dikatakan, kecuali pada motor bensin yang kecil, semua pesawat terbang selalu menggunakan
supercharger. Persoalan denotasi dapat diatasi dengan menggunakan bensin dengan bilangan oktana yang lebih tinggi aviation-type
fuels dan dalam banyak hal dengan menyemprotkan air alkohol ke dalam arus udara pada waktu tinggal landas.
Demikian juga motor bensin untuk mobil balap, yang lebih mementingkan daya daripada efisiensi, banyak memakai supercharger. Adapun bentuk dari
supercarjer diperlihatkan pada Gambar 2.7 dibawah ini:
Gambar 2.7 Supercharger
2.5.1 Jenis- jenis Supercharger
Berdasarkan kompressor yang digunakan untuk menggerakkan supercharger maka supercharger dapat dibagi atas :
a Supercharger, yang menggunakan positive displacement rotary
compressor, dapat dibagi atas: 1.
Impeler dengan 2 lobes 2.
Impeler dengan 3 lobes
b Supercharger yang menggunakan centrifugal compressor.
Sedangkan berdasarkan cara penggerakkan kompressor maka supercharger dapat dibagi atas :
Universitas Sumatera Utara
1. Kompressor yang digerakkan dari crankshaft mesin itu sendiri
2. Kompressor yang digerakkan dari sumber daya luar
3. Kompressor yang digerakkan turbin dengan pemanfatan gas buang
Turbocharger yang dapat dibagi atas : •
Turbocarjer 2 tingkat Two Stage Turbochargering •
Turbocarjer majemuk compound Turbochargering
2.5.2 Jenis-jenis kompressor
1. Positive Displacement Rotary Compressor
Positve displacement rotary compressor yang digunakan dalam supercharger biasanya berasal dari tipe “ROOT” yang terdiri atas dun rotor
impeler yang bergerak secara berlawanan. Impeler dipasang pada kedua poros yang paralel dan memiliki dua atau tiga kuping lobes yang saling berpasangan
seperti roda gigi ketika impeler ini berputar. Udara yang masuk pada awlnya akan terjebak pada ruang antara rumah dan
lembah pada lobes yang saling berdekatan, yang kemudian dibawa ke saluran keluar dan udara dipaksa memasuki ruang silinder.
Untuk impeler dengan 2 kuping lobes memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1.
Menghasilkan kapasitas udara yang paling maksimum 2.
Mengkonsumsi energi yang paling sedikit 3.
Pemasukan udara yang tidak kontinius 4.
Sangat berisik terutama jika bentuk lobenya lurus Sedangkan untuk imepeler dengan 3 lobes yang berbentuk spiral, merupakan
tipe root kompressor yang lebih baik dibandingkan dengan 2 lobes karena tidak besrisik dan terutama karena aliran udara lebih merata kontiniu
2. Centrifugal kompressor
Sentrifugal kompressor merupakan tipe kompressor yang menggunakan roda kecepatan tinggi yang dilengkapi sudu-sudu dan ditiup dengan casing berbentuk
Universitas Sumatera Utara
valve. Udara memasuki casing melalui saluran masuk, kemudian melalui sudu- sudu roda tersebut seolah-olah dilemparkan dengan gaya sentrifugal kesaluran
kompressor. Udara yang dilempar dengan kecepatan tinggi ini masuk saluran buang diubah energi kinetiknya menjadi energi tekanan melalui diffuser. Biasanya
putaran 4000-5000 rpm. Keunggulan positve displacement rotary compressor dibandingkan dengan centrifugal compressor jika penggeraknya berasal dari
mesin itu sendiri adalah terletak pada kapasitas udara yang dipindahkan ke ruang silinder.
Positive displacement rotary compressor secara praktis akan melepaskan udara dalam jumlah yang sama setiap putaran mesin tanpa memperhatikan
kecepatan ataupun tekanan kerja dalam silinder. Tetapi untuk kompressor sentrifugal jumlah udara yang dimasukkan ke dalam silinder tiap putaran mesin
akan selalu berubah-ubah karena tergantung pada kuadrat kecepatan roda putarnhya sehingga kapasitas pemasukkan udaranya akan jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan positive displacement rotary compressor terutaman pada putaran rendah.
Supercharger mirip dengan turbocharger
, tetapi turbocharger ditenagai oleh arus gas keluaran mesin exhaust yang mendorong
turbin . Supercharger dapat
menyerap sebanyak sepertiga tenaga crankshaft mesin dan dalam banyak aplikasi kurang efisien daripada turbocharger, supercharger adalah sebuah kompresor
yang bekerja secara mekanis, digerakan puli crankshaft dengan bantuan tali pengerak belt driven. Pada Gambar 2.8 ditampilkan bentuk turbocharger.
Gambar 2.8 Tubocharger
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu semakin bertambah pula jumlah populasi manusia di bumi, maka dengan demikian kebutuhan energi akan semakin
bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut maka dibutuhkan juga pengembangan teknologi yang lebih efisien seiring
semakin terbatasnya sumber energi yang tersedia di alam. Peningkatan jumlah penduduk dan tingginya ketergantungan masyarakat semakin
memperparah kondisi tersebut. Pertambahan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas
industri yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak.
Harga minyak dunia yang bersumber dari fosil saat ini sangat tinggi, sementara itu cadangan minyak bumi di Indonesia semakin menipis, yang
diperkirakan ketersediaannya sebanyak 86,9 milyar barel. Jumlah tersebut diperkirakan hanya akan dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri selama
23 tahun ke depan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005. Keadaan ini menjadikan pengembangan diversifikasi energi termasuk bioenergi
merupakan prioritas utama yang harus dilakukan demi terjaganya energy security. Kebutuhan minyak solar secara nasional dari tahun ke tahun terus
meningkat berturut-turut dari 15,84 milyar liter tahun 1995, 21,39 milyar liter tahun 2000, 27,05 milyar liter tahun 2005 dan diproyeksikan
menjadi 34,71 milyar liter pada tahun 2010. Impor solar meningkat dari 5 miliar liter pada tahun 1999 menjadi 8 miliar liter pada tahun 2001
Soerawidjaja, 2006, dan pada tahun 2007 menjadi 10,7 miliar liter Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006. Akibat dari ketergantungan terhadap
minyak bumi sebagai bahan bakar, dampaknya sangat dirasakan oleh Pemerintah Indonesia, apalagi setelah harga bahan bakar minyak mentah
Universitas Sumatera Utara