PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VB SD NEGERI 6 METRO BARAT

(1)

PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN SISWA KELAS VB SD NEGERI 6 METRO BARAT

Oleh

JURUS SETIAWAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa dengan menerapkan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas (clasroom action reaserch) dengan siklus berdaur ulang yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan tes pada setiap siklus. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 66,67, siklus II sebesar 71,43, dan siklus III sebesar 83,33. Dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,07% dan siklus II ke siklus III sebesar 0,17%. Demikian pula dengan nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa pada siklus I sebesar 63,56, siklus II sebesar 70,30, dan siklus III sebesar 77,21. Dengan peningkatan dari siklus I ke silklus II sebesar 0,11%, sedangkan dari siklus II ke siklus III sebesar 0,10%.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Jurus Setiawan dilahirkan di Pekon Sukananti, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat, sebagai anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Ramalsyah dan Ibu Rohayati.

Riwayat pendidikan peneliti diawali di SD Negeri Tanjung Raya lulus pada tahun 2000. Setelah itu, peneliti melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Way Tenong dan lulus pada tahun 2003. Pada jenjang SLTA peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Way Tenong lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 peneliti resmi terdaftar sebagai mahasiswa S1 PGSD FKIP Unila.


(7)

Dengan mengucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin sebagai rasa syukur dan dengan penuh kerendahan hati karya ini kupersembahkan untuk:

1. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mendidikku dengan penuh kasih sayang, ketulusan doa, teladan, dan air mata demi mengantarkanku menggapai masa depan yang gemilang.

2. Istriku tercinta, yang tiada henti-hentinya memberikan cinta kasih yang tulus, doa, serta motivasi dan harapan yang mampu meyakinkanku bahwa aku bisa. 3. Putriku kecilku tercinta, yang menjadi semangat dan kekuatanku.

4. Ayah dan Ibu mertua serta adik iparku yang selalu mendukung dengan nasihat dan motivasi yang tiada henti.

5. Nenek tercinta, kakak-kakakku tersayang, para keponakan, serta keluarga besarku yang selalu memberi nasihat, motivasi, dan doa.


(8)

MOTO

Ilmu itu ada di tulisan, bukan di hati

(Imam Syafi’i)

Hidup itu bagaikan bersepeda, jika anda

tak ingin terjatuh maka teruslah bergerak

(Albert Enstein)

Usaha tanpa doa itu sombong, doa tanpa usaha itu bohong,

kesuksesan yang berkah akan membawamu pada kebahagiaan


(9)

x Bismillaahirrahamaanirrahiim

Tiada untaian kata yang terindah selain ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Penerapan Model PAIKEM

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Pemahaman

Siswa Kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat.

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung serta jajaran stafnya yang telah memfasilitasi dan memberi kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung serta jajaran stafnya yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.


(10)

xi 3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Kepala UPP PGSD Unila Metro yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan nasihat yang sangat bermanfaat serta memberi kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang selalu

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan nasihat yang sangat bermanfaat serta memberi kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi dan nasihat yang sangat bermanfaat hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan nasihat dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini. 9. Bapak Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia

yang sempat membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan nasihat untuk terus menjadi lebih baik.

10. Bapak Jamaluddin, S.Pd.I., selaku Kepala SD Negeri 6 Metro Barat yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan kemudahan mendapatkan data pendukung kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

xii selama melaksanakan penelitian.

12. Seluruh dosen, staf administrasi, dan karyawan FKIP Unila. Teman-teman, kakak, dan adik tingkat PGSD angkatan 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, terima kasih atas kerja samanya.

13. Seluruh dewan guru, staf administrasi, dan karyawan di SD Negeri 6 Metro Barat yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti.

14. Siswa-siswa SD Negeri 6 Metro Barat yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

15. Keponakanku tersayang, Dody Anggara, Yoga Ade Saputra, Inka Dinia Reti, dan Muhammad Isnain Abdillah, serta keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa.

16. Sahabat-sahabatku, Ashari, Teguh, Ihsan, Karmawan, Edi Marta, Siti, Nia, dan Vinantika, terima kasih atas kebersamaan, motivasi dan doanya.

17. Teristimewa buat sahabatku Zahrial Yudha Prawira dan Karmin yang selalu membantu dan mendukungku dengan tulus dan ikhlas selama ini.

18. Sahabat-sahabat seperjuangan serta para pembina yang tergabung dalam Racana Ki Hajardewantara-R.A. Kartini pangkalan PGSD UPP Metro, Kak Tanto, Teguh, Yudha, Yuli, Maulinda, Anjar, Rois, Asrul, Rohani, dan Rani. Terima kasih atas kebersamaan, doa, dan dukungan kalian.

19. Seluruh staf pengajar bimbingan belajar Ganesha Operation Lampung yang telah memberikan doa, dukungan, dan pengalaman yang telah kalian berikan.


(12)

xiii Semoga Allah SWT melimpahkan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa sekripsi ini mungkin masih ada kekurangan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan perkembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar. Amin.

Metro, 17 Desember 2014 Peneliti,


(13)

xiv

Halaman

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GRAFIK vii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah . ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2. 1 Model Pembelajaran ... 10

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 10

2.1.2 Jenis-jenis Model Pembelajaran ... 12

2. 2 Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) ... 13

2.2.1 Karakteristik PAIKEM ... 14

2.2.2 Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Implementasi PAIKEM ... 15

2.2.3 Langkah-langkah PAIKEM ... 17

2. 3 Penjabaran PAIKEM ... 21

2.3.1 Pembelajaran Aktif ... 21

2.3.2 Pembelajaran Inovatif ... 23

2.3.3 Pembelajaran Kreatif ... 24

2.3.4 Pembelajaran Efektif ... 24

2.3.5 Pembelajaran Menyenangkan ... 25

2. 4 Kreteria Keberadaan PAIKEM dalam Pembelajaran ... 26

2. 5 Belajar ... 26

2.5.1 Pengertian Belajar ... 26

2.5.2 Prinsip Belajar ... 27

2.5.3 Tujuan Belajar ... 29

2.5.4 Aktivitas Belajar ... 30

2. 6 Keterampilan Membaca ... 31

2.6.1 Pengertian Membaca ... 31


(14)

xv

2.6.3 Jenis-jenis Membaca ... 33

2. 7 Membaca Pemahaman ... 34

2.7.1 Ciri-ciri Membaca Pemahaman ... 35

2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman 36 2.7.3 Teknik Penilaian Membaca Pemahaman ... 37

2.7.4 Langkah-langkah Membaca Pemahaman dengan Model PAIKEM ... 38

2.7.5 Aspek yang Dinilai dalam Membaca Pemahaman ... 39

2. 8 Pembelajan Membaca di Sekolah Dasar ... 40

2. 9 Hipotesi Tindakan ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 SettingPenelitian ... 42

3.2.1 Tempat Penelitian ... 42

3.2.2 Waktu Penelitian ... 43

3.2.3 Siklus Penelitian ... 43

3.3 Subjek Penelitian ... 43

3.4 Faktor yang Diteliti ... 43

3.5 Sumber Data ... 44

3.6 Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 44

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.6.2 Alat Pengumpulan Data ... 45

3.7 Analisis Data ... 45

3.7.1 Analisis Aktivitas Siswa ... 46

3.7.2 Analisis Keterampilan Membaca Pemahaman ... 47

3.7.3 Analisis Evaluasi Pembelajaran Siswa ... 49

3.7.4 Analisis Kinerja Guru ... 51

3.8 Urutan Tindakan ... 52

3.8.1 Siklus I ... 52

3.8.2 Siklus II ... 55

3.8.3 Siklus III ... 56

3.9 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Profil SD Negeri 6 Metro Barat ... 59

4.1.2 Deskripsi Awal ... 62

4.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 63

4.2.1 Siklus I ... 63

4.2.2 Siklus II ... 74

4.2.3 Siklus III ... 85

4.3 Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I, II, dan III ... 94

4.3.1 Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran .. 94


(15)

xvi

dengan Menggunakan Model PAIKEM ... 100

4.4 Pembahasan ... 102

4.4.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 102

4.4.2 Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 104

4.4.3 Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa dengan Menerapkan Model PAIKEM ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 108

5.2 Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kategori keaktifan siswa berdasarkan perolehan nilai ... 47

3.2 Nilai tiap aspek keterampilan membaca pemahaman ... 48

3.3 Kategori tingkat ketuntasan keterampilan membaca pemahaman ... 49

3.4 Kategori penilaian ... 51

3.5 Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai ... 52

4.1 Daftar tenaga pendidik dan kependidikan SD Negeri 6 Metro Barat tahun 2012/2013 ... 60

4.2 Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I... 69

4.3 Kinerja guru dalam pembelajaran siklus I ... 70

4.4 Evaluasi pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model PAIKEM siklus I ... 71

4.5 Keterampilan membaca pemahaman dengan menerapkan model PAIKEM siklus I ... 72

4.6 Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II ... 80

4.7 Kinerja guru dalam pembaleajaran siklus II... 81

4.8 Evaluasi pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model PAIKEM siklus II ... 82

4.9 Keterampilan membaca pemahaman dengan menerapkan model PAIKEM siklus II ... 83

4.10 Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus III ... 90

4.11 Kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus III... 91

4.12 Evaluasi pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan model PAIKEM siklus III ... 92

4.13 Keterampilan membaca pemahaman dengan menerapkan model PAIKEM siklus III ... 93

4.14 Rekapitulasi aktivitas siswa pada siklus I, II, dan III ... 95

4.15 Rekapitulasi kinerja guru dalam pembelajaran siklus I, II, dan III ... 97

4.16 Rekapitulasi hasil evaluasi pembelajaran membaca pemahaman siswa siklus I, II, dan III ... 99 4.17 Rekapitulasi keterampilan membaca pemahaman siswa siklus I, II, dan III 100


(17)

xix

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 113

2. Surat Izin Penelitian Dekan FKIP Unila ... 114

3. Keterangan Penelitian dari Dekan FKIP Unila ... 115

4. Surat Izin Penelitian dari SD Negeri 6 Metro Barat ... 116

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 117

6. Surat Keterangan Penelitian dari SD Negeri 6 Metro Barat ... 118

7. Pemetaan/analisis SK-KD Siklus I Pertemuan 1 ... 119

8. Pemetaan/analisis SK-KD Siklus I Pertemuan 2 ... 120

9. Pemetaan/analisis SK-KD Siklus II Pertemuan 1 ... 121

10. Pemetaan/analisis SK-KD Siklus II Pertemuan 2 ... 122

11. Pemetaan/analisis SK-KD Siklus III Pertemuan 1 ... 123

12. Pemetaan/analisis SK-KD Siklus III Pertemuan 2 ... 125

13. Silabus Bahasa Indonesia Siklus I Pertemuan 1 ... 127

14. Silabus Bahasa Indonesia Siklus I Pertemuan 2 ... 130

15. Silabus Bahasa Indonesia Siklus II Pertemuan 1 ... 132

16. Silabus Bahasa Indonesia Siklus II Pertemuan 2 ... 135

17. Silabus Bahasa Indonesia Siklus III Pertemuan 1... 138

18. Silabus Bahasa Indonesia Siklus III Pertemuan 2 ... 141

19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1 ... 144

20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2 ... 148

21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 1 ... 152

22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2 ... 156

23. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III Pertemuan 1 ... 161

24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III Pertemuan 2 ... 164

25. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1... 168

26. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2... 169

27. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1... 170

28. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2... 171


(18)

xx

29. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III

Pertemuan 1... 172

30. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2... 173

31. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 174

32. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 176

33. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 178

34. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 180

35. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ... 182

36. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ... 184

37. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1... 186

38. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2... 187

39. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1... 188

40. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2... 189

41. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1... 190

42. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2... 191

43. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ... 192

44. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ... 193

45. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III ... 194

46. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 195

47. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Membaca Pemahaman Siklus I ... 196

48. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Membaca Pemahaman Siklus II... 197

49. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Membaca Pemahaman Siklus III ... 198

50. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Membaca Pemahaman Siklus I, II, dan III ... 199

51. Analisis Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 200

52. Analisis Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 201

53. Analisis Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus II Pertemuan 1 . 202 54. Analisis Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus II Pertemuan 2 . 203 55. Analisis Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus III Pertemuan 1 204 56. Analisis Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus III Pertemuan 2 205 57. Rekapitulasi Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus I ... 206

58. Rekapitulasi Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus II ... 207

59. Rekapitulasi Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus III ... 208

60. Rekapitulasi Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Siklus I, II, dan III 209 61. Lembar Evaluasi Pembelajaran ... 210

62. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 220

63. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 222


(19)

xxi

Pertemuan 2 ... 226

66. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 228

67. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2 ... 230

68. Tabel Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I ... 231

69. Tabel Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus II ... 232

70. Tabel Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus II ... 233

71. Tabel Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I, II, dan III .... 234

72. Dokumentasi SD Negeri 6 Metro Barat ... 235

73. Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 236

74. Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 237

75. Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 238

76. Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 239

77. Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 240


(20)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Rekapitulasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I, II, dan III ... 96 4.2 Rekapitulasi kinerja guru dalam pembelajaran siklus I, II, dan III ... 98 4.3 Rekaptulasi hasil evaluasi pembelajaran membaca pemahaman siswa dalam

pembelajaran siklus I, II, dan III ... 100 4.4 Rekapitulasi keterampilan membaca pemahaman siswa dalam pembelajaran


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbahasa pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut menurut Solchan (2008: 1.32-1.33) diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan memahami dan menggunakan keterampilan tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam proses komunikasi.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca sangat penting dikuasai oleh siswa karena tidak hanya digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi juga pada mata pelajaran lainnya.

Aktivitas membaca menurut Djamarah (2002:41) adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau perguruan tinggi. Bahkan ia juga menyatakan bahwa jika belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju pintu ilmu pengetahuan tersebut. Dengan kata lain untuk mendapatkan ilmu pengetahuan


(22)

2

tidak ada jalan lain yang harus ditempuh kecuali dengan memperbanyak membaca.

Membaca pada hakikatnya bukan sekadar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Artinya, dalam membaca seseorang dituntut untuk kritis memahami isi yang terkandung di dalam bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk memahami. Oleh karena itulah Tampubolon dalam Asnawi (2010: www.pustakaskripsi.com) mengungkapkan bahwa membaca pemahaman merupakan keterampilan yang harus dibina dan dikembangkan secara bertahap di sekolah.

Dalam rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa Indonesia keterampilan membaca dan memahami isi bacaan sudah dimulai sejak kelas I hingga kelas VI Sekolah Dasar (SD).Selain itu keterampilan membaca tidak hanya digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, melainkan pada semua mata pelajaran. Hal tersebut menunjukkan pentingnya penguasaan keterampilan membaca dan memahami isi bacaan di SD. Namun demikian menurut Safe’i(dalam Rahim 2005: 2) proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi.

Untuk mewujudkan tercapainya keterampilan membaca pemahaman di sekolah dibutuhkan suatu pembelajaran yang ideal sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 (Redaksi Sinar Grafika, 2009: 181) bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan


(23)

pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Mengacu pada PP No. 19 tahun 2005 tersebut, Dalhari (2010: pengawasgk.wordpress.com) menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran ideal harus terjadi pembelajaran yang Interaktif dan Inspiratif (I2), serta Menyenangkan, Menantang, dan Memotivasi (M3) siswa untuk berpartisipasi aktif (student centered).

Ismail (2009: 52) menyatakan bahwa pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu siswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun pembelajaran tidak sepenuhnya berpusat pada siswa, tetapi pada hakikatnya siswalah yang harus belajar.

Lebih lanjut Dalhari (2010: pengawasgk.wordpress.com) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat, bakat, motivasi, dan tingkat kecerdasan (intelegency) seorang siswa. Sedangkan faktor eksternal antara lain metode, model, strategi pembelajaran, dan lingkungan.

Uraian-uraian di atas menggambarkan bagaimana seharusnya pelaksanaan pembelajaran yang ideal di sekolah agar dapat membuat siswa belajar dan mencapai tujuan belajarnya secara optimal. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain faktor internal yang meliputi minat, bakat,


(24)

4

motivasi dan tingkat intelegensi, serta faktor eksternal antara lain metode, model, strategi pembelajaran dan lingkungan. Jika kedua faktor tersebut dapat berjalan dengan baik, maka aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa akan meningkat. Namun pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran di sekolah bertolak belakang dengan pembelajaran yang diharapankan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas VB SD N 6 Metro Barat pada tanggal 5 Januari 2013 diperoleh keterangan bahwa aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa masih rendah. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari antara lain 1) banyak di antara siswa yang hanya berdiam diri tanpa memperhatikan materi yang sedang diajarkan, 2) sebagian siswa mengobrol dengan siswa lain atau sibuk dengan kegiatannya sendiri, 3) siswa merasa ragu untuk menjawab ketika guru memberikan pertanyaan, 4) siswa tidak berani menanggapi pendapat dan pertanyaan siswa lain, dan 5) siswa tidak berani bertanya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya.

Aktivitas belajar yang rendah tersebut menyebabkan rendahnya keterampilaln membaca pemahaman siswa. Hal ini terindikasi dari banyak siswa yang tidak mampu memberikan jawaban dengan tepat ketika diberikan pertanyaan tentang isi teks yang telah dibaca lantaran tidak mengerti arah soal yang diberikan.

Rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa tersebut berdampak pula pada rendahnya hasil belajar siswa. Nilai rata-rata kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencapai 61, sedangkan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 71.


(25)

Faktor lain yang menyebabkan ketiga hal tersebut adalah suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, serta metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Akibatnya siswa merasa jenuh dan tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa tersebut, maka dibutuhkan suatu solusi yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa di SD Negeri 6 Metro Barat. Salah satu upaya yang tepat untuk mewujudkannya adalah dengan menerapkan model PAIKEM. PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Model PAIKEM sangat memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak ada unsur keterpaksaan di dalamnya. Artinya, jika minat dan motivasi siswa telah tumbuh, maka siswa akan belajar dengan sendirinya.

Menurut Ismail (2009: 47) penerapan PAIKEM dalam pembelajaran diyakini dan telah terbukti memiliki dampak positif terhadap penguatan hasil belajar, kesan mendalam, dan memiliki daya tahan lama dalam memori siswa terhadap pengetahuan yang telah diterima. Selain itu penerapan PAIKEM dengan sendirinya akan semakin memotivasi guru untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalismenya. Jadi penerapan PAIKEM dalam pembelajaran memiliki manfaat ganda baik bagi siswa maupun bagi guru yang menerapkannya.


(26)

6

Untuk mengetahui keefektifan model PAIKEM dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa memahami teks bacaan, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diberi judul Penerapan Model PAIKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah dapat diidentifikasi sebagai beikut.

1. Aktivitas belajar siswa rendah.

2. Banyak di antara siswa yang hanya berdiam diri tanpa memperhatikan materi yang sedang diajarkan.

3. Sebagian siswa mengobrol dengan siswa lain atau sibuk dengan kegiatannya sendiri.

4. Siswa merasa ragu untuk menjawab ketika guru memberikan pertanyaan. 5. Siswa tidak berani menanggapi pendapat dan pertanyaan siswa lain. 6. Keterampilaln membaca pemahaman siswa rendah.

7. Banyak siswa yang tidak mampu memberikan jawaban dengan tepat ketika diberikan pertanyaan tentang isi teks yang telah dibaca.

8. Siswa tidak mengerti arah soal yang diberikan. 9. Hasil belajar siswa rendah.

10. Nilai rata-rata kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencapai 61, sedangkan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 71.


(27)

11. Suasana belajar kurang menyenangkan sehingga menyebabkan kejenuhan dan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran.

12. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran dalam penyampaian materi.

13. Metode pembelajaran kurang bervariasi.

1.3 Rumusan Masalah

Untuk memberikan arah penelitian yang jelas dan operasional berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitan ini sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimanakah penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat?

1.3.2 Bagaimanakah penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1.4.1 Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat dengan menerapkan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).


(28)

8

1.4.2 Untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat dengan menerapkan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Siswa

Siswa merasa nyaman dalam pembelajaran karena dengan model PAIKEM ini siswa tidak merasa dipaksa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melainkan dengan tanpa sadar menemukan sendiri sehingga aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat.

1.5.2 Bagi Guru

Memperkaya pengetahuan tentang model PAIKEM yang mampu meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa serta dapat mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelasnya. Selain itu, dapat meningkatkan prfesionalisme guru.

1.5.3 Bagi Sekolah

Dengan meningkatnya kemampuan guru dalam pembelajaran akan menghasilkan siswa-siswa berprestasi dan akan meningkatkan prestasi sekolah.

1.5.4 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang peningkatan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa melalui model


(29)

PAIKEM dan menjadi bekal untuk mengajar kelak setelah berprofesi sebagai pendidik dan sebagai salah satu syarat terselesaikannya studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(30)

10

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Pada dasarnya model dapat diartikan sebagai contoh atau tiruan suatu benda. Sebagaimana tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia selanjutnya ditulis KBBI (2007: 751) bahwa kata model dapat diartikan pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pendidikan kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik. Demikian pula para ahli, mereka memiliki pemaknaan sendiri tentang istilah tersebut. Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2010: 133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (program pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Lebih rinci Arends (dalam Suprijono, 2010: 46) menjelaskan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan


(31)

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolan kelas.

Model-model pembelajaran yang telah ditemukan oleh para ahli dapat diubah, diuji kembali, dikembangkan, dan selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan (Rusman, 2010: 131). Model pembelajaran dapat dijadikan pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran (Suprijono, 2010: 46).

Rusman (2010: 136) menyatakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Model pembelajaran berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

2. Memiliki misi dan tujuan pendidikan tertentu.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.

4. Memiliki bagian-bagian yang dinamakan: 1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); 2) adanya prinsip-prinsip reaksi; 3) sistem sosial; dan 4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: 1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; dan 2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.


(32)

12

2.1.2 Jenis-jenis Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2013: 46-54) model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran langsung dan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran langsung mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat secara aktif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sedangkan model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok yang dipimpin atau diarahkan oleh guru.

Rusman (2010: 136-143) menjelaskan bahwa secara garis besar model pembelajaran terbagi menjadi empat macam yaitu model interaksi sosial (didasari oleh teori belajar Gestalt), pemrosesan informasi (teori belajar kognitif Gagne), model personal (teori humanistik), dan modifikasi tingkah laku (teori behavioralistik). Keempat model tersebut merupakan akar dari berbagai model pembelajaran yang ada saat ini. Rusman (2010: 321-322) juga menjelaskan bahwa selain model pembelajaran yang telah disebutkan juga terdapat model pembelajaran PAKEM yang merupakan penerjemahan dari empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO. Empat pilar pendidikan tersebut antara lain learning to know, learning to do, learning to be, danlearning to life together.

Dari uraian di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa PAKEM (diperbaharui istilah dan kandungannya menjadi PAIKEM) merupakan model pembalajaran yang bersumber dari berbagai teori belajar yang


(33)

dikembangkan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tertuang dalam empat pilar pendidikan UNESCO.

2.2 Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenang-kan (PAIKEM)

Istilah PAIKEM adalah sesuatu yang sudah tidak asing di dalam dunia pendidikan di Indonesia. PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Ismail, 2009: 46). Sebelum PAIKEM istilah yang sering digunakan adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Selain istilah pembelajaran dengan sebutan PAKEM, muncul pula sebutan PAIKEM Gembrot di daerah Jawa Tengah yang mempunyai kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira, dan Berbobot (Ambarjaya, 2008: 51). Namun demikian PAIKEM adalah istilah yang paling familiar dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini.

Menurut Syah dan Kariadinata (2009: 1) PAIKEM dapat digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pembelajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru.

Menurut Ramadhan (2008: tarmizi.wordpress.com) secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut.


(34)

14

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.

4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Pengertian model pembelajaran dan PAIKEM pada urain di atas jika digabungkan, maka didapat pengertian bahwa model PAIKEM ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dari persiapan, pelaksanaan, hingga akhir kegiatan agar siswa aktif, kreatif, dan memiliki motivasi di dalam dirinya sebagai dampak dari situasi belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

2.2.1 Karakteristik PAIKEM

Setiap pendekatan, model, atupun metode memiliki karakteristik masing-masing sebagaimana disebutkan oleh Syah dan Kariadinata (2009 : 3-4) bahwa PAIKEM memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) berpusat pada siswa (student-centered); 2) belajar yang menyenangkan (joyfull learning);

3) belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning);

4) belajar secara tuntas (mastery learning);

5) belajar secara berkesinambungan (continuous learning); dan 6) belajar sesuai dengan kekinian dan kedisinian (contextual


(35)

Lepiyanto, dkk. (2011: duniagil.wordpress.com) menyebutkan bahwa PAIKEM, memiliki 4 ciri yaitu mengalami, komunikasi, interaksi, dan refleksi. Sejalan dengan pendapat tersebut Rusman (2010: 327), menyatakan apabila dalam pembelajaran terdapat empat aspek yaitu komunikasi, interaksi, pengalaman, dan refleksi, maka kreteria PAIKEM terpenuhi.

Mengalami dimaksud adalah kegiatan-kegiatan belajar yang benar-benar dilaksanakan siswa seperti mengamati, mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Komunikasi dapat dilihat dengan adanya kegiatan menyampaikan informasi atau gagasan dan memajang hasil kerja. Interaksi dalam PAIKEM antara lain bertanya jawab dan berdiskusi. Sedangkan refleksi diprakarsai oleh guru dengan meberikan umpan balik berupa pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan siswa mengungkapkan ide masing-masing. Jadi berdasarkan pendapat tersebut dalam pelaksanaan PAIKEM keempat aktivitas tersebut yaitu mengalami, komunikasi, interaksi, dan refleksi harus muncul dan berjalan dengan baik.

2.2.2 Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Implementasi PAIKEM

PAIKEM akan berjalan dengan baik bila guru memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tersebut. Menurut Syah & Kariadinata (2009: 612) dalam melaksanakan PAIKEM guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.


(36)

16

1) Memahami sikap yang dimiliki siswa, tujuannya agar guru mudah dalam menyampaikan materi.

2) Memahami perkembangan kecerdasan siswa, dalam hal ini guru harus menyesuaikan penyajian materi dengan perkembangan siswa. 3) Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar, guru

dapat mengatur kegiatan belajar yang memungkinkan siswa untuk saling bertukar pikiran.

4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah, caranya yaitu dengan membimbing cara berpikir siswa menggunakan pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi jika…”.

5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik, guru dapat memodifikasi ruangan dengan berbagai formasi atau menghias ruangan agar siswa merasa betah dan nyaman untuk belajar.

6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7) Memberikan umpan balik, guru hendaknya lebih banyak mengungkapkan aspek positif dari setiap perilaku siswa dengan bahasa yang santun.


(37)

8) Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental, sebagai contoh kegiatan bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental.

Kesimpulannya, seorang guru wajib mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan PAIKEM sebelum melaksanakannya. Hal-hal tersebut antara lain memahami sikap, perkembangan kecerdasan, serta perilaku siswa. Selain itu, guru juga harus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, mengembangkan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik, mengembangkan lingkungan sebagai sumber belajar, memberikan umpan balik, dan juga membedakan antara aktif fisik dan mental.

2.2.3 Langkah-langkah PAIKEM

Penerapan PAIKEM dalam pembelajaran tidak memiliki sistematika yang dibakukan. Hal ini berdasarkan pada pendapat Ismail (2009: 57) bahwa penerapan PAIKEM memiliki sifat yang fleksibel dan dapat dimodifikasi sesuai karakteristik dan standar kompetensi yang ditetapkan.

Senada dengan pendapat tersebut Syah dan Kariadinata (2009: 1) menjelaskan bahwa PAIKEM dapat digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pembelajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.


(38)

18

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam penerapan PAIKEM langkah-langkah pembelajaran mengikuti langkah-langkah pada metode pembelajaran yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti memilih enam metode pembelajaran yang berbeda dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut.

a. Metode Catatan Terbimbing(Guide Note Taking)

Metode catatan terbimbing dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian siswa (Suprijono, 2009: 105). Langkah-langkah pembelajaran dengan metode catatan terbimbing adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran diawali dengan memberikan bahan ajar kepada siswa berupahandout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah.

2) Handouttersebut dikosongkan pada beberapa poin penting. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengosongkan istilah atau definisi dan beberapa kata kunci.

3) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar mereka tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.

4) Pada saat guru menjelaskan materi, siswa diminta mengisi bagian- bagian yang kosong tersebut.

5) Setelah penyampaian materi selesai, mintalah kepada siswa membacakanhandout-nya (Suprijono, 2009: 105).

b. MetodeMind Map

Metode ini digunakan untuk mengarahkan siswa kepada materi yang akan dipelajari. Langkah pembelajaran dengan metode Mind Mapantara lain sebagai berikut.


(39)

1) Guru menuliskan materi pokok yang akan disampaikan.

2) Dari materi pokok tersebut guru membuat cabang-cabang dan menuliskan submateri yang akan disamapikan.

3) Dengan mind map ini guru menjelaskan keseluruhan materi secara umum/singkat.

4) Setelah selesai, barulah guru menjelaskan materi secara runtut dan detail.

c. Metode Tongkat Berjalan(Talking Stick)

Pembelajaran dengan metodetalking stickmendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat (Suprijono, 2009: 109). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. 2) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi

tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. 3) Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. 4) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Tongkat tersebut diberikan kepada satu siswa.

5) Siswa bernyanyi bersama-sama ketika tongkat bergulir dari siswa satu ke siswa lainnya.

6) Siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru ketika lagu dihentikan.

7) Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya.

8) Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan (Suprijono, 2009: 108-109).

d. Metode Memberi Pertanyaan dan Mendapatkan Jawaban (Giving Questions and Getting Answer)

Metode giving question and getting answer dikembangan untuk melatih siswa memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan (Suprijono, 2009: 107). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.


(40)

20

1) Membagikan dua potongan kertas kepada siswa. Selanjutnya, mintalah kepada siswa menuliskan di kartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya.

2) Pembelajaran dimulai dengan memberikan pertanyaan. Pertanyaan bisa berasal dari siswa maupun guru. Jika pertanyaan berasal dari siswa, maka siswa tersebut diminta menyerahkan kartu yang bertuliskan "kartu bertanya".

3) Setelah pertanyaan diajukan, mintalah kepada siswa memberi jawaban. Setiap siswa yang hendak menjawab diwajibkan menyerahkan kartu yang bertuliskan "kartu menjawab". Perlu diingat, setiap siswa yang hendak menjawab maupun bertanya harus menyerahkan kartu-kartu itu kepada guru.

4) Jika sampai akhir sesi ada siswa yang masih memiliki kartu tersebut, maka mereka diminta membuat resume dari proses tanya jawab yang sudah berlangsung. Tentu keputusan ini harus disepakati di awal (Suprijono, 2009: 107-108).

e. Metode Tebak Pelajaran

Metode tebak pelajaran dikembangkan untuk menarik perhatian siswa selama mengikuti pe:mbelajaran (Suprijono, 2009: 111). Langkah- langkah pembelajarannya sebagai berikut.

1) Tulislah atau tayangkan melalui LCD Projector materi-materi yang akan disampaikan.

2) Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata-kata kunci apa saja yang diprediksi akan muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

3) Sampaikan materi pembelajaran secara interaktif.

4) Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.

5) Di akhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar (Suprijono, 2009: 111).

f. MetodeSnowball Drilling

Metode snowball drillingdikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan yang diperoleh siswa dari membaca bahan-bahan bacaan. Dalam penerapan metode snowball drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket soal-soal pilihan ganda (Suprijono,


(41)

2009: 105-106). Langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut.

1) Menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang siswa yang akan menjawab soal nomor 1.

2) Jika siswa yang mendapat giliran petama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka siswa itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab soal nomor berikutnya.

3) Jika siswa yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal, maka siswa itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga siswa tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu. 4) Jika pada gelindingan (putaran) pertama bola salju masih

terdapat soal yang belum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh siswa yang mendapat giliran.

5) Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelaiari siswa (Suprijono, 2009: 106).

2.3 Penjabaran PAIKEM 2.3.1 Pembelajaran Aktif

Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual siswa. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.

Menurut Taslimuharrom (dalam Syah dan Kariadinata, 2009: 14) sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung hal berikut.


(42)

22

1) Keterlekatan pada tugas (Commitment)

Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal).

2) Tanggung jawab (Responsibility)

Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.

3) Motivasi (Motivation)

Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri.

Guru juga perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang disajikan, dan menyesuaikannya dengan kemampuan dan karakteristik serta gaya belajar siswa. Untuk itulah Ismail (2009: 52) menyatakan bahwa sebagai konsekuensinya guru dituntut kaya metode mengajar sekaligus terampil menerapkannya, dan variatif dalam melaksanakannya.

Kesimpulan dari uraian di atas adalah pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang membuat siswa aktif bertanya, berpendapat dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar.


(43)

2.3.2 Pembelajaran Inovatif

Kata inovatif sering diartikan sesuatu yang baru, meskipun baru di sini bukan sesuatu yang ada dari tiada. Akan tetapi inovatif dapat pula diartikan sesuatu yang sudah ada, namun ditampilkan dalam bentuk yang berbeda. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point adalah beberapa contoh alternatif pembelajaran inovatif.

Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan), auditori (pendengaran), dan sebagian yang lain dengan cara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan, metode yang relevan, dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membangun proses pembelajaran inovatif.

Guru bertindak inovatif dalam hal menggunakan bahan/materi baru yang bermanfaat, menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru, memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah, dan lingkungan. Sedangkan siswa harus bertindak inovatif dengan cara mengikuti pembelajaran sesuai dengan aturan yang


(44)

24

berlaku dan berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan.

Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang ditampilkan dengan desain baru. Pembelajaran inovatif dicirikan dengan kreativitas guru dalam menampilkan berbagai media, materi, serta ragam strategi pembelajaran.

2.3.3 Pembelajaran Kreatif

Kreatif adalah suatu sikap yang mampu menciptakan sesuatu hal baik berupa benda ataupun suasana. Djamarah & Zain (2006: 77) menjelaskan kedudukan guru sebagai salah satu sumber belajar, berkewajiban menyediakan lingkungan kreatif untuk kegiatan belajar siswa di kelas. Lepiyanto, dkk. (2011: duniagil.wordpress.com) menjelaskan pembelajaran kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Kreativitas guru antara lain dengan menerapkan inovasi pembelajaran berupa metode-metode tertentu dan berbagai media pembelajaran yang relevan.

Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kreatif yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada.

2.3.4 Pembelajaran Efektif

Kata efektif dapat diartikan tepat guna atau tepat sasaran. Indrawati dan Setiawan (2009: 15) menyatakan yang dimaksud pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa


(45)

yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung seperti tercantum dalam tujuan pembelajaran.

Peneliti menyimpulkan bahwa pembeajaran efektif adalah kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan seluruh tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru.

2.3.5 Pembelajaran Menyenangkan

Setiap orang pasti membutuhkan suatu suasana yang kondusif dan menyenangkan di mana setiap orang berada baik untuk bekerja ataupun kegiatan lainnya seperti belajar dan sebagainya. Dave Meier (dalam Indrawati dan Setiawan, 2009: 16) memberikan pengertian menyenangkan sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Dalam pembelajaran menyenangkan ini guru dapat menghardirkan berbagai kreativitas seperti lagu-lagu atau permaian yang dapat menghadirkan kegembiraan dalam belajar. Namun suasana gembira di sini haruslah keadaan yang positif dan kondusif untuk belajar.

Piaget (dalam Resmini & Tatat, 2006: 177) menyatakan bahwa permainan (play) memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Ini berarti bahwa permainan dapat membantu siswa dalam belajar. Lebih spesifik Solchan (2008: 2.16) menjelaskan bahwa permainan atau kegiatan bermain dapat membantu siswa belajar bahasa.

Pembelajaran menyenangkan dalam PAIKEM harus dikontrol dengan keefektifan belajar. Sebab jika suasana menyenangkan saja


(46)

26

tanpa adanya efektivitas pencapaian materi, maka kegiatan pembelajaran tersebut hanya berupa kegiatan bermain saja.

Kesimpulan dari uraian di atas yaitu pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran dalam suasana gembira atau menyenangkan.

2.4 Kreteria Keberadaan PAIKEM dalam Pembelajaran

Setiap pembelajaran memiliki indikator tertentu yang harus dicapai agar pembelajaran tersebut dapat dikatakan terlaksana dan berhasil dengan baik. Ismail (2009: 53-54) menyebutkan kreteria ada tidaknya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dapat dilihat pada beberapa indikator berikut.

a. Pekerjaan siswa, diungkapkan dengan bahasa/kata-kata siswa sendiri. b. Kegiatan siswa, siswa banyak diberikan kesempatan untuk melakukan

atau mengalami sendiri.

c. Ruang kelas, terdapat pajangan hasil karya siswa dan alat peraga sederhana buatan guru dan siswa.

d. Penataan meja kursi, meja kursi tempat siswa dapat diatur secara fleksibel.

e. Suasana bebas, siswa memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan atau mengungkapkan pendapat.

f. Umpan balik guru, guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik agar siswa segera memperbaiki kesalahan.

g. Sudut baca, sudut kelas sangat baik bila diciptakan sudut baca untuk siswa.

h. Lingkungan sekitar, lingkungan sekitar dijadikan sebagai media pembelajaran.

2.5 Belajar

2.5.1 Pengertian Belajar

Ada banyak sekali pendapat yang menjelaskan tentang pengertian belajar baik secara sederhana maupun dengan sangat rinci.


(47)

Sebagaimana Gagne (dalam Slameto, 2003: 13) memberikan dua definisi, yaitu 1) belajar ialah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku, dan 2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh melalui interaksi.

Cronbach (dalam Suprijono 2010: 2) mengemukakan pengertian belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian Morgan (dalam Suprijono 2010: 3) menjelaskan pengertian belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Slameto (2003: 2) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut teori konstruktivisme (Sardiman, 2010; 38) belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si pebelajar membangun sendiri pengetahuannya.

Jadi, belajar dapat diartikan suatu kegiatan aktif yang dapat memberikan perubahan yang bermanfaat bagi diri si pebelajar sebagai hasil dari pengalamannya.

2.5.2 Prinsip Belajar

Tidak semua kegiatan memperoleh pengetahuan dapat dikategorikan sebagai kegiatan belajar, akan tetapi belajar itu memiliki prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2010: 4) antara lain belajar merupakan perubahan perilaku, belajar merupakan proses, dan belajar merupakan bentuk pengalaman.


(48)

28

a. Belajar adalah perubahan perilaku

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki beberapa ciri yang dapat diamati. Menurut Suprijono (2010: 4) ciri-cirinya antara lain 1) disadari, 2) berkesinambungan dengan perilaku lain, 3) bermanfaat, 4) positif, 5) sebagai usaha yang direncanakan dan dilaksanakan (aktif), 6) permanen atau tetap, 7) bertujuan dan terarah, serta 8) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kesimpulannya bahwa tidak semua perubahan perilaku adalah hasil kegiatan belajar, tetapi harus memenuhi syarat-syarat antara lain proses perubahan yang aktif dan disadari, serta perubahan itu bermanfaat, bertujuan, dan tidak bersifat sementara.

b. Belajar merupakan proses

Ilmu hanya didapat dengan cara belajar dan dalam belajar tersebut harus melalui rangkaian proses dari awal sampai mendapatkan ilmu tersebut. Jerome S. Bruner (dalam Syah, 2008: 109-110) berpendapat dalam proses belajar tersebut siswa menempuh tahap informasi (tahap penerimaan materi), transformasi (tahap pengubahan materi), dan evaluasi (tahap penilaian materi).

Peneliti menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud belajar merupakan proses adalah ketika seseorang mendapatkan suatu hasil belajar (perilaku atau pengetahuan lainnya) tidak dengan serta merta, akan tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu.


(49)

c. Belajar merupakan bentuk pengalaman

Pepatah mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman membuat seseorang mengerti tentang sesuatu hal. Menurut Suprijono (2010: 4) pengalaman pada dasarnya merupakan hasil dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Pengalaman inilah yang membuat seseorang mendapatkan sesuatu yang berharga dan dapat dimanfaatkan dalam hidupnya. Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan belajar apabila mengalami sendiri proses perubahan atau hasil belajar yang didapatnya.

2.5.3 Tujuan Belajar

Setiap orang memiliki tujuan tersendiri untuk apa ia belajar. Menurut Suprijono (2010: 5) tujuan belajar banyak dan sangat bervariasi, namun dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama tujuan belajar yang berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Tujuan yang berbentuk pengetahuan diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim disebutinstructional effect. Sedangkan tujuan yang kedua adalah sebagai hasil yang mengiringi tujuan belajar instruksional. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka, demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini disebut nurturant effect. Sardiman (2010: 26-28) merangkum dan meninjau secara umum tujuan belajar di atas menjadi 3 jenis tujuan belajar, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap.


(50)

30

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah belajar memiliki tujuan ganda yaitu tujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, serta hasil belajar yang berupa pembentukan sikap.

2.5.4 Aktivitas Belajar

Aktivitas berarti kegiatan. Dalam KBBI (2008: 32) aktivitas mempunyai arti kegiatan, keaktifan, dan kesibukan. Jadi aktivitas belajar dapat pula diartikan sebagai kegiatan belajar.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar bila tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi pembelajaran. Aktivitas belajar ialah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu berkait (Sardiman, 2010: 100).

Menurut Sriyono (dalam Yasa, 2008: ipotes.wordpress.com) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas ini terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Peneliti menyimpulkan pengertian aktivitas belajar yaitu seluruh kegiatan secara aktif baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh


(51)

siswa sehingga dapat memberikan perubahan yang bermanfaat sebagai hasil dari pengalamannya.

Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2001: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar siswa menjadi 8 kelompok, yaitu kegiatan visual, lisan (oral), mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional. Namun dalam berbagai penelitian, ada 3 aspek aktivitas siswa yang diamati. Aspek-aspek tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Aspek motivasi.

1. Semangat dan ketertarikan mengikuti pembelajaran.

2. Memperhatikan penjelasan guru dari awal sampai akhir pembelajaran.

3. Antusiasme yang tinggi.

4. Tidak mengobrol dan melakukan aktivitas lain yang mengganggu proses pembelajaran.

b. Aspek keaktifan. 1. Berani bertanya.

2. Berani mengemukakan pendapat. 3. Berani menjawab pertanyaan. 4. Mengerjakan tugas dari guru. c. Aspek kerja sama.

1. Bersedia membantu teman selama kegiatan pembelajaran. 2. Menghargai pendapat dan penjelasan teman.

3. Tidak mengganggu teman saat pembelajaran.

4. Tanggung jawab terhadap tugas kelompok (Hasbi, 2011: ghobro.com).

2.6 Keterampilan Membaca (reading skills) 2.6.1 Pengertian Membaca

Dari segi lilnguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Tarigan, 2008: 7).


(52)

32

Tarigan (2008: 8) menjelaskan bahwa membaca dapat dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat atau melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Senada dengan itu, Finochirio dan Bonomo (dalam Tarigan, 2008: 9) menyebutkanreading adalahbringing meaning to and getting meaning from printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan yang tertulis.

Pendapat-pendapat tersebut di atas diperkuat oleh Solchan (2008: 1.33) yang menyebutkan bahwa keterampilan membaca tidak hanya berkaitan dengan pemahaman simbol-simbol tertulis, tetapi juga memahami pesan atau makna yang disampaikan oleh peneliti.

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan mengartikan rangkaian tulisan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh informasi.

2.6.2 Tujuan Membaca

Seseorang yang sedang membaca memiliki tujuan yang berbeda dengan pembaca lainnya. Ada yang membaca untuk mendapatkan informasi terkini misalnya ketika seseorang membaca koran. Selain itu ada pula yang membaca hanya untuk hiburan misalnya membaca novel saat mengisi waktu luang. Namun Santosa, dkk. (2008: 6.4) menjelaskan bahwa pada umumnya tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.


(53)

Menurut Anderson (dalam Tarigan 2008: 10-11) beberapa tujuan umum dalam membaca adalah untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide utama, memahami urutan cerita, menyimpulkan, mengelompokkan, menilai atau membaca untuk mengevaluasi, membandingkan atau mempertentangkan.

Nurhadi (dalam Pandawa, dkk., 2009: 6) menyebutkan bahwa tujuan umum membaca adalah untuk mendapatkan informasi, memperoleh pemahaman, dan memperoleh kesenangan. Pendapat Nurhadi tersebut di atas diperkuat oleh Tarigan (dalam Solchan, 2008: 8.8) yang menyebutkan bahwa membaca di kelas tinggi bertujuan untuk melatih siswa dalam keterampilan yang bersifat pemahaman yang meliputi memahami pengertian sederhana, signifikansi/makna, evaluasi, dan kecepatan membaca yang fleksibel.

Dari uraian-uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan utama membaca adalah untuk memahami isi bacaan, memperoleh informasi, dan sebagai hiburan.

2.6.3 Jenis-jenis Membaca

Menurut pendapat para ahli membaca terbagi ke dalam beberapa jenis. Santosa (2008: 6.3) mengungkapkan pembagian membaca menjadi dua macam, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Tarigan (2008: 13) menyebutkan berdasarkan tujuannya membaca dibagi ke dalam dua kelompok yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca nyaring adalah aktivitas


(54)

34

yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang bersifat mekanis. Sedangkan membaca dalam hati bertujuan untuk pemahaman.

Selain itu, Abdurrahman (2003: 203) mengatakan bahwa pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas awal dan kelas tinggi. Pembelajaran membaca di SD dibagi menjadi dua jenis, yaitu membaca permulaan untuk kelas rendah dan membaca lanjut untuk kelas tinggi. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I SD dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran membaca lanjut di SD umumnya terjadi pada saat siswa telah duduk di kelas IV SD.

Mengacu pada pendapat Abdurrahman tersebut di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa membaca di SD terbagi menjadi dua kelompok yaitu membaca permulaan dan membaca tingkat lanjut. Membaca permulaan dilaksanakan di kelas-kelas awal. Sedangkan membaca tingkat lanjut dilaksanakan pada kelas-kelas tinggi. Dari dua jenis membaca tersebut peneliti memfokuskan penelitian pada membaca tingkat lanjut di kelas V yaitu membaca pemahaman.

2.7 Membaca Pemahaman

Seorang pembaca dituntut untuk memahami apa isi bacaan yang dibaca. Menurut Resmini, dkk. (2006: 55) alasan seseorang dalam membaca ialah untuk mendapatkan sesuatu baik itu fakta, fiksi, hiburan, perasaan, dan bukan sekadar tertarik pada cara pengucapannya atau tata bahasanya. Santosa (2008: 6.4) berpendapat bahwa tujuan setiap pembaca adalah untuk memahami


(55)

bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.

Tarigan (2008: 13) menjabarkan membaca pemahaman merupakan bagian dari membaca telaah isi yang juga bagian dari membaca intensif. Sedangkan berdasarkan pengertiannya Tarigan (2008: 58) menyebutkan membaca pemahaman adalah membaca yang bertujuan untuk memahami. Aspek yang dipahami antara lain standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi.

Membaca pemahaman juga merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang perlu dipahami dan menerapkan informasi yang ada dalam bahan-bahan tertulis (Resmini, dkk., 2006: 45). Dari pendapat di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk mendapatkan inti sari dalam bacaan.

2.7.1 Ciri-ciri Membaca Pemahaman

Ada beberapa perbedaan yang khas antara jenis membaca satu dengan jenis membaca yang lainnya. Romo (2010: nursusilomasud.blogspot.com) menyebutkan membaca pemahaman memiliki ciri-ciri antara lain 1) mampu memahami ide pokok dalam bacaan, 2) mampu memahami ide pendukung dalam bacaan, 3) mampu memahami fakta dan opini dalam bacaan, serta 4) mampu menyimpulkan isi dalam bacaan.

Kesimpulan dari pendapat di atas yaitu seorang pembaca dikatakan memahami apabila mampu menemukan inti sari dari bacaan


(56)

36

baik berupa gagasan maupun unsur-unsur yang tersirat ataupun tersurat di dalam bacaan. Pemahaman tentang isi bacaan ini dapat digunakan untuk mengoreksi, menilai, ataupun menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan tersebut.

2.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Membaca Pemahaman Pembaca yang baik harus memperhatikan faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan membaca pemahaman. Resmini, dkk. (2006: 45) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman antara lain kemampuan mengurai pesan (decoding), pengetahuan tentang kosakata, pengetahuan tentang konsep-konsep, dan perkembangan kognitif. Bila hal-hal tersebut di atas telah dimiliki, maka akan memudahkan siswa memahami isi yang terkandung dalam bacaan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Pandawa dkk., (2009: 15) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman antara lain faktor kognitif, afektif, teks bacaan, dan penguasaan bahasa. Faktor kognitif berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan seseorang. Pada faktor afektif berkenaan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga yaitu faktor teks bacaan berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu teks bacaan. Sedangkan faktor penguasaan bahasa berkaitan dengan kemampuan berbahasa yaitu penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur kewacanaan.


(57)

Dari uraian di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca pemahaman adalah faktor kognitif, afektif, dan penguasaan bahasa seorang pembaca dan faktor yang terdapat pada teks bacaan.

2.7.3 Teknik Penilaian Membaca Pemahaman

Menurut Santosa (2008: 7.3-7.5) jenis tes yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan membaca siswa SD yaitu tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana. Tes pemahaman kalimat digunakan di kelas rendah, sedangkan pemahaman wacana digunakan di kelas tinggi. Tes pemahaman wacana ini terdiri dari tes pilihan ganda dan tes isian rumpang (cloze procedure).

Johari (2013: petir-fenomenal.blogspot.com) menjelaskan bahwa tes kemampuan membaca dapat diukur dengan teknik tes cloze, meringkas, subjektif, dan objektif. Teknik lain yang dapat digunakan untuk menilai membaca pemahaman adalah dengan KEM (Kecepatan Efektif Membaca).

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa ada banyak teknik penilaian membaca pemahaman. Namun peneliti memilih tes subjektif yaitu dengan soal uraian singkat dengan alasan soal yang disusun tidak terlalu banyak dan memiliki jawaban beragam sesuai dengan pemahaman dan kreativitas siswa.


(58)

38

2.7.4 Langkah-langkah Membaca Pemahaman dengan Model PAIKEM Langkah-langkah membaca pemahaman dengan model PAIKEM adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan Awal

1) Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, dan lembar evaluasi pembelajaran.

2) Guru membuka pelajaran kemudian memenyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Kegitan Inti

1) Guru menjelaskan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Siswa membaca teks secara seksama.

3) Guru memberikan beberapa pertanyaan tentang teks yang telah dibaca untuk menggali seberapa jauh materi telah diserap oleh siswa.

4) Break, yaitu kegiatan jeda sejenak dari kegiatan pembelajaran untuk menyegarkan suasana yang dapat diisi dengan permainan, bernyanyi bersama, atau teka-teki.

5) Siswa diberikan kesempayan bertanya tentang materi yang telah dipelajari.

6) Guru menyampaikan kisi-kisi materi yang telah dipelajari 7) Siswa mengerjakan soal evaluasi pembelajaran.

c. Kegiatan Akhir


(59)

2) Guru menyampaikan refleksi pemelajaran.

3) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk terus memupuk semangat belajar terutama pembelajaran membaca. Hal ini dikarenakan membaca merupakan pintu ilmu (Djamarah, 2002: 41).

2.7.5 Aspek yang Dinilai dalam Membaca Pemahaman

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai penilaian membaca pemahaman antara lain Anderson (dalam Rosmana, 2009: iyosrosmana.wordpress.com) mengungkapkan bahwa pemahaman bacaan dapat diukur dalam tiga tingkatan, yaitu 1) tingkat pemahaman literal, 2) tingkat interpretasi, dan 3) tingkat pemahaman di luar wacana. Harris (dalam Rosmana, 2009: iyosrosmana.wordpress.com) menjelaskan bahwa secara garis besar, aspek yang dinilai dalam pemahaman bacaan terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) pemahaman bahasa dan lambang tulisannya, 2) gaya yang terdapat dalam bacaan, dan 3) nada dan teknik yang digunakan pengarang. Farr (dalam Rosmana, 2009: iyosrosmana.wordpress.com) tiga penilaian membaca pemahaman, yaitu 1) kemampuan memahami makna kata dalam bacaan 2) kemampuan memahami organisasi karangan dalam bacaan dan ide-ide pokok serta isi bacaan, dan 3) kemampuan menentukan tujuan-tujuan pengarang, maksud, pandangan, dan kesimpulan tentang bacaan itu.

Berdasarkan kajian-kajian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian membaca pemahaman meliputi penilaian memahami


(60)

40

makna kata, ide-ide dalam bacaan, unsur-unsur yang tersirat dan tersurat dalam bacaan termasuk di dalamnya penggunaan tanda baca. Namun pada penelitian ini peneliti mengacu pada pendapat Farr (dalam Rosmana, 2009: iyosrosmana.wordpress.com) dan hanya menggunakan beberapa poin saja, yaitu memahami makna kata, unsur intrinsik, memahami ide pokok dalam bacaan, memahami ide pendukung dalam bacaan, dan mampu menyimpulkan isi dalam bacaan.

2.8 Pembelajaran Membaca di SD

Pembelajaran membaca di SD seperti yang telah diuraikan di atas mencakup dua kategori yaitu membaca di kelas awal dan membaca di kelas tinggi. Membaca yang diajarkan pada kelas awal yaitu jenis membaca teknik atau dengan cara menyuarakan bacaan. Sedangkan pembelajaran membaca pada kelas-kelas tinggi lebih mengutamakan aspek pemahaman. Kemampuan memahami apa yang tertulis dengan cepat dan tepat adalah keterampilan membaca yang sesungguhnya.

2.9 Hipotesis Tindakan

Pada penelitian ini peneliti menetapkan hipotesis tindakan yaitu: Apabila dalam pembelajaran bahasa Indonesia menerapkan model PAIKEM dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahapan yaitu, perencanaan, tindakan/pelaksanaan, observasi, dan refleksi (Aqib, 2008: 30). Pada tahap perencanaan (planning), peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berdasarkan KTSP yang berorientasi pada model PAIKEM. Selanjutnya tahap pelaksanaan (action), peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan persiapan yang telah dibuat dengan mengacu pada model PAIKEM. Kemudian tahap pengamatan (observation), observer mengamati setiap aktiviatas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan panduan lembar observasi. Terakhir pada tahap refleksi (reflection), peneliti menganalisis, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga terlihat kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran dan akan direvisi pada proses pembelajaran berikutnya.

PTK dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Secara khusus PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib, dkk., 2009: 2-3).


(62)

42

PTK ini akan dilaksanakan pada materi pembelajaran yang berhubungan dengan membaca pemahaman yaitu memahami unsur intrinsik cerita, makna kata, ide pokok dan ide penjelas, dan menyimpulkan isi cerita. Selanjutnya perangkat pembelajaran dibuat dengan mengacu pada model PAIKEM, termasuk di dalamnya lembar kerja siswa dan lembar evaluasi. Perangkat lain yang disiapkan antara lain instrumen penelitian yang berupa lembar aktivitas siswa dan kinerja guru. Adapun alur/prosedur penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 3.1 Prosedur PTK

(Adaptasi dari Wardhani, 2007: 2.4)

3.2 SettingPenelitian 3.2.1 Tempat Penelitian


(63)

beralamat di Jln. Jendral Sudirman Ganjaragung 14/II, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, Telp. (0725) 45131, e-mail: sdn6mb@gmail.com.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 8 bulan dimulai pada bulan Januari s.d. Agustus 2013.

3.2.3 Siklus Penelitian

PTK ini dilaksanakan dalam tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan keterampilan membaca pemahman siswa serta kinerja guru dalam pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat dengan jumlah 28 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas VB sebagai subjek penelitian dikarenakan berdasarkan hasil observasi di kelas VA, VB, dan VC, serta wawancara dengan wali kelas masing-masing didapatkan data bahwa kelas VB adalah kelas yang tepat untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan kelas VA dan VC telah memenuhi kreteria ketuntasan baik dari aktivitas siswa maupun keterampilan membaca pemahaman.

3.4 Faktor yang Diteliti


(64)

44

membaca pemahaman siswa, dan kinerja guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat.

3.5 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah siswa dan guru. Data kualitatif diperoleh dari aktivitas siswa dan kinerja guru sedangkan data kuantitatif diperoleh dari evaluasi keterampilan membaca pemahaman siswa.

3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik tes dan nontes (observasi) yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Tes

Digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif yaitu evaluasi keterampilan membaca pemahaman siswa yang digunakan untuk memperoleh gambaran peningkatan kemampuan siswa selama pelaksanaan tindakan.

b. Nontes (Observasi)

Dalam pelaksanaan PTK ini peneliti menggunakan teknik nontes yaitu observasi. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif.

Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi ini


(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Degeri 6 Metro Barat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan membaca pemahaman dapat disimpulakan sebagai berikut.

5.1.1 Penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam keterampilan membaca pemahaman. Terbukti hasil rekapitulasi aktivitas siswa pada siklus I sebesar 66,67 dengan kategori “Sedang”, siklus II sebesar 71,43 dengan kreteria “Sedang”, dan siklus III mencapai 83,33 dengan kreteria keberhasilan “Aktif”. Dengan demikian peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,7% dan peningkatan pada siklus II ke siklus III sebesar 0,17%.

5.1.2 Penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada siklus I persentase keterampilan membaca pemahaman siswa sebesar 63,56 dengan kategori “Sedang”. Pada siklus II sebesar 70,30


(3)

0,11% dan pada siklus II ke siklus III sebesar 0,10%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ini disampaikan saran yang diberikan kepada.

5.2.1 Siswa, agar senantiasa membudayakan belajar membaca dan menulis guna memperkaya ilmu pengetahuan serta memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

5.2.2 Guru, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi keterampilan membaca pemahaman hendaknya menerapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM), dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

5.2.3 Kepala Sekolah, hendaknya memfasilitasi kebutuhan guru dan memberikan arahan bahwa ada banyak model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa, salah satunya dengan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Ambarjaya, Beni S. 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Tinta Emas. Bandung.

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk: Guru. Yrama Widya. Bandung.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK. Yrama Widya. Bandung.

Asnawi, Fuad. 2010. Upaya Peningkatan Membaca Pemahaman.

http://www.pustakaskripsi.com/search/keterampilan-membaca-pemahaman.html diakses tanggal 29-12-2011 pkl. 16.29 WIB.

Dalhari. 2010. Mengelola Proses Pembelajaran Ideal. http://pengawasgk. wordpress.com/2010/02/15/mengelola-proses-pembelajaran-ideal/ diakses 23-03-2011 Pkl. 21.22 WIB.

Ditjen Kemendiknas. 2010. Pembelajaran Berbasis PAIKEM (CTL, Pembelajaran Terpadu, dan Pembelajaran Tematik) Materi Penguatan Pengawas Sekolah. Ditjen kemendiknas. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Jakarta.

Hasbi, Indra. 2011. Klasifikasi Aktivitas Belajar. http://ghobro.com /pendidikan /klasifikasi-aktivitas-belajar.html diakses 19-01-2012 Pkl. 17.13 WIB. Indrawati & Setiawan, Wanwan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program PERMUTU. Jakarta.

Ismail, SM. 2009. Strategi Pengajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Rasail. Semarang.


(5)

Lepiyanto, Agil, dkk. 2011. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. http://duniagil.wordpress.com/2011/03/07/38/ diakses tanggal 19-06-2011 Pkl. 08.25 WIB.

Pandawa, Nurhayati, dkk. 2009. Pembelajaran Membaca. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008.Prisip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Remaja Rosdakarya. Bandung.

Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Jakarta.

Pusat Penilaian Badan dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. http://smpn12magelang.site90.net/webayangan/soalweb/BIN-smp-04.pdf. Diakses 29-03-2011 pkl. 13.20.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bumi Aksara. Jakarta.

Ramadhan, A. Tarmizi. 2008. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-dan-menyenangkan. diakses tanggal 25-01-2011 pkl. 17.33 WIB.

Redaksi Sinar Grafika. 2009.PERMENDIKNAS 2006 Tentang SI & SKL. Cetakan ke-2. Sinar Grafika. Jakarta.

Resmini, Novi, dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya. UPI Press. Bandung.

Resmini, Novi & Hartati, Tatat. 2006. Kapita Selekta Bahasa Indonesia. UPI Press. Bandung.

Romo, Gusnur Putro. 2010. Membaca. http://nursusilomasud.blogspot.com /2010/07/membaca.html Diakses tanggal 29-12-2011 pkl. 16.29 WIB. Rosmana, Iyos. 2009. iyosrosmana.wordpress.com. diakses 25/10/2013. Pkl.

09.23 WIB.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Jakarta.


(6)

Santosa, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Cetakan ke-10. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan ke-4. Renika Cipta. Jakarta.

Solchan T.W. 2009. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Cetakan ke-5. Universitas Terbuka. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Cetakan ke-10. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Syah, Muhibin & Kariadinata, Rahayu. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Jati. Bandung.

Syah, Muhibin. 2008.Psikologi Belajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Angkasa. Bandung.

Tim Limas. 2007.EYD Plus. Limas. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Cetakan Ke-4. Balai Pustaka. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penilisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yasa, Doantara. 2008.Aktivitas dan Prestasi Belajar. http://ipotes.wordpress.com /2008/05/24/prestasi-belajar/ diakses tanggal 19-01-2012 Pkl. 17.26 WIB.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS VB SD NEGERI 10 METRO TIMUR

1 18 131

PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA (KATARSIS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 4 METRO PUSAT

5 38 66

PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD N 07 METRO TIMUR

1 13 86

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04 METRO BARAT

1 7 75

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

0 6 70

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 4 METRO UTARA

0 4 66

PENERAPAN METODE MEMBACA TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR.

0 5 32

PENERAPAN MODEL CICR ( COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS II.

0 2 48

PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAJAYA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 1 38