Teknik kerja Kromatografi Lapisan Tipis

dilihat dengan mata. Sedangkan, yang termasuk fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

2.5.1.1 Teknik kerja Kromatografi Lapisan Tipis

Teknik kerja Kromatografi Lapisan Tipis, yaitu: 11 a. Preparasi plat lapisan tipis Plat yang digunakan untuk kromatografi lapisan tipis adalah kaca. Sedangkan, lapisan tipis yang dapat digunakan sebagai adsorben adalah silica gel, alumina, diatomaceous earth, dan bubuk selulosa. Namun, bahan – bahan lain seperti sephadex, resin, atau anorganik juga digunakan untuk tujuan tertentu. Lapisan tipis sebagai adsorben yang sering digunakan adalah silica gel, karena memiliki sifat asam dan memiliki kapasitas tinggi yang berguna untuk adsorbsi dan pemisahan zat dalam kromatografi. b. Penotolan standard dan sampel Plat yang telah dipreparasi dapat ditotolkan dengan pipa kapiler. Pipa kapiler berisi standard ditotolkan di sisi kiri plat dan pipa kapiler berisi sampel ditotolkan di sisi kanan plat. c. Elusi Elusi merupakan pemutusan ikatan antara senyawa organik yang terdapat pada sampel dengan bahan adsorben. Untuk memutus ikatan ini, maka dibutuhkan suatu larutan yang disebut eluent. Eluent yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi sampel yang digunakan. Eluent yang digunakan untuk mengelusi senyawa nitrosamine adalah Chloroform – Dichloromethan dengan perbandingan volume Universitas Sumatera Utara 9 : 1. 28 Eluent yang diletakkan dalam suatu bejana kromatografi akan berinteraksi dengan plat yang telah ditotolkan sampel, sehingga terjadi elusi. Elusi ini akan menyebabkan senyawa organik bergerak ke atas. d. Fiksasi Fiksasi merupakan penyemprotan plat dengan senyawa kimia tertentu setelah dilakukan elusi. Fiksasi ini berguna sebagai media identifikasi noda komponen tertentu pada plat dengan menggunakan sinar ultra violet. Reagent yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa nitrosamine adalah reagent Diphenylamine – Palladium Chloride dengan perbandingan volume 5 : 1. 29 e. Pendeteksian noda Pendeteksian noda merupakan proses identifikasi untuk melihat apakah terdapat noda atau tidak, letak noda, dan warna noda pada plat lapisan tipis saat disinari dengan sinar ultraviolet. Warna noda yang terbentuk pada senyawa nitrosamine yang telah difiksasi dengan reagent Diphenylamine – Palladium Chloride kemudian disinari dengan sinar ultra violet gelombang pendek adalah violet. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Lama kebiasaan menyuntil, lama paparan menyuntil, frekuensi menyuntil, dan komposisi tambahan dalam menyuntil yang digunakan antara setiap orang berbeda. Kondisi yang menunjukkan lamanya seseorang melakukan kebiasaan menyuntil dimulai dari waktu pertama kali sampai saat penelitian dilakukan tahun dinamakan lama kebiasaan menyuntil. 3 Lama paparan setiap kali menyuntil adalah kondisi yang menunjukkan berapa menit seseorang menyuntil dan bahan tembakau berkontak dengan bagian mukosa mulut dalam satu kali menyuntil. 3 Frekuensi menyuntil adalah kondisi yang menunjukkan berapa kali seseorang menyuntil dalam satu hari. 3 Komposisi tambahan dalam menyuntil adalah beberapa bahan atau ramuan yang ditambahkan dalam komposisi dasar menyuntil, yang terdiri dari: kemiri, cengkeh, kayu manis, gula, dan sebagainya. 13 Komposisi menyuntil yang terdiri dari tembakau dan buah pinang mengandung beberapa senyawa berjenis nitrosamine yang karsinogenik. 6,7-9 Aktivitas menyuntil akan menyebabkan saliva terstimulus dan terjadi reaksi nitrosasi di dalam mulut dan di dalam tubuh. Nitrosasi ini merupakan proses pemasukan gugus nitro yang berasal dari komposisi tembakau dan buah pinang ke dalam molelul – molekul saliva, seperti nitrit, kemudian interaksi ini akan membentuk senyawa nitrosamine. 6 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Menyirih Dan Menyuntil Dengan Derajat Atrisi Dan Abrasi Gigi Pada Perempuan Penyirih/Penyuntil Suku Karo Di Pancur Batu

14 146 105

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

1 56 139

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Mekanisme Koping pada Perempuan Suku Karo yang Mengalami Infertilitas di Kabanjahe Kec. Kabanjahe Kab. Karo

3 43 125

Mekanisme Koping pada Perempuan Suku Karo yang Mengalami Infertilitas di Kabanjahe Kec. Kabanjahe Kab. Karo

0 0 16

Mekanisme Koping pada Perempuan Suku Karo yang Mengalami Infertilitas di Kabanjahe Kec. Kabanjahe Kab. Karo

0 0 2

Mekanisme Koping pada Perempuan Suku Karo yang Mengalami Infertilitas di Kabanjahe Kec. Kabanjahe Kab. Karo

0 0 10

Mekanisme Koping pada Perempuan Suku Karo yang Mengalami Infertilitas di Kabanjahe Kec. Kabanjahe Kab. Karo

0 1 31

Mekanisme Koping pada Perempuan Suku Karo yang Mengalami Infertilitas di Kabanjahe Kec. Kabanjahe Kab. Karo

0 0 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Menyirih dan Menyuntil - Hubungan Kebiasaan Menyirih Dan Menyuntil Dengan Derajat Atrisi Dan Abrasi Gigi Pada Perempuan Penyirih/Penyuntil Suku Karo Di Pancur Batu

0 0 19