52 pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif dengan teknik Jigsaw dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif
jigsaw, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreativitas dan
partisipasi siswa. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu arah sehingga
kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya. Siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang
materi yang belum mereka pahami sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka
enggan mempelajarinya. Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap konsep sifat-sifat bangun ruang cenderung rendah.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep
sifat-sifat bangun ruang terutama pada kubus dan balok. Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu
siswa dalam mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa juga dapat bergotong-royong satu sama lain dan mempunyai banyak kesempatan dalam memperoleh
informasi dan meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat mengacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa. Pada kondisi akhir pembelajaran, partisipasi, kerja sama, tanggungjawab dan kreativitas
siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada akhirnya pemahaman terhadap konsep sifat-sifat bangun kubus dan balok meningkat.
Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran Gambar 4 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
53 Gambar 4. Gambar Bagan Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir Belum
diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw: 1
pembelajaran masih konvensional, 2 guru masih
menekankan pada terselesainya materi 3 komunikasi masih
satu arah, 4 siswa kurang percaya
diri, 5pemahaman
konsep sifat-sifat bangun ruang rendah.
Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw
Setelah diterapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw Pemahaman 80 siswa
terhadap konsep sifat- sifat
bangun ruang
meningkat. Siklus I
Siklus II Pemahaman siswa
terhadap konsep sifat- sifat bangun ruang
Diharapkan pada siklus I 70 siswa memperoleh
nilai ³ 66 KKM dan pada
siklus II
akhir siklus
80 siswa
memperoleh nilai ³ 66 KKM
54 Dari kerangka berfikir tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sebelum mengunakan
model kooperatif tipe jigsaw hasil pembelajaran khususnya pemahaman tentang sifat-sifat bangun ruang masih rendah. Kemudian setelah menggunakan jigsaw ada peningkatan
pemahaman sifat-sifat bangun ruang yang cukup berarti. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus dan akan diakhiri sampai diperoleh hasil yang mencapai 80 dari semua siswa kelas V.
D. Hipotesis