5
yang salah untuk suatu jabatan akan berdampak pada efisiensi, produktivitas, dan dapat merusak moral kerja pegawai yang bersangkutan dan orang-orang di sekitarnya
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara. Untuk itu
penulis mengambil judul penelitian :
“Implementasi Kebijakan dalam Pengadaan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah Studi pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana Implementasi Kebijakan dalam Pengadaan Sumber Daya Aparatur
Pemerintah Daerah pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara?”
I.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah mempunyai jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam upaya melakukan pengadaan pegawai di instansi-instansi pemerintah di Kabupaten Padang Lawas Utara.
Universitas Sumatera Utara
6
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengadaan calon pegawai negeri sipil pada
Kantor Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Padang Lawas Utara.
I.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara ilmiah
Untuk menambah pengetahuan dan informasi serta bahan referensi untuk penelitian berikutnya.
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang ada.
3. Manfaat secara akademis sebagai tahap dalam mengembangkan kemampuan berfikir
ilmiah dan sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu Departemen Ilmu Administrasi Negara.
I.5 Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus terlebih dahulu
menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Singarimbun, 1995:25,
teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan
antar konsep.
1.5.1 Kebijakan Publik
1.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Universitas Sumatera Utara
7
James E. Anderson 1979:3 mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun disadari bahwa kebijakan
publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor pemerintah dari luar pemerintah. Kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan
pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang pendidikan, politik, ekonomi, pertanian, industri, pertahanan, dan sebagainya.
Kebijakan publik menurut Thomas Dye 1981:1 adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan. Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut
mengandung makna bahwa 1 kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta 2 kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau
tidak dilakukan oleh badan pemerintah. 1.5.1.2 Pendekatan dalam Studi Kebijakan Publik
Dalam studi kebijakan publik terdapat dua pendekatan, yakni : pertama dikenal dengan istilah analisis kebijakan, dan kedua kebijakan publik politik Hughes, 1994: 145.
Pada pendekatan pertama, studi analisis kebijakan lebih terfokus pada pembuatan keputusan dan penetapan kebijakan dengan menggunakan model-model statistik dan matematika yang
canggih. Sedangkan pada pendekatan kedua, lebih menekankan pada hasil dan outcome dari kebijakan publik daripada penggunaan metode statistik, dengan melihat interaksi politik
sebagai faktor penentu, dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lingkungan.
Pada pendekatan pertama, pendekatan kuantitatif digunakan dalam pembuatan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil benar-benar rasional menurut
pertimbangan untung rugi. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang memberikan manfaat bersih paling optimal.
Universitas Sumatera Utara
8
1.5.1.3 Proses Kebijakan Publik Proses analisis kebijakan publik menurut William N. Dunn adalah serangkaian
aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Dalam penyusunan agenda kebijakan ada tiga kegiatan yang perlu dilakukan yakni;
1 Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-benar dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi suatu gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu
dianggap masalah, tetapi oleh sebagian masyarakat yang lain atau elite politik bukan dainggap sebagai masalah; 2 Membuat batasan masalah; dan 3 Memobilisasi dukungan
agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah. Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat,
dan kekuatan-kekuatan politik, publikasi melalui media massa dan sebagainya. Pada tahap formulasi dan legimitasi kebijakan, analisis kebijakan perlu
mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan,
membangun dukungan dan melakukan negoisasi, sehingga sampai pada sebuah kebijakan yang dipilih.
Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Pada tahap ini perlu dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksana kebijakan. Dalam proses implementasi
sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
9
Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan. Hasil
evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil.
1.5.2. Implementasi Kebijakan
1.5.2.1 Pengertian implementasi Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan
atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya pasal-pasal sebuah undang-undang legislatif, pengeluaran
sebuah peraturan eksekutif, pelolosan keputusan pengadilan, atau keluarnya standar peraturan dan konsekuensi dari kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek
kehidupannya. Jika kebijakan diambil secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi, jika proses implementasi tidak tepat.
Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno 2005:102 mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi
publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan- keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dlam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar
dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. 1.5.2.2 Model-model Implementasi Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
10
A. Model George C. Edwards III 1980
Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: 1 komunikasi, 2 sumberdaya, 3 disposisi, dan 4 struktur birokrasi.
Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. 1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus
ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi. Apabila tujuan dan sasaran sautu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. 2. Sumberdaya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secar jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan
berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk
implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
3. Disposisi Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti
komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
Universitas Sumatera Utara
11
4. Struktur Birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standar standard
operating procedures atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.
B. Model Merilee S. Grindle 1980
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle 1980 dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Variabel isi kebijakan ini
mencakup : 1 Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan; 2 Jenis manfaat yang diterima oleh target group; 3 Sejauhmana perubahan
yang diinginkan dari sebuah kebijakan; 4 Apakah letak sebuah program sudah tepat; 5 Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; dan 6 Apakah
sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup : 1 Seberapa besar kekuasaan,
kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; 2 Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; 3 Tingkat kepatuhan
dan responsivitas kelompok sasaran. C.
Model Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1983
Menurut Mazmanian dan Sabatier 1983, ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni : 1 Karakteristik dari masalah 2 Karakteristik
kebijakanundang-undnag 3 Variabel lingkungan.
1.5.3 Sumber Daya Aparatur
Universitas Sumatera Utara
12
1.5.3.1 Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia SDM merupakan modal dasar dalam proses pembangunan
nasional, oleh karena itu maka kualitas SDM senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan supaya tercapai tujuan yang diharapkan. Hal ini bertujuan agar organisasi dapat mengelola
sumber daya manusia yang baik, sehingga diperoleh tenaga kerja yang benar-benar diandalkan dalam mencapai sasaran. Selain itu aktivitas manajemen sumber daya manusia
dapat di lihat dari dua aspek yaitu, aspek kualitas dan aspek kuantitas. Aspek kualitas mencakup sumber daya manusia baik secara fisik maupun non fisik dan juga meliputi
kecerdasan mental dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan aspek kuantitas mencakup jumlah sumber daya manusia yang tersedia.
Sumber Daya Manusia yang besar hanya akan berguna dan bermanfaat bilamana mereka benar-benar dapat mengabdikan dirinya dan berkarya besar untuk mengisi perjuangan
kemerdekaan dengan pembangunan. 1.5.3.2 Pengertian Sumber Daya Aparatur
Secara umum aparatur dapat diartikan sebagai alat “negara” namun ada juga yang beranggapan bahwa aparatur diartikan sebagai “pegawai negeri” yang mengandung
pengertian sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pada pasal 1 ayat 2 berbunyi :
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pengertian sumber daya aparatur menurut Badudu dan Sutan dalam kamus umum Bahasa Indonesia, adalah terdiri dari kata sumber yaitu, tempat asal dari mana sesuatu datang,
daya yaitu usaha untuk meningkatkan kemampuan, sedangkan aparatur yaitu pegawai yang
Universitas Sumatera Utara
13
bekerja di pemerintahan. Jadi, sumber daya aparatur adalah kemampuan yang dimiliki oleh pegawai untuk melakukan sesuatu Badudu dan Sutan, 1996.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa sumber daya aparatur merupakan sesuatu yang dimiliki seorang pegawai yang berkemampuan untuk melakukan pekerjaan yang telah
dibebankan kepadanya. Sumber daya aparatur merupakan faktor penting untuk meningkatkan kinerja suatu pemerintahan. Untuk itu sumber daya aparatur perlu dikelola melalui pemberian
pendidikan dan pelatihan yang diterapkan oleh pemerintah, untuk mengembangkan sumber daya aparatur.
1.5.3.3 Proses Pengadaan Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah
. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah proses kegiatan untuk mengisi formasi yang
lowong. Lowongan formasi dalam suatu satuan organisasi Negara pada umumnya disebabkan oleh 2 dua yaitu, adanya Pegawai Negeri Sipil yang
berhenti atau adanya perluasan organisasi. Karena pengadaan Pegawai Negeri Sipil ini adalah untuk keperluan, baik dalam arti
jumlah, maupun dalam arti mutu. Kebijakan pengadaan PNS ini diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2013 tentang Pengadaan Pegawai Negeri sipil.
- Proses pengadaan pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan:
a Pengidentifikasian kebutuhan untuk melakukan pengadaan;
b Mengindentifikasi persyaratan kerja;
c Menetapkan sumber-sumber kandidat;
d Menyeleksi kandidat;
e Memberitahukan hasilnya kepada para kandidat; dan
f Menunjuk kandidat yang lolos seleksi.
Universitas Sumatera Utara
14
Instansi yang menetapkan jumlah pegawai yang direkrut, yaitu Badan Kepegawaian Negara dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Menpan karena terkait
dengan anggaran yang masih menanggung semua gaji PNS. Sedangkan instansi yang berwenang melakukan rekrutmen pada pemerintah pusat adalah birobagian kepegawaian dari
masing-masing instansi, sedang di daerah yang bertanggung jawab adalah Badan Kepegawaian Derah BKD.
1.5.3.4 Manajemen Sumber Daya Aparatur Manajemen sumber daya aparatur adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi
pengadaan, pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi pemerintahan. Manajemen sumber daya aparatur juga
menyangkut cara-cara mendesain sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenaga kerjaan.
Kemudian dapat dikatakan lebih lanjut, proses yang digunakan dalam pengadaan
sumber daya aparatur yakni dengan proses rekrutmenpenarikan pegawai. Rekrutmenpenarikan pegawai adalah proses untuk mendapatkan orang yang tepat b
agi suatu jabatan tertentu, sehingga orang tersebut mampu bekerja secara
optimal dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rekrutmen merupakan serangkaian aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang di perlukan guna
menutupi kekurangan yang di identifikasi dalam perencanaan kepegawaian. Rekrutmen dapat juga dilakukan untuk menambah pegawai baru ke dalam suatu satuan kerja yang kegiatannya
semakin menuntut aktivitas yang tinggi. Mengingat sangat pentingnya proses rekrutmenpenarikan bagi organisasi
Universitas Sumatera Utara
15
Pemerintahan diharapkan dengan adanya proses rekrutmen yang baik dan efektif berdampak bagi perkembangan organisasi kedepannya untuk memperoleh sumberdaya manus
ia yang berkuliatas. Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil PNS Aparatur Sipil Negara di negara manapun
mempunyai tiga peran yang serupa. Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNSASN sangat
diperlukan. Kedua, melakukan fungsi manajemen pelayanan publik. Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang
diberikan PNSASN. Apabila tujuan utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten
dan pemerintah kota, maka PNSASN pada daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelola pemerintahan.
Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat
dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Dalam hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-
fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini.
1.5.4 Pengertian Pemerintah Daerah Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dengan demikian peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam rangka
melaksanakan otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
16
Selain itu, peran pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil pemerintah di daerah
otonom yaitu untuk melakukan:
1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah kewenangan
pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu untuk dilaksanakan; dan
3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah kepada
daerah danatau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
1.5.5 Badan Kepegawaian Daerah
Badan ini dibentuk setelah pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999. Badan ini yang mengurusi administrasi kepegawaian pemerintah daerah baik di pemerintah daerah
kabupatenkota maupun pemerintah daerah provinsi. Hampir sebagian besar BKD hanya di tingkat kabupatenkota sedangkan di tingkat provinsi banyak yang masih menggunakan biro
yakni Biro Kepegawaian.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan kewenangan mengatur kepegawaian mulai dari rekrutmen sampai dengan pensiun
berada di kabupatenkota. Pembentukan BKD pada umumnya didasarkan pada Peraturan Daerah masing-masing. Sebelum pelaksanaan otonomi daerah semua urusan kepegawaian
Universitas Sumatera Utara
17
berada di pemerintah pusat adapun yang ada di daerah hanya sebagai pelaksana administrasi kepegawaian dari kebijakan pemerintah pusat.
1.6 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menjabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Melalui konsep, dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
1. Menurut Robert Eyestone Kebijakan publik dapat didefinsikan sebagai
hubungan suatu unit pemerintah dengan
lingkungannya. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai democratic governance, dimana didalamnya terdapat
interaksi negara dengan rakyatnya dalam rangka mengatasi persoalan publik. 2.
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan. Tahap ini menentukan apakah kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah benar-benar aplikabel di lapangan dan berhasil menghasilkan output dan outcomes seperti yang direncanakan. Untuk dapat mewujudkan output dan outcomes
yang ditetapkan, maka kebijakan publik perlu diimplementasikan. Dalam pandangan George III menjelaskan bahwasanya implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu: -
Komunikasi -
Sumber Daya -
Disposisi -
Struktur Birokrasi 3.
Sumber Daya Aparatur adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang
Universitas Sumatera Utara
18
berbasis teknologi misalnya komputer dan internet. Oleh karena itu, sumber daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintahan dalam me- wujudkan pegawai yang profesional dalam melakukan pekerjaan.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Selain itu, peran pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan desentralisasi, dekonsentrasi,
dan tugas pembantuan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom. 5.
Badan Kepegawaian Daerah merupakan badan yang mengurusi adminis- trasi kepegawaian pemerintah daerah baik di pemerintah daerah kabupatenkota
maupun pemerintah daerah provinsi.
Universitas Sumatera Utara
19
1.7 Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN