Tata Laksana Diabetes Mellitus DM

17 Tabel 2.3. Sifat Berbagai Sediaan Insulin Jenis Sediaan Bufer Mula Kerja Puncak Masa Kerja Kombinasi dengan Kerja cepat Regular soluble kristal - 0,1-0,7 1,5-4 5-8 Semua jenis Lispro Fosfat 0,25 0,5-1,5 2-5 Lente Kerja sedang NPH Isophan Fosfat 1-2 6-12 18-24 Regular Lente Asetat 1-2 6-12 18-24 Semilente Kerja panjang Protamin zinc Fosfat asetat 4-6 14-20 24-36 Regular Ultralente - 4-6 16-18 20-36 - Glargin - 2-5 5-24 18-24 - Sumber: Syarif A, et al, Fakmakologi dan Terapi, Edisi 5, 2012 Terdapat lima golongan antidiabetik oral ADO di Indonesia yaitu, golongan sulfonilurea, meglitinid, biguanid, penghambat α-glikosidase, dan tiazolidinedion. Kelima golongan tersebut diberikan kepada pasien DM Tipe 2 yang sudah tidak dapat dikontrol dengan diet dan latihan fisik saja. 17 Tabel 2.4. Beberapa Contoh Antidiabetik Orat dan Karakteristiknya ADO Cara kerja utama Efek samping utama Reduksi HbA1C Keuntungan Kerugian Sulfonilurea contoh: Glibenklamid Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia 1-2 Sangat efektif BB , hipoglikemia Penghambat glukoneogenesis contoh: Metformin Menekan produksi glukosa hati menambah sensitifitas terhadap insulin Dispepsia, diare, asidosis laktat 1-2 Tidak ada kaitan dengan BB Kontraindikas i pada insufisiensi renal -glukosidase inhibitor contoh: Acarbose Menghambat absorpsi glukosa Flatulens, tinja lembek 0,5- 0,8 Tidak ada kaitan dengan BB Mahal Sumber: Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia 2011. PERKENI, telah diolah kembali. 18

2.1.2. Streptozotosin STZ

Streptozotosin STZ merupakan analog glukosa toksik yang dapat menimbulkan diabetes Streptozotosin. STZ ditemukan pada tahun 1963 oleh Rakiten et al. dan menjadi pilihan utama sebagai agen analog glukosa toksik, menggantikan Alloxan yang ditemukan pada tahun 1838, oleh Wohler dan Liebig. 18,19 Keduanya memiliki mekanisme kerja yang identik, yaitu masuk melalui GLUT 2 dan menjadi toksik intraselular sel beta pankreas. Tabel 2.5. Perbandingan karakteristik kimiawi antara Alloxan dan STZ Alloxan STZ Nama kimia 2,4,5,6- Tetraoxypyrimidine; 2,4,5,6-pyrimidinetetrone 2-Deoxy-2- [methylnitrosoaminocarbonyl]amino- D-glucopyranose Struktur kimia Derivat pirimidin teroksidasi; Derivat asam barbiturat 5- ketobarbituric acid Cytotoxic methylnitrosourea moiety Nmethyl-N-nitrosourea menempel pada molekul glukosa 2-deoxyglucose; Derivat glukosamine Sifat kimiawi Sangat hidrofilik, analog glukosa toksik beta sel koefisien partisi –1.8; asam lemah Hidrofilik, analog glukosa toksik beta sel Secara kimiawi tidak stabil waktu paruh 1.5 menit pada pH 7.4 dan suhu 37 o C, Terurai menjadi asam alloxanic; Stabil pada pH asam Relatif stabil pada pH 7.4 dan suhu 37 o C setidaknya sampai dengan 1 jam Reaktivitas Reagen Thiol yang terreduksi menjadi asam dialuik karena keberadaan GSH dan thiol yang lain Agen alkilasi DNA Protoxin; metabolisme intraselular dari xenobiotiknya menghasilkan toksik ROS melalui siklus redoks dengan asam dialurik untuk periode yang lama 1 jam Agen alkilasi protein Mode Toksisitas Pembentukan ROS Alkilasi DNA Sumber: Lanzen S. Diabetolgia 2008, telah diolah kembali. STZ mampumemiliki selektivitas terhadap sel beta pankreas dikarenakan afinitasnya terhadap GLUT 2, meskipun lemah. Hal ini dibuktikan dengan sebuah 19 percobaan yang menujukkan bahwa sel beta pankreas yang tidak memiliki GLUT 2, bersifat resisten terhadap STZ. 20, 21, 22 Selain toksik terhadap pankreas, STZ juga toksik terhadap ginjal dan hati. Sebab ginjal dan hati juga memiliki GLUT 2 di permukaan membrannya. 23, 24 STZ merupakan analog nitrosurea yang tersusun atas bagian N-methyl-N- nitrosourea MNU yang berikatan dengan rantai karbon kedua heksosa. MNU adalah agen alkilasi DNA. Transfer gugus metil dari STZ ke molekul DNA mengakibatkan kerusakan DNA dan menimbulkan fragmentasi DNA. 25 Glikosilasi protein adalah faktor tambahan yang menyebabkan kerusakan DNA. 26 Sebagai bentuk usaha sel beta pankreas dalam memperbaiki DNA, terjadilah over stimulasi dari poli ADP-ribosa polimerase PARP sehingga terjadi penurunan kadar NAD + yang berdampak pada penurunan cadangan ATP intraselular. 27 Habisnya cadangan ATP intraselular mengakibatkan terjadinya nekrosis sel. Hipotesis alternatif dari proses alkilasi DNA adalah potensi STZ sebagai donor NO intraselular. 28 MNU memilki gugus nitroso yang mampu membebaskan NO. Namun mekanisme utama STZ tetaplah sebagai agen alkilasi DNA, dan bukan sebagai donor NO. Sebab pembebasan gugus NO bukanlah merupakan mekanisme toksik dari agen-agen alkilasi DNA. 29 Akibat kerusakan DNA yang terjadi, timbul berbagai gangguan dalam transpor dan metabolisme glukosa. 30 Akibat kadar NAD + yang mengalami kemerosotan tajam, terjadilah inhibisi biosintesis dan sekresi insulin. Terjadinya inhibisi biosintesis dan sekresi insulin, lama kelamaan akan menimbulkan terjadinya inhibisi glukosa dan asam amino yang menginduksi sekresi insulin, sehingga terjadi disfungsi enzim mitokondria yang berakhir pada kerusakan genom mitokndria. 31 Terdapat perbedaan fase yang ditimbulkan oleh STZ dan aloksan. Dimana STZ hanya mengalami satu kali fase hipoglikemia. STZ mengalami 3 fase, yaitu: 32 20  Fase II : Muncul satu jam dan hilang dalam dua sampai empat jam paskainjeksi. Pada fase ini terjadi destruksi sel beta malalui mekanisme- mekanisme yang sudah dijelaskan sebelumnya. Diantaranya terjadinya vakuolisasi intraselular, dilatasi RE kasar dan oedema mitokondria. Sehingga terjadilah penurunan produksi dan sekresi insulin hipoinsulinemia  Fase III : Muncul empat sampai delapan jam pasca injeksi. Terjadi hiperinsulinemia, akibat adanya granula sekretori yang diinduksi toksin dan ruptur membran sel beta. Kondisi hiperinsulinemia ini menimbulkan kondisi hipoglikemia hingga masuk ke tahap starvation.  Fase IV : terjadi pada dua belas sampai empat puluh delapan jam paskainjeksi. Sudah tidak ada sel beta pankreas yang masih intak. Kemudian debris-debris sel akan dimakan oleh nonactivated scavenger macrophage. Gambar 2.7. Tetrafasik Aloksan dan Trifasik STZ Sumber: Lanzen S. Diabetolgia 2008

Dokumen yang terkait

Uji Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii (Nees & T.Nees) Blume)) dan Madu Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan

6 82 105

Efek ekstrak kayu manis “cinnamomum cassia” terhadap kadar glukosa darah, berat badan dan trigliserida pada tikus jantan strain sparague dawley yang diinduksi aloksan

2 13 69

Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 3 69

Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, serta HDL Tikus Diabetes (Sprague dawley) yang Diinduksi Aloksan

2 25 65

Efek ekstrak kayu manis (cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain sprague dawley yang diinduksi aloksan

0 6 64

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

0 17 87

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 5 69

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Low Density Lipoprotein pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

1 18 71

Efek Ekstrak Kulit Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kolestrol Tikus yang Diinduksi Streptozotosin(STZ)

1 15 66

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Low Density Lipoprotein pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

0 17 71