Patofisiologi dan Komplikasi Diabetes Mellitus DM

14 timbulnya penyakit klaudikasi intermiten, gangren, stroke, infark miokardium, dan lain-lain, sebagai kompilkasi makrovaskular DM. 14

2.1.1.5. Manifestasi Klinis

Gejala khas dari DM adalah 3P yaitu polidipsia, poliuria, dan polifagia.Pada defisiensi insulin terjadi peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati yang menyebabkan kondisi hiperglikemia. Ketika kadar glukosa darah melebihi kemampuan sel tubulus melakukan reabsorpsi maka glukosa akan keluar melalui urin glukosuria. Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik sehingga dapat menarik air yang menyebabkan volume urin meningkat poliuria. Besarnya cairan yang keluar membuat tubuh melakukan kompensasi melalui rasa haus yang berlebihan polidipsia. Selain terjadi peningkatan pengeluaran glukosa oleh sel hati, defisiensi insulin juga menyebabkan menurunnya penyerapan glukosa oleh sel sehingga menyebabkan defisiensi glukosa intrasel. Pada defisiensi glukosa intrasel, nafsu makan meningkat sehingga terjadi polifagia asupan makanan berlebihan. Namun, meskipun asupan makanan bertambah terjadi penurunan berat badan akibat efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein. 15

2.1.1.6. Kriteria Diagnosis

Untuk mendiagnosis DM dapat ditentukan dengan adanya gejala klasik DM, yaitu poliuri, polidipsi, dan polifagi ditambah dengan kadar glukosa plasma sewaktu ≥ β00 mgdL 11,1 mmolL atau gejala klasik DM ditambah dengan glukosa plasma puasa ≥1β6mgdL 7,0 mmolL atau glukosa plasma β jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral TTGO ≥ β00 mgdL 11,1 mmolL. TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air. 15 Menurut American Heart Associationtahun 2012 melakukan perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan, dan meningkatkan aktivitas fisik dapat 15 menurunkan progresivitas DM tipe II dan mengontrol DM tipe I. Hal tersebut dikarenakan perubahan gaya hidup dapat meminimalisir faktor risiko seperti hipertensi dan dislipidemia. 16 Gambar 2.6. Langkah- Langkah Diagnosis DM Sumber: Perkeni, 2011

2.1.1.7. Tata Laksana

Terdapat 6 prinsip penatalaksanaan DM yaitu rencana diet, latihan dan pengaturan aktivitas fisik, obat-obatan hipoglikemik oral, terapi insulin, pengawasan 16 glukosa di rumah, pengetahuan tentang DM dan perawatan diri. Pengetahuan tentang DM sangat penting dilakukan melalui proses edukasi. Dengan pengetahuan yang memadai mengenai penyakitnya, pasien mampu menumbuhkan kesadaran untuk bersabar dan tekun dalam menjalani serangkaian proses penatalaksanaan dalam jangka waktu lama, guna mencapai kondisi metabolik yang stabil dan optimal. 14 Pada pasien DM Tipe 1 dan ketoasidosis diabetik, insulin adalah terapi yang paling utama dipilih. Preparat insulin didapat dari hasil ekstraksi pankreas babi atau sapi yang memiliki susunan asam amino berbada dari insulin manusia. Meskipun berbeda struktur biokimiawinya, namun aktivitas biologiknya tetap sama, hanya menimbulkan perbedaan imunologik. Normalnya sekresi insulin ke vena porta sekitar 40µg 1 unit per jam, untuk mencapai kadar 2-4 ngmL dalam sirkulasi portal dan 0,5 ngmL dalam sirkulasi perifer. Setelah makan, insulin di sirkulasi portal akan meningkat tajam kadarnya, namun di perifer peningkatannya sedikit lebih rendah. Pemberian terapi insulin pada pasien DM Tipe 1, adalah mencapai keadaan fisiologis seperti yang sebelumnya dipaparkan. Namun sukar karena penyuntikan insulin dilakukan secara subkutan sehingga tidak maksimal mencapai sirkulasi portal. 17 Target utama dari kerja insulin adalah hepar, adiposit, dan otot. Tidak hanya untuk pasien DM Tipe 1 saja, beberapa jenis juga digunakan untuk DM Tipe 2. Selain secara subkutan, insulin juga dapat diberikan secara intavena dan intramuskular. Preparat insulin dibedakan berdasarkan lama waktu kerjanya. Dosis dan konsentrasi insulin dinyatakan dalam unit U. Standar internasional yang berlaku sekarang adalah kombinasi bovine dan porcine insulin dengan kadar 24 Umg. Preparat human insulin yang homogen mengandung 25 dan 30 Umg. Preparat komensal insulin, rata- rata dipasarkan dalam bentuk solusio atau suspensi dengan kadar 100 UmL, atau sekitar 3,6 mg insulin per mililiter. 17

Dokumen yang terkait

Uji Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii (Nees & T.Nees) Blume)) dan Madu Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan

6 82 105

Efek ekstrak kayu manis “cinnamomum cassia” terhadap kadar glukosa darah, berat badan dan trigliserida pada tikus jantan strain sparague dawley yang diinduksi aloksan

2 13 69

Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 3 69

Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, serta HDL Tikus Diabetes (Sprague dawley) yang Diinduksi Aloksan

2 25 65

Efek ekstrak kayu manis (cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain sprague dawley yang diinduksi aloksan

0 6 64

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

0 17 87

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 5 69

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Low Density Lipoprotein pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

1 18 71

Efek Ekstrak Kulit Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kolestrol Tikus yang Diinduksi Streptozotosin(STZ)

1 15 66

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Low Density Lipoprotein pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

0 17 71