3.1.7.1 Modernisasi Perpajakan
Dalam melaksanakan pembaruan yang terus yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Pajak terus meningkatkan upaya dalam pningkatan
penerimaan negara trhadap pajak. Pada tahun 2002 Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan program perubahan aau secara singkat yang dimaksud
dengan modernisasi perpajakan ialah reformasi terhadap administrasi perpajakan. Penerapan program administrasi ini dilakukan dengan
mengoptimalisasi sistem administrasi dengan pemanfatan tknologi yang handal dan terkini. Menurut penjabaran Diana Sari 2013 : 14 dalam
mewujudkan modernisasi perpajakan terdapat perubahan-prubahan yang dilakukan meliputi berbagai bidang berikut :
1. Struktur organisasi. 2. Business Process dan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Manajemen sumber daya manusia. 4. Pelaksanaan Good Governance.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam bukunya sari menjelaskan keempa bidang trsebut. Penelesan dari kempat biang trsebut ialah:
1. Struktur Organisasi
Dalam mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi terhadap pelayanan dan pengawasan, maka
Direktorat Jenderal Pajak perlu mengubah organisasinya. Perubahan struktur organisasi ini diterpakan dari level kantor pusat sampai kantor
operasional. Sebagai langkah awal untuk memudahkan Wajib Pajak dalam menyeleaikan kewajiban perpajakannya Direktorat Jenderal Pajak melebur
Universitas Sumatera Utara
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan KPPBB, Kantor Pelayanan Pajak KPP, serat Kantor Pemerksaan dan Penyidikan PajakKaripka
menjadi satu kantor dalam mengurus segala urusan perpajakan yaiu Kantor Pelayanan Pajak KPP . Unit vertical DJP dibedakan berdasarkan
segmentasi Wajib Pajak Besar LTO-Large Tax Payers Office, KPP Madya MTO-Medium Tax Payr Office, dan KPP Pratama STO-Small
Tax Payer Office. Pembagian seperti ini diharapkan mampu meningkatkan strategi dan pendekatan terhadap Wajib Pajak yang
disesuaikan dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani. Khusus pada kantor operasional, dibuat posisi baru yang disebut Account
Representative. Tugas dari posisi ini adalah memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak, membritahukan peraturan
perpajakan yang baru, dan mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.
2. Business Process dan Teknologi Informasi dan Komunkasi
Direktorat Jenderal Pajak mlakukan perbaikan Business Process dalam rangka memperbaiki metode, sistem, dan prosedur kerja untuk
memperbaiki birokrasi yang berbelit-belit. Businss Process dirancang untuk mengurangi kontak langsung antara pegawai DJP dan Wajib Pajak.
Langkah pertama dalam perbaikan Businss Process penulisan dan dokumentasi Standar Oprating Procedures SOP yang diterapkan pada
setiap kegiatan di DJP. Sampai akhir tahun 2007 DJP telah berhasil mengidentifikasi 1900 SOP. Selain penulisan SOP, DJP banyak
melakukan optimalisasi pada tekhnologi informasi dan komunikasi dalam memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Hal ini terlihat dengan penerapan e-system dengan dibukanya fasilitas e-filling pengiriman SPT secara Online melalui internet, e-SPT
penyerahan SPT dalam media digital , e-payment fasilitas pembayaran
Universitas Sumatera Utara
online untuk PBB, dan e-registration pendaftaran NPWP secara online melalui internet.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia