dan dicetak. Akan tetapi, pada tahun 1990-an, plastik menjadi bahan atau bagian kebutuhan yang sangat diinginkan. Hal ini terbukti dari meningkatnya plastik
yang dibuat dan dicetak pada masa itu. Tiap tahun, kebutuhan akan plastik semakin bertambah. Pada tahun 2000 -an
plastik dicetak sebanyak ratusan juta ton. Terbayang bukan, betapa banyaknya kebutuhan orang akan plastik sebab hampir semua bahan dan alat yang kita
gunakan terbuat dari plastik, semisal botol, sandal, tas, keranjang, ember, dan gelas. Plastik menjadi primadona karena dianggap awet, kuat, dan ringan. Meski
bersifat hampir sama dengan logam awet dan kuat, tapi logam dianggap terlalu berat dan mahal. Akhirnya, hal itu yang membuat kebutuhan plastik di dunia
semakin tinggi. Dari jumlah plastik yang dikomomditi dengan yang diaur ulang tidaklah
seimbang. Sebanyak miliaran botol plastik telah menjadi sampah percuma hampir setiap tahunnya, sedangkan yang didaur ulang hanya jutaan botol plastik saja. Ini
yang menyebabkan permasalahan limbah plastik di dunia semakin meningkat tiap tahunnya.
2.1.2 Pembuatan Plastik
Plastik terbentuk dari unsur-unsur seperti karbon, oksigen, hydrogen, klorin, belerang dan nitrogen. Awalnya plastik dibuat dari bahan bahan natural seperti
tanduk hewan, shellac sekresi serangga kecil dan getah perca. Pada tahun 1869, plastic sintetis pertama dbuat dari sesulosa yang
merupakan bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Wesley Hyatt,
penemu asal Amerika menemukan bahwa sesulosa nitrat dapat dijadikana plastik dengan menambahkan kamper. Plastik sintetis pertama yang diakui secara
komersial disebut seluloid. Plastik ini digunakan sebagai bahan pembuat sisi, gigi palsu, bingkai kacamata, dll.
Pengetahuan sifat termal dari berbagai jenis plastik sangat berguna untuk proses pembuatan serta daur ulang plastik. Sifat-sifat termal yang penting adalah
titik lebur Tm,temperatur transisi Tg dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur ketika plastik mengalami perengganan struktur
Universitas Sumatera Utara
sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih
bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya.Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur
dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami
dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi termal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi
padasuhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. Data sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik. Jenis Bahan
Tm °C Tg °C
Temperatur Dekomposisi °C
PP 168
5 80
HDPE 134
-110 82
LDPE 330
-115 260
PA 260
50 100
PET 250
70 100
ABS -
110 85
PS -
90 70
PMMA -
100 85
PC -
150 246
PVC -
90 71
Wadah, kotak, dan tempat sampah plastik secara luas digunakan di seluruh dunia untuk menyimpan beragam jenis produk cair maupun padat. Penemuan
revolusioner terjadi pada tahun 1951, dua kimiawan muda menemukan polipropilena dan polietilena. Penemuan ini membuka jalan bagi beragam produk-
produk plastik yang kita kenal sekarang ini. Plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Plastik dapat dibuat dari beberapa sumber, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
•
Pembuatan Plastik dari Minyak Bumi
Pertama – tama, minyak mentah yang baru dipompakan keluar dari dalam tanah diangkut ke kilang minyak. Pada kilang minyak, minyak
mentah harus melalui proses permurnian bersama degan gas alam. Etana, propana dan berbagai produk petrokimia lainnya dihasilkan oleh proses
permurnian. Selanjutnya etana dan propane dipecah dengan menggunakan tungku bersuhu tinggi, etilena dan propilena terbentuk dari proses ini.
Dalam reaktor, etilena dan propilena yang terbentuk digabungkan dengan katalis untuk membentuk zat seperti tepung. Zat yang seperti
tepung ini mirip dengan detergen bubuk, zat ini merupakan polimer plastik. Dalam pencampuran yang dilakukan secara terus menerus,
beberapa aditif digambungkan dengan polimer, selanjutnya dilakuakn proses ekstruksi, dimana plastik berada dalam bentuk cair.
Plastik yang berada dalam bentuk cair ini dibiarkan mendingin dan kemudian pelletizer digunakan untuk membentuk polimer menjadi pellet-
pellet kecil. Pellet-pellet plastik ini kemudian dikirim ke para pelanggan. Produsen sisir, botol plastik, gigi palsu dll, membeli pellet-pellet plastik
ini untuk digunakan sebagai bahan pembuatan produk- produk mereka. •
Membuat Plastik dengan Menambahkan Karbon Dioksida
Sangat luar biasa bahwa plastik dapat dibuat dengan menggunakan minyak bum. Akan tetapi dibutuhkan banyak minyak bumi untuk
membuat plastic. Berbagai usaha dilakuakan untuk mencegah habisnya sumber daya alam yang penting ini. Pada Desember 2099, perusahan
Novomer mengumumkan dimulainya komersialisasi bahan polypropylene carbonate PPC dengan menggunakan gabungan dari karbon dioksida dan
minyak bumi. Dengan menambahkan karbon dioksida, minyak bumi yang dibutuhkan untuk pembuatan plastik berkurang sampai setengahnya.
•
Pembuatan Plastik dari Jagung
Gula karbohidrat yang terdapat pada jagung dapat digunakan untuk membuat plastik yang bernama polylactide polymer. Penemuan plastik
Universitas Sumatera Utara
yang terbuat dari jagung telah mengurangi ketergantungan kita terhadap minyak bumi yang tak terbaharui. Plastik yang terbuat dari jagung ini akan
meleleh ketika dipanaskan lebih dari 114
o
C, karna itu plastik yang dibuat dari minyak bumi masih digunakan sampai saat ini
Selain jagung, plastik juga dapat dibuat dari jeruk. Para ilmuwan masih terus mencari senyawa yang dapat menggantikan minyak bumi
dalam proses pembuatan plastik. Semoga saja dimasa depan akan ditemukan bahan baru pembuat plastik yang dpat diperbaharui sebagai
pengganti miyak bumi yang tidak dapat diperbaharui.
2.1.3 Daur Ulang Plastik