1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teknologi terus mengalami perkembangan yang begitu pesat. Salah satu teknologi yang berkembang diantaranya adalah teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, memudahkan setiap orang dalam mengakses berbagai macam informasi
diseluruh dunia. Teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang menjalar
ke segala aspek kehidupan, dari bidang entertaiment hingga bidang pendidikan. Menurut Achmad Munib dalam Daryanto 2010:1 pendidikan
merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik siswa agar
mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita. Cita-cita itu dapat tercapai dengan adanya perhatian terhadap desain dalam pendidikan untuk memberi
pemahaman kepada siswa guna meningkatkan prestasinya. Kenyataannya di lapangan terdapat problematika yang beragam, yang
menghambat tingkat prestasi belajar siswa. Salah satu diantaranya adalah siswa yang kurang produktif dalam kelas, kurang mampuan siswa dalam
menerima informasi yang diberikan oleh guru. Ibrahim mengatakan sebagai seorang guru tak hanya membelajarkan
siswa tetapi juga mampu mengelola infomasi dan konsep lingkungan untuk
2
memfasilitasi kegiatan belajar siswa Daryanto, 2010:3. Konsep lingkungan tersebut meliputi tempat belajar, media, sistem penilaian, serta sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar.
Guru dapat mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi terutama dalam mengembangkan media pembelajaran. Media pembelajaran
merupakan wadah dari pesan yang ingin disampaikan oleh guru kepada siswa, yang bertujuan mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien Dina
Indriana, 2011:15. Jika seorang guru menggunakan media dengan maksimal maka anak didik akan mampu menyerap segala pesan yang akan
disampaikan. Media pembelajaran tersebut bertujuan untuk memadukan aspek afektif,
kognitif dan psikomotor yang sangat penting dalam proses pembelajaran siswa. Tiga aspek ini menjadikan indikator keberhasilan siswa untuk bisa
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun terdapat banyak siswa yang belum mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut, kurang
termotivasinya siswa dalam belajar hingga siswa kurang bisa memahami materi yang bersifat sukar dari guru.
Hal- hal tersebut merupakan tanda kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik. Sehingga dibutuhkan kemampuan guru untuk memahami
kebutuhan dari siswa tersebut, baik dalam karakteristik maupun pengembangan ilmu dalam pemilihan media pembelajaran yang digunakan
agar terus dapat berinovasi.
3
Salah satu pengembangan media pembelajaran dari teknologi informasi dan komunikasi adalah multimedia. Multimedia dapat diartikan sebagai
aplikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan kata lain untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pilihan, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehinga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali Daryanto, 2010:52. Penggunaan multimedia ini diperkaya sumber
informasi dari penggabungan gambar, suara, teks dan video yang dapat meningkatkan daya serap siswa dalam menerima informasi.
Sebuah muatan lokal batik di SMK Negeri di SMK 4 Negeri Yogyakarta idealnya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, siswa
mampu memahami materi yang diajarkan seorang guru sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Dari hasil wawancara
terhadap guru dan siswa di SMK Negeri 4 Yogyakarta yang dilakukan di kelas X pada muatan lokal batik diketahui bahwa kemampuan siswa yang
beragam dalam menerima informasi dan masih terdapatnya siswa yang kurang mampu dalam mencapai kompetesi pada muatan lokal batik
dikarenakan siswa yang belum pernah mengenal teknik pembuatan batik sebelumnya.
Sedangkan dari hasil observasi kondisi pembelajaran di kelas X SMK Negeri 4 Yogyakarta diketahui media yang digunakan adalah
job sheet
dan
hand out
yang diberikan saat menjelang tes atau ulangan, sedangkan untuk praktiknya guru mengandalkan media papan tulis. Dalam hal ini ternyata
siswa masih sulit untuk memahami materi yang disampaikan. Serta ditambah
4
lagi guru masih sulit untuk mendemonstrasikan prosedur pembuatan batik tulis terutama teknik colet dan celup karena ternyata dengan teknik
demostrasi tidak serta merta membuat seluruh siswa mampu memahami seutuhnya dikarenakan daya tangkap siswa yang beragambervariasi, oleh
sebab itu dibutuhkan perkembangan media pembelajaran yang mampu mengatasi hal tersebut dimana siswa mampu belajar secara individu dan
mandiri serta media tersebut mampu menyesuaikan dengan kemampuan siswa yang bervariasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 yang telah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 7 Mei
2013, menyatakan “Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Mata pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan,”
bunyi Pasal 77B ayat 1 PP No. 32 Tahun 2013. Perkembangan dari Peraturan Pemerintah ini menyatakan bahwa muatan lokal batik merupakan
mata pelajaran wajib diselenggarakan di sekolah contohnya dilaksanakan di Jogjakarta, Surakarta dan Pekalongan, hal ini merupakan upaya dalam rangka
melestarikan batik sebagai budaya asli Indonesia, sehingga perlu dilakukan upaya nyata yang diantaranya adalah sebagai muatan lokal wajib bagi
sekolahmadrasah TKRA, SDMI, SMPMTs, SMAMA, dan SMK. Peraturan Pemerintah di atas menunjukkan bahwa muatan lokal batik
wajib untuk diselenggarakan di sekolah salah satunya di SMK Negeri 4 Yogyakarta sehingga perlu adanya implementasi pembelajaran untuk
5
mendukung hal tersebut salah satunya dengan mengembangkan media pembelajaran. Perkembangan media pembelajaran tersebut salah satunya
dengan mengembangkan multimedia. Dengan multimedia ini proses penyampaian materi tak hanya berbentuk
teks tertulis ataupun gambar saja namun penjelasan tahapan kerja berbentuk video semakin memberikan gambaran nyata terhadap materi yang diajarkan
sehingga dapat meningkatkan daya tangkap siswa yang berbeda-beda. Selain itu juga kemampuan multimedia yang interaktif dalam mengakomodasi
respon pengguna sehingga bersifat mandiri di mana siswa mampu menggunakan media tanpa bimbingan orang lain.
Namun hingga saat ini penggunaan multimedia ini belum bisa dilaksanakan secara maksimal di kelas, walaupun fasilitas sarana dan
prasarana di SMK Negeri 4 Yogyakarta sudah mendukung. Oleh sebab itu dengan mengembangan multimedia pada pembelajaran muatan lokal batik ini
juga merupakan usaha pemanfaatan teknologi yang telah berkembang di SMK Negeri 4 Yogyakarta.
Pengembangan media pembelajaran dengan menggunakan multimedia ini akan memberikan informasi kepada siswa dalam menerima tahapan
membatik yang jauh lebih jelas dan terperinci. Penggabungan materi dalam bentuk visual, audio dan audio visual dapat meningkatkan daya tangkap siswa
yang berbeda-beda dalam memahami materi pembuatan batik tulis teknik pewarnaan colet dan celup. Penggunaan yang interaktif semakin
meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar serta motivasi siswa untuk
6
mempelajari materi pembuatan batik tulis teknik pewarnaan colet dan celup, Sehingga akan memudahkan guru dalam menjelaskan materi yang
disampaikan serta semakin meningkatkan efektifitas pembelajaran dan nantinya pula dapat meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian tentang pengembangan multimedia pembelajaran pada muatan lokal batik di
SMK Negeri 4 Yogyakarta sehingga siswa dapat belajar lebih mandiri memudahkan guru dalam menjelaskan materi kepada siswa yang memiliki
tingkat pemahaman yang beragam.
B. Identifikasi Masalah