BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit hepatitis kronik merupakan penyakit yang melibatkan proses destruksi yang progresif dan regenerasi dari parenkim hati yang diawali dengan
fibrosis hati yang sering berlanjut pada sirosis hati dan hepatoselular karsinoma. Fibrosis hati terjadi akibat kerusakan kronik pada hati yang dihubungkan dengan
akumulasi yang berlebih-lebihan dari matriks ekstraselular MES protein. Penyebab utama fibrosis hati antara lain adalah infeksi kronik dari virus B dan C,
peminum alkohol, autoimun, penyakit kolestasis dan non alkoholik steatohepatitis NASH. Akumulasi dari MES protein akan merusak arsitektur
hati dengan terbentuknya jaringan ikat fibrous dan mengakibatkan berkembangnya nodul. Bila nodul sudah terbentuk maka keadaan ini disebut
sirosis. Fibrosis hati digambarkan sebagai suatu respon penyembuhan luka terhadap jejas hati kronik. Deteksi dan penentuan stadium fibrosis hati adalah
proses yang penting dalam manajemen pasien dengan penyakit hepatitis kronik. Sejak diketahui bahwa fibrosis sebagai problem utama yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada penyakit hepatitis kronik, penentuan derajat fibrosis sangat diperlukan untuk memberikan pengobatan dini
dan benar. Biopsi hati sebagai metode invasif masih sebagai baku emas dalam menegakkan diagnosis derajat fibrosis. Kesulitan yang dihadapi adalah gambaran
klinis sering tidak selalu sesuai dengan gambaran derajat fibrosis dan tidak semua penderita bersedia untuk dibiopsi. Selain itu, limitasi pada biopsi dapat dijumpai
dengan adanya variasi hasil biopsi intra- dan inter-observer serta adanya kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel sampling
error. Juga dijumpai kesulitan dalam mendapatkan jumlah sampel yang sama untuk tiap-tiap kelompok derajat fibrosis Czaja, 2010, Grigorescu, 2010.
Karena begitu banyak hambatan yang dialami dengan metode invasif ini, banyak penelitian yang mencoba mendiagnosis derajat fibrosis hati dengan
menggunakan metode yang non-invasif.
Universitas Sumatera Utara
Banyak usaha yang telah dilakukan dalam pengembangan model prediktif non-invasif yang berkorelasi dengan stadium fibrosis dalam beberapa tahun
belakangan ini. Saat ini telah ditemukan sebuah alat untuk menilai derajat fibrosis hati dengan tehnik non-invasif. Tehnik ini dikenal dengan nama Ultrasound
Elastography, yang secara komersil dikenal sebagai Fibroscan. Tehnik imaging terbaru Fibsroscan ini telah menunjukkan keunggulannya dalam menentukan
derajat fibrosis hati dengan tingkat akurasi yang tinggi. Namun biaya pemeriksaan dengan alat ini mahal dan sulit dijangkau sebagai tes rutin pada
kebanyakan unit klinik di seluruh dunia. Alat ini dapat lebih sensitif menentukan stadium fibrosis hati dengan mengukur kekakuan hati yang dihubungkan dengan
derajat fibrosis dalam satuan kiloPascals kPa. Fibrosis hati diukur oleh Fibroscan secara signifikan sesuai dengan derajat fibrosis hati. Akurasi
diagnostik Fibroscan lebih tinggi dibandingkan dengan penanda biokimia untuk menilai derajat fibrosis hati. Keuntungan Fibroscan adalah cepat, tidak ada rasa
sakit dan kesalahan interpretasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan biopsi hati Kwang, et al., 2010.
Hepatitis B kronik merupakan penyebab infeksius tersering pada penyakit hepatitis kronik di dunia. Model prediktif didesain secara khusus untuk pasien
hepatitis B kronik telah dimintakan oleh Shanghai Liver Fibrosis roup SLFG, Hui et al. dan Mohamadnejad et al. Namun sedikit dari model-model yang telah
disebutkan di atas yang diimplementasikan dan divalidasikan secara luas pada praktikal klinis Leroy, et al., 2007, Lai, et al., 2003, Zeng, et al., 2005.
Sebelumnya sudah ada penelitian mengenai hubungan antara derajat fibrosis hati dengan King’s Score dibandingkan dengan fibroscan pada penderita
penyakit hepatitis C kronik Timothy, et al., 2009. Oleh karena itu penulis ingin menilai korelasi antara derajat fibrosis hati dengan model yang simple dan
non-invasif dalam memprediksi fibrosis hati pada pasien dengan infeksi virus hepatitis B kronik berdasar pada King’s score dan membandingkannya dengan
fibroscan untuk penyediaan referensi dalam hal pengenalan model prediktif non- invasif dalam manajemen klinikal pada pasien dengan infeksi kronik virus
hepatitis B.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan masalah
Apakah King’s Score dapat memprediksi derajat fibrosis hati secara akurat pada pasien penyakit hepatitis B kronik.
1.3 Hipotesis
King’s Score dapat memprediksi derajat fibrosis hati secara akurat pada pasien penyakit hepatitis B kronik.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk menilai akurasi King’s Score dalam memprediksi derajat fibrosis hati pada pasien penyakit hepatitis B kronik.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Untuk menilai akurasi model sederhana dan nonivasif yang berisikan petanda laboratorium rutin dalam memprediksi derajat
fibrosis hati pada pasien penyakit hepatitis B kronik dengan tujuan untuk mengoptimalisasi manajemen klinis.
1.5.2. Mengevaluasi adanya persamaan hasil dari kombinasi dua metode nonivasif King’s Score dan Fibroscan dalam memprediksi
derajat fibrosis hati pada pasien penyakit hepatitis B kronik. 1.5.3. Mengurangi keperluan tes-tes yang kompleks dan pengeluaran
biaya ekstra. 1.5.4. Mengurangi tingkat keperluan biopsi hati dalam menilai adanya
fibrosis dan sirosis pada pasien penyakit hepatitis B kronik.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Kerangka Konseptual
Infeksi Hepatitis Virus B, peminum alkohol, autoimun,
penyakit kolestasis dan NASH Orang Sehat
Hepatitis Akut
Hepatitis Kronis Fibrosis Hati
King’s Score
Non-significant fibrosis F0-F1
Significant fibrosis F2-F3
Sirosis Hati F4
Fibroscan
F0-F1 F2-F3
F4
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA