2.6 Ukuran Perusahaan SIZE
Ukuran perusahaan SIZE sebagai alasan bahwa investor menanamkan modalnya dengan mempertimbangkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar atau kecilnya
suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan
dengan operasinya Ismail, 2004 dalam Triwulandari, 2013. Ukuran perusahaan menurut Ibrahim 2008, merupakan suatu skala
pengklasifikasian besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aktiva, total penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain. Adapun
menurut Hartono 2000 dalam Ulfa 2011, besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktivabesar harta perusahaan dengan menggunakan
perhitungan logaritma total aktiva. Jadi berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya
perusahaan yang dapat diukur melalui total asset, total penjualan, dan kapitalisasi pasar.
Ukuran perusahaan pada dasarnya terbagi menjadi tiga yaitu, perusahaan besar, perusahaan sedang, dan perusahaan kecil. Pengukuran ini didasarkan pada total
asset perusahaan. Karena biasanya perusahaan yang besar memiliki aktiva yang besar juga dan ini akan mencerminkan bahwa perusahaan tersebut mampu
menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Selain itu juga dapat memberikan kepastian untuk prospek masa depan perusahaan bagi
investor dalam memprediksi risiko yang akan terjadi jika berinvestasi.
Umumnya perusahaan yang berukuran besar tentunya dapat menarik investor untuk menanamkan investasi karena dianggap dapat mengelola saham dengan
baik sehingga mampu memberikan return yang diharapkan oleh investor. Sebagaimana dikemukakan oleh Lauterbach dan Vaninsky 1999 dalam Ulfa
2011, bahwa perusahaan yang mempunyai ukuran besar SIZE secara khas mempunyai net income yang lebih besar daripada perusahaan dengan ukuran
kecil. Kemampuan net income yang lebih besar diharapkan memberikan laba yang superior bagi pemilik perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa ukuran
perusahaan yang besar akan dapat memberikan return yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
2.7 Return on Asset ROA
Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan, salah satunya adalah Return On Asset ROA. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana aktiva yang
dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba yang nantinya akan mempengaruhi peningkatan harga saham.
Menurut Kasmir 2014, return on investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. Return on investment juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu, return on
investment menujukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kurang
baik dalam pengelolaan seluruh kegiatan operasi perusahaan, demikian pula sebaliknya.
2.8 Earning per Share EPS
Salah satu ukuran profitabilitas yang sering dikutip dari laporan keuangan adalah laba per lembar saham earning per share. Menurut Indra 2006, Earning per
Share EPS menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. EPS adalah rasio profitabilitas dari laba
bersih yang tersedia bagi pemegang saham terhadap jumlah saham yang beredar.
Earning per Share EPS menurut Weygant, et al 2010 dalam Ulfa 2011 berguna untuk menunjukkan laba bersih yang dihasilkan oleh setiap lembar biasa
yang beredar di pasar. Sedangkan menurut Suardana 2009, Earning per Share EPS adalah perbandingan antara laba setelah pajak dan saham yang beredar.
Jadi dapat disimpulkan Earning per Share EPS adalah laba bersih yang akan diterima oleh pemegang saham dari setiap jumlah saham yang beredar.
Earning per Share EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas
keikutsertaannya dalam perusahaan. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap
korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. Laba merupakan alat ukur utama kinerja keuangan suatu perusahaan, karena itu
para pemodal seringkali memusatkan perhatian pada besarnya Earning per Share EPS dalam melakukan analisis saham. Semakin tinggi nilai Earning per Share
EPS tentu saja akan menyejahterahkan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.
Semakin meningkatnya jumlah Earning per Share EPS akan meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan dana ke dalam perusahaan, sehingga
harga saham akan meningkat. Meningkatnya harga saham akan berpengaruh terhadap meningkatnya total return yang diperoleh investor. Earning per Share
EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan Earning
per Share EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk
menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan jika laba yang diperoleh meningkat, kemungkinan dividen yang dibagikan akan meningkat,
sehingga permintaan akan saham pun naik. Hal ini yang menimbulkan peningkatan harga saham yang selanjutnya akan meningkatkan return saham
Suardana, 2009.
2.9 Penelitian Terdahulu
1. Yassin, et al 2015 dalam penelitian yang berjudul
βThe Relationship between Information Asymmetry and Stock Return in the Presence of
Accounting Conservatism β. Pengujian ini dilakukan terhadap 26
perusahaan yang terdaftar di Amman Stock Exchange ASE untuk periode 2006-2012 menggunakan analisis Seemingly Unrelated Regression SUR.
Variabel dependen penelitian ini adalah return saham, sedangkan variabel independennya adalah information asymmetry, trading volume, risk,