Pemeriksaan Pajak TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 18 Apabila Surat Pemberitahuan SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak akan dikenai sanksi administrasi berupa denda seperti berikut ini. 1. Denda sebesar Rp 500.000,00 lima ratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai PPN. 2. Denda sebesar Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT lainnya. 3. Denda sebesar Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. 4. Denda sebesar Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Di dalam Surat Pemberitahuan SPT Tahunan, terdapat informasi mengenai jumlah PPh Terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui besarnya peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya. Sehingga, semakin patuh Wajib Pajak melaporkan SPT tahunannya, maka peningkatan penerimaan pajak akan dapat direalisasikan Agusti dan Herawaty, 2009.

C. Pemeriksaan Pajak

Sejalan dengan berlakunya self assessment system, peranan dan kejujuran Wajib Pajak semakin mutlak diperlukan. Diberlakukannya sistem ini, Wajib Pajak diharapkan dapat melaksanakan seluruh kewajiban commit to user 19 perpajakan dan melaporkannya dengan benar pada Kantor Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak terdaftar. Sebagai konsekuensinya, Direktorat Jenderal Pajak DJP dituntut untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui pemeriksaan. Sebagaimana telah diatur dalam salah satu ketentuan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagimana telah direvisi oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu dalam pasal 29 ayat 1 bahwa “Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Mengacu pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengenai pengertian pemeriksaan adalah sebagai berikut: “Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan.” Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan tujuan dari pemeriksaan yaitu menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada commit to user 20 Wajib Pajak serta tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199PMK.032007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak terdapat dua jenis pemeriksaan yang dilakukan, yaitu seperti berikut ini. 1. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak. 2. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Prakteknya hampir semua sistem perpajakan di dunia mengatur kemungkinan dapat dilakukan penelitian dan pemeriksaan laporan perpajakan Wajib Pajak, yang nantinya akan dapat mengungkap seberapa besar kekeliruan maupun penyimpangan yang ada. Namun, karena keterbatasan sumber daya manusia atau tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak, maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak. Pemeriksaan hanya dilakukan terhadap laporan perpajakan Wajib Pajak yang memiliki kriteria tertentu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199PMK.032007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, kriteria pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut ini. commit to user 21 1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan. 2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi, pemeriksaan dengan kriteria ini telah dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan. 3. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran, pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan. 4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan. 5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko risk based selection mengindikasi adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan. Menurut Salip dan Wato 2006 pemeriksaan pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan pajak, namun peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan EBT dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan. Penelitian yang dilakukan commit to user 22 Gunadi 2005 mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktivitas pemeriksaan pajak menunjukkan hasil yang meningkat yaitu 8, 11, dan 13 untuk tahun 2001 sampai 2003. Tujuan akhir dari pemeriksaan di atas diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak akan masuk dalam kas negara. Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya.

D. Penghasilan Kena Pajak PhKP

Dokumen yang terkait

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

3 113 105

Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Uji Coba Penataan Tugas dan Fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 35 88

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 29 58

Dampak Penggunaan Drop Box Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Peranannya Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 37 70

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Pengaruh Tingkat Kepatuhan dan Perubahan Penghasilan Kena Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Karees)

3 21 103

Pengaruh Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

8 20 25

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Tegallega Bandung.

0 0 21

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Indonesia (Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan).

0 2 18