluarga, ayah dan ibu memiliki peran sebagai orangtua dari anak-anak. Pada kenyataannya, di masyarakat terdapat keluarga yang salah satu orangtua tidak ada, baik karena commit to user 117 perceraian atau meninggal dunia. Di dalam suatu keluarga dimana hanya seorang ibu berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang suami, atau sebaliknya dimana seorang ayah berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang istri, keadaan demikian seringkali menimbulkan konflik. Baik konflik dikarenakan perbedaan pola asuh antar anggota keluarga dalam mengasuh anak, pembagian kerja antar anggota keluarga lain hingga kurangnya waktu untuk bekerja dan mengurus rumah. Di lingkungan manapun perceraian dapat terjadi dan tidak mengenal usia perkawinan. Peran baru yang diperolehnya karena kematian salah satu pasangan hidupnya ataupun melalui perceraian memberikan perubahan sikap dan tingkah laku kepada mereka yang menjalani status tersebut, terkadang perubahan ini tidak serta merta dapat langsung individu pahami dan dapat beradaptasi yang selanjutnya menjadi sebuah pola baru dalam kehidupannya tetapi juga tidak mudah untuk dilaksanakan yang seringkali menyebabkan timbulnya konflik terhadap dirinya sendiri maupun dengan anggota keluarga lain. Seperti diungkapkan oleh Ibu Mujiyanti : “Saya sangat sedih pada saat diceraikan suami saya karena saya tidak mau dipoligami dengan mantan pacarnya itu. Waktu awal dipulangkan kembali kerumah orangtua saya, saya menjadi sangat membenci laki-laki bahkan untuk membuka diri untuk orang lain butuh waktu tiga tahun untuk berani mengenal laki-laki kembali. saya agak takut dan tidak percaya sama laki-laki, takut disakiti lagi, diselingkuhin lagi“. Hasil wawancara pada tanggal 17 Mei 2010 Ini tentunya juga dapat menyebabkan meningkatnya jumlah orang tua yang membesarkan anaknya tanpa kehadiran pasangannya. Peran ganda pada orang tua dalam membesarkan anak atau dapat disebut dengan single mother atau single father. Peran yang dijalankan antara single mother dan single father juga sama, commit to user 118 tidak ada pembeda atau diskriminasi dalam perwujudannya. Dalam berumah tangga harusnya mengidealkan suatu keseimbangan dan fleksibilitas peran dalam keluarga, walaupun mereka tetap menyatakan bahwa ada peran-peran utama yang menjadi prioritas. Begitu pula dengan karakter yang harus dimiliki oleh suamiistri, pada dasarnya mereka harus memiliki kesamaan, yaitu bertanggung jawab dan berkomitmen. Kadang kala seorang istri maupun suami yang kehilangan patner hidupnya mengalami konflik dimana peran tersebut dikerjakan secara bersama dan dalam waktu yang bersamaan pula. Beban ganda yang dirasakan orangtua tunggal menambah beban dalam dirinya yang kadang menimbulkan konflik dalam diri mereka sendiri, karena timbul dalam dirinya untuk menjadi orangtua yang baik untuk anak-anaknya dan juga bekerja menghidupi keluarga. Beban ganda single parent ini juga akan menimbulkan masalah jika keluarga tidak mampu memahami peran ganda single parent sebagai konsekuensi dari peran baru yang disandangnya. Adanya status baru menjadi seorang single parent, baik itu dialami oleh ayah maupun ibu, mau tidak mau adalah sebuah pilihan yang berat yang harus disandang oleh sebagian keluarga, yang tidak sedikit seringkali menimbulkan konflik berkepanjangan dalam diri sendiri maupun dengan anggota keluarga lain. Bercerai atau pasangan hidupnya meninggal, menjadi alasan yang paling sering kita temukan dalam keseharian kita. Seperti penuturan Bapak Budi Raharjo : “Setelah ibunya meninggal secara otomatis sosok ibunya digantikan oleh neneknya karena saya menyadari kerjaan saya jauh dan anak-anak waktu itu semua sekolah disini, dalam hal pengawasan dan pola pengasuhan neneknya lebih bisa mengatur mereka“. commit to user 119 Hasil wawancara pada tanggal 12 Juni 2010. Tidak adanya pembagian kerja dengan anggota keluarga seperti anak juga sering kali melatarbelakangi timbulnya konflik dalam keluarga seperti yang diungkapkan Ibu Wiyati : “Dirumah tidak ada pembagian kerja jadi semuanya saya kerjakan sendiri, anak baru mau membantu kalau liat ibunya sudah kecapekan dan marah-marah“. Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2010 Hal senada diungkapkan Ibu Pariyati : “Tidak ada pembagian kerja dalam keluarga, pekerjaan rumah saya yang mengerjakan karena anak saya masih kecil, mereka belum bisa membantu saya dalam membereskan rumah, yang ada malah berantakin. Saya kerjakan setelah pulang dari dagang kalau saya capek ya saya biarin dulu“. Hasil wawancara pada tanggal 25 Mei 2010 Tidak hanya dengan anak saja para single parent berselisih paham tetapi dengan anggota keluarga lain yang ikut tinggal serumah bersamanya juga dapat memicu konflik, seperti yang dialami Bapak Heri : “Dirumah kan tidak hanya keluarga saya saja yang tinggal, ada keluarga pakdenya sedangkan dirumah tidak ada pembagian kerja yang jelas sehingga seringkali tidak sadar untuk merawat bersama rumah itu“. Hasil wawancara pada tanggal 31 Mei 2010 Hal senada dialami juga oleh Ibu Afiefah : “Karena saya masih ikut tinggal dengan neneknya dirumah beliau semua aturan harus sesuai dengan aturan dia jadi tidak ada pembagian kerja yang jelas karena kalau tidak sesuai keinginan neneknya, beliau pasti akan marah-marah seenaknya sendiri jadi ya saya manut saja dirumah“. Hasil wawancara pada tanggal 25 Mei 2010 commit to user 120 MATRIK 4 Latar Belakang Konflik Pada Keluarga Single Parent Di Desa Pabelan No Nama Latar Belakang Konflik 1. Ibu Wiyati Tidak ada pembagian kerja dengan anak 2. Bapak Budi Raharjo Perbedaan pola asuh dengan anggota keluarga lain yaitu nenek 3. Bapak Heri Agus Tidak ada pembagian kerja dengan anggota keluarga lain yaitu Pakde 4. Ibu Afiefah Tidak ada pembagian kerja dengan nenek 5. Ibu Pariyati Tidak ada pembagian kerja dengan anak 6. Ibu Mujiyanti Trauma akan pernikahannya terdahulu

3. Faktor Penyebab Konflik